NovelToon NovelToon
Jadi Simpanan Ceo

Jadi Simpanan Ceo

Status: sedang berlangsung
Genre:Obsesi / CEO / Selingkuh / Nikah Kontrak
Popularitas:348
Nilai: 5
Nama Author: Celyzia Putri

Nadia mengira melarikan diri adalah jalan keluar setelah ia terbangun di hotel mewah, hamil, dan membawa benih dari Bramantyo Dirgantara—seorang CEO berkuasa yang sudah beristri. Ia menolak uang bayaran pria itu, tetapi ia tidak bisa menolak takdir yang tumbuh di rahimnya.
Saat kabar kehamilan itu bocor, Bramantyo tidak ragu. Ia menculik Nadia, mengurungnya di sebuah rumah terpencil di tengah hutan, mengubahnya menjadi simpanan yang terpenjara demi mengamankan ahli warisnya.
Ketika Bramantyo dihadapkan pada ancaman perceraian dan kehancuran reputasi, ia mengajukan keputusan dingin: ia akan menceraikan istrinya dan menikahi Nadia. Pernikahan ini bukanlah cinta, melainkan kontrak kejam yang mengangkat Nadia .

‼️warning‼️
jangan mengcopy saya cape mikir soalnya heheh

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Celyzia Putri, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 27

Kondisi emosional yang memuncak saat melihat Arka membawa piala, ditambah tekanan informasi tentang masa lalunya, membuat otak Bramantyo mengalami electrical storm. Tiba-tiba, ia memegang kepalanya dengan erat, mengerang kesakitan, dan ambruk dari kursi rodanya.

"Bram! Bramantyo!" teriak Nadia histeris sambil menahan tubuh suaminya.

Dalam pingsannya, Bramantyo tidak berada di kegelapan. Ia berada di sebuah lorong rumah sakit tua yang berbau antiseptik tajam. Di ujung lorong, ia melihat sesosok wanita berbaju putih bersih, berdiri membelakanginya.

"Larasati?" bisik Bramantyo dalam mimpinya.

Wanita itu berbalik. Wajahnya tidak hancur atau menyeramkan seperti bayangan Nadia tentang kematiannya. Larasati tampak tenang, namun matanya menyiratkan kesedihan yang mendalam. Ia memegang sebuah kunci kecil dan menunjuk ke arah sebuah pintu baja.

"Aku tidak pernah pergi ke tempat yang kau kira, Bram," suara Larasati bergema. "Mereka membawaku pergi sebelum api itu menyentuhku. Temukan aku... sebelum Adrian menemukanku lebih dulu."

Bramantyo mencoba mengejar, namun lantai di bawahnya runtuh. Ia terjatuh ke dalam jurang ingatan yang tajam dan menyakitkan.

Bramantyo tersentak bangun dengan napas memburu. Keringat dingin membasahi seluruh tubuhnya. Nadia yang sedang menangis di samping tempat tidur medisnya langsung memeluknya.

"Terima kasih Tuhan... kau sadar, Bram!"

Bramantyo tidak membalas pelukan itu. Matanya liar, mencari sesuatu. Ia mencengkeram bahu Nadia dengan tenaga yang tidak biasa, seolah "Naga" di dalam dirinya telah terbangun paksa.

"Dia... dia masih hidup," suara Bramantyo parau dan penuh keyakinan.

Nadia mengernyit bingung. "Siapa? Siapa yang hidup?"

"Larasati. Istri pertamaku. Dia tidak mati dalam kebakaran itu, Nadia. Aku melihatnya... aku mengingat sebuah kesepakatan rahasia yang dibuat ayahku sebelum dia meninggal," ucap Bramantyo cepat, kata-katanya meluncur seperti peluru.

Nadia melepaskan pegangannya, wajahnya memucat. "Bram, kau sedang berhalusinasi. Kita semua melihat laporan forensik itu. Larasati sudah tiada."

Bramantyo menggeleng keras. Ingatannya kembali seperti kepingan puzzle yang tajam. "Laporan itu palsu! Ayahku tidak ingin skandal Dirgantara pecah jika Larasati diadili atas penculikanmu. Dia memalsukan kematiannya dan mengirimnya ke sebuah institusi rahasia di pinggiran Swiss!"

Bramantyo memaksa dirinya duduk, mengabaikan kakinya yang masih lumpuh. Ia meminta ponselnya dan menekan serangkaian kode koordinat yang hanya ia yang tahu.

"Nadia, dengarkan aku. Jika Larasati masih hidup, dia memegang setengah dari kunci digital yang diinginkan Adrian. Itulah sebabnya Adrian begitu terobsesi kembali ke Jakarta. Bukan karena saham, tapi karena kunci yang ada pada Larasati!"

Nadia berdiri mematung. Jika Larasati kembali, posisinya sebagai istri sah dan pemilik Dirgantara Group akan terancam secara hukum. Namun, melihat kegelisahan Bramantyo, ia tahu ini bukan tentang harta, melainkan tentang mengakhiri mimpi buruk yang tidak pernah selesai.

Bramantyo menghubungi tim bayangannya. "Cari fasilitas kesehatan bernama 'Le Silence' di perbatasan Swiss. Cari pasien dengan kode nama 'Mawar Putih'. Aku ingin konfirmasi visual dalam satu jam!"

Nadia menatap suaminya dengan perasaan campur aduk. "Jika dia benar-benar masih hidup... apa yang akan kau lakukan, Bram? Kau akan kembali padanya?"

Bramantyo menatap Nadia dalam-dalam. "Aku mencarinya untuk memastikan dia tidak jatuh ke tangan Adrian, Nadia. Dan untuk memberinya keadilan yang seharusnya ia terima sejak dulu—bukan kematian palsu, melainkan hukuman yang nyata atau kedamaian yang sesungguhnya."

Satu jam kemudian, sebuah foto masuk ke ponsel Bramantyo. Foto itu diambil dari jarak jauh melalui lensa telephoto. Seorang wanita paruh baya sedang duduk di kursi roda di sebuah taman yang dikelilingi pagar tinggi. Meskipun wajahnya tampak lebih tua, itu adalah Larasati.

Nadia menutup mulutnya dengan tangan, tidak percaya. "Dia... dia benar-benar masih hidup."

Namun, di dalam foto itu ada hal lain yang mengerikan. Di belakang kursi roda Larasati, terlihat bayangan seorang pria bertato kalajengking di lehernya—tanda pengenal dari tentara bayaran elit yang bekerja untuk Adrian.

"Adrian sudah menemukannya lebih dulu," desis Bramantyo, tinjunya menghantam meja di samping tempat tidurnya.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!