Najla anerka ariyani arutama
Nama dia memang bukan nama terpanjang di dunia tapi nama dia terpanjang di keluarga dia
Memiliki 4 saudara laki laki kandung dan 3 saudara sepupu dan kalian tau mereka semua laki laki dan ya mereka sangat overprotektif akhh ingin sekali menukar merek semua
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon biancacaca, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
PART 32
Malam mulai turun. Lampu di rumah mereka remang, tapi semangat tim tidak padam.
Arlen memimpin, menyalakan senter kecil, matanya meneliti tiap sudut dinding:
> “Mulai dari simbol ini. Setiap garis, setiap potongan kayu, bisa jadi petunjuk.”
Najla membuka gulungan peta yang Kaelan temukan di kotak logam. Tanda-tanda titik merah dan simbol silang membuatnya merinding.
> “Bang… ini… jalurnya rumah lama? Yang dulu kita anggap kosong dan ditinggalkan?”
Arlen mengangguk.
> “Ya. Tapi rumah itu… nggak pernah benar-benar kosong. Ada jalur rahasia, ruang tersembunyi, dan alat pengawas sederhana yang ditinggal oleh generasi sebelumnya. Semua disiapkan untuk mereka yang berani nyari.”
Darren menyalakan senter sendiri, meneliti lantai kayu:
> “Kayaknya beberapa papan lantai bisa digeser. Ada bekas gesekan, tapi nggak keliatan kalau dari atas.”
Kenzi tersenyum tipis:
> “Berarti kita harus hati-hati. Setiap langkah bisa jadi trigger.”
Kaelan memperhatikan detail kecil di dinding: sebuah ukiran berbentuk daun, tapi terlalu simetris.
> “Ini bukan cuma dekorasi. Ada mekanisme tersembunyi di balik ini. Kayak puzzle.”
Najla menatapnya, mata membesar:
> “Puzzle keluarga… lagi?”
Arlen mencondongkan badan, meneliti ukiran itu. Ia menekan beberapa titik, dan terdengar klik halus. Sebuah panel kayu kecil terbuka, memperlihatkan ruang sempit berisi kotak kayu tua.
Darren menarik napas panjang:
> “Ini… pasti petunjuknya.”
Najla membuka kotak itu perlahan. Di dalamnya ada:
Surat lipat kuning dengan tulisan tangan rapih
Sebuah jam saku perak, tetes tinta merah di sisi
Potongan peta lebih kecil, menunjukkan ruangan bawah tanah lain
Najla membaca surat itu dengan suara pelan:
> “Jika kalian menemukan ini, artinya kalian berani. Jalur yang kalian ikuti bukan hanya rahasia, tapi… cermin masa lalu. Setiap langkah harus diingat, karena kesalahan… akan dibayar mahal.”
Kenzi menatap jam saku perak:
> “Ini… jam milik kakek atau siapa ya? Kenapa ada tinta merah di sini?”
Arlen menelan ludah.
> “Tinta itu… tanda peringatan. Biasanya, setiap anggota keluarga yang menandai jalur rahasia, pakai kode warna. Merah berarti… bahaya atau perhatian ekstra.”
Kaelan menatap peta kecil, matanya meneliti titik-titik simbol:
> “Bang… ini bukan jalur biasa. Ada ruangan yang seharusnya tersembunyi, tapi jalurnya malah dibuat gampang keliatan kalau nggak hati-hati. Kayak jebakan psikologis.”
Darren mengangguk:
> “Ini berarti setiap kita maju… harus paham pola masa lalu keluarga. Gak cuma fisik, tapi juga mental.”
Najla menarik napas dalam-dalam:
> “Kita siap. Kita sudah nggak takut sama bayangan lagi. Tapi kita harus respect sama sejarah keluarga ini.”
Arlen menatap mereka, tegas:
> “Ingat. Ini bukan permainan. Setiap simbol, setiap benda, setiap jalur… punya arti. Kita mulai dari sini, dan kita pecahkan satu per satu. Bayangan masa lalu ini… akan ngajarin kita, tapi bukan untuk menghancurkan. Ini untuk bikin kita kuat.”
Kenzi menepuk bahu Arlen:
> “Tim paling berantakan… tapi paling siap. Kita mulai sekarang.”
Najla menatap peta dengan tekad:
> “Dan kali ini… kita yang menentukan langkah selanjutnya. Masa lalu boleh ada bayangan, tapi kita yang pegang cahaya.”
Lampu senter menyinari jalur yang gelap, kotak kayu tua, simbol, dan peta.
Tim itu melangkah maju, satu langkah demi satu langkah… menelusuri misteri yang diwariskan generasi sebelumnya, siap menghadapi jebakan, teka-teki, dan rahasia yang mungkin lebih gelap dari yang mereka bayangkan.