Amel Fira Azzahra gadis kecil yang memiliki wajah sangat cantik, mempunyai lesuk pipi, yang di penuhi dengan kasih sayang oleh kedua orang tuanya. Namun sayang kebahagian itu tidak berlangsung lama. Setelah meninggalnya Ibu tercinta, Amel tidak lagi mendapatkan kasih sayang dari orang tuanya. Bapaknya selalu bekerja di luar kota. Sedangkan Amel di titipkan ke pada Kakak dari Bapaknya Amel. Tidak hanya itu, setelah dewasa pun Amel tetap menderita. Amel di khianati oleh tunangannya dan di tinggal begitu saja. Akankah Amel bisa mendapatkan kebahagiaan?
Yukk ikuti terus ceritanya
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aretha_Linsey, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 32 Rencana Berkunjung Ke Desa
Fatur menggendong Amel dari kamar suite hingga ke mobil, tidak peduli dengan tatapan mata pelayan hotel. Mama Karina dan Papa Danu sudah menunggu di mobil mereka sendiri, siap untuk iring iringan pulang.
Di dalam mobil mewah Fatur, Amel duduk bersandar dengan nyaman, kepalanya di bahu Fatur. la masih berjalan sedikit tertatih tatih, tetapi kini rasa sakit itu berganti menjadi rasa aman dan kebanggaan.
"Senang ya, Sayang? Di hadiahi cuti paksa oleh suami sendiri?" goda Fatur, mencium pelipis Amel.
Amel menyikutnya pelan, pipinya merona.
"Mas Fatur! Jangan bahas itu terus!"
Tiba tiba, ponsel Fatur bergetar, panggilan dari Mama Karina. Fatur mengaktifkan speaker.
"Halo, Ma?"
"Sayang, Amel bagaimana? Kakinya apa masih sakit? Mama lihat jalannya kok kasihan begitu! Fatur kamu itu benar benar harus Mama ceramahi nanti. Jangan keterlaluan!. " suara Mama Karina terdengar cemas bercampur geli.
Amel tertawa pelan.
"Aku baik baik saja, Ma. Hanya butuh istirahat sedikit." jawab Amel meyakinkan.
"Syukurlah. Kalian santai saja. Nanti sampai rumah, kamar kalian sudah siap. Mama sudah minta Bi Asih siapkan teh jahe hangat. Pokoknya, dua hari ini kamu benar benar jadi Ratu. Mama mau memanjakan menantu
mama dulu sebelum kalian pindah ke rumah pribadi".
Amel tersenyum. Hatinya menghangat mendengar perhatian tulus itu.
"Terima kasih banyak, Ma."
Fatur mematikan telepon.
"Tuh kan, Ratu. Sudah dipastikan Mama akan menjagamu lebih baik dari aku". katanya bangga.
...----------------...
Setibanya di Mansion, Fatur menggendong Amel masuk, melintasi lorong marmer yang megah. Mereka disambut senyum hangat para staf.
Setelah Amel dibaringkan di sofa empuk di ruang keluarga, mereka berkumpul dengan Mama Karina dan Papa Danu.
Fatur duduk di sebelah Amel, menggenggam tangannya erat.
"Ma, Pa, Fatur ingin mengumumkan rencana kami, " ujar Fatur, suaranya tegas dan penuh keyakinan.
"Kami akan tinggal di sini selama dua hari. Fatur ingin Amel benar benar pulih, dan Mama bisa menghabiskan
waktu dengannya seperti yang Mama inginkan."
Mama Karina mengangguk antusias.
"Ide yang bagus sekali, Nak"
"Lalu...." Fatur melanjutkan, menatap Amel dengan cinta,
"Lusa, kami akan pergi ke desa. Amel ingin ziarah ke makam Ibu, dan Fatur akan sekalian menemui Ayah dan Alan. Fatur sudah memutuskan."
Fatur menarik napas dalam dalam.
"Fatur akan memboyong Ayah dan Alan ke Jakarta. Fatur akan membelikan mereka rumah baru di dekat kita, agar Amel tidak perlu khawatir lagi dan keluarga kecil kita bisa selalu bersama."
Keheningan melingkupi ruangan sejenak. Papa Danu tersenyum tipis.
"Itu namanya suami, Nak, " kata Papa Danu, mengangguk bangga.
"Keluarga harus jadi prioritasmu sekarang. Lakukanlah. Papa akan siapkan pengamanan terbaik untuk perjalanan kalian."
Mama Karina bangkit, berjalan mendekati Amel dan memeluknya.
"Sayang, kamu sungguh beruntung, dan Mama juga beruntung punya menantu sebaik kamu. Jangan khawatir soal kepindahan Ayah dan Alan. Nanti Mama bantu carikan sekolah terbaik untuk Alan di Jakarta. Kita urus semuanya bersama!"
Air mata Amel menggenang.
"Terima kasih..terima kasih banyak, Ma, Pa, " bisiknya, terharu. la merasa beban bertahun tahun seolah terangkat.
Malam harinya, setelah makan malam yang akrab, Fatur membantu Amel masuk ke kamar tidur mewah mereka.
Di dalam kamar, Amel duduk di tepi ranjang, sementara Fatur menyisir rambutnya yang panjang dengan lembut.
"Ayah pasti senang sekali, Mas. Alan juga, " ucap Amel, matanya bersinar bahagia.
"Aku tidak pernah menyangka, hidupku bisa berubah secepat ini."
Fatur mencium tengkuk Amel.
"Aku juga senang, Sayang. Besok kita hubungi Ayah, beri tahu kabar baik ini. Tapi.." Nada suara Fatur berubah serius.
Amel merasakan ketegangan itu.
"Tapi apa, Mas?"
Fatur membalikkan tubuh Amel hingga berhadapan dengannya. Ekspresi wajahnya kembali pada Fatur yang berkuasa dan protektif, bukan Fatur yang penuh hasrat semalam.
"Tapi perjalanannya harus rahasia dan cepat, " kata Fatur tegas.
"Aku akan membawa beberapa orang. Aku sudah mengatur semua urusan rumah dan kepindahan Ayah dan Alan dari jauh. Kita ke sana hanya untuk ziarah dan menjemput mereka."
"Kenapa harus rahasia, Mas?" tanya Amel bingung.
Fatur mengusap pipi Amel lembut.
"Aku tidak ingin ada orang yang tahu kita datang, Sayang, Terutama mereka. Orang orang lama yang pernah
menyakitimu, yang pernah mengusirmu. Mereka tahu Ayahmu ada di desa itu. Begitu mereka tahu kau kembali dengan suamimu yang punya segalanya, mereka akan mendekatimu, mencoba mengambil keuntungan, atau bahkan mengganggumu."
Mata Fatur menyala tajam.
"Aku tidak akan membiarkan siapa pun dari masa lalu kotor itu mendekatimu atau Ayahmu lagi. Kita akan bergerak cepat, mengambil keluargamu, dan membawa mereka ke tempat yang aman di mana kebahagiaanmu tidak bisa diganggu gugat."
Amel mengangguk, Ia mengerti. Fatur tidak hanya menjanjikan rumah, tetapi juga tembok perlindungan yang tidak bisa ditembus.
la memeluk Fatur erat.
"Aku percaya padamu, Mas."