S2
Ketika dua hati menyatuh, gelombang cinta mengalir menyirami dan menghiasi hati.
Ini adalah kisah Raymond dan Nathania yang menemukan cinta sesungguhnya, setelah dikhianati. Mereka berjuang dan menjaga yang dimiliki dari orang-orang yang hendak memisahkan..
Ikuti kisahnya di Novel ini: "SANG PENJAGA "
Karya ini didedikasikan untuk yang selalu mendukungku berkarya. Tetaplah sehat dan bahagia di mana pun berada. 🙏🏻❤️ U 🤗
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sopaatta, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 32. SP
...~•Happy Reading•~...
Kedua polisi tidak berani melangkah, melihat sikap Jacob yang tegas dan tangan kanannya tidak bergerak dari saku jaket bomber. Jacob menatap tajam anggota polisi muda yang berlaga di depannya dan mengirimkan sinyal kepada polisi senior, agar mendisiplinkan anggotanya.
Oleh sebab itu, ketika anggotanya hendak melawan untuk menerobos, polisi senior memberikan gerakan mencegah. Dia tahu yang sedang dipegang Jacob dalam saku jaket adalah pistol dan Jacob berdiri bagaikan batu karang. Sehingga dia tidak berani beradu, walau membawa surat penggeledahan.
Polisi senior yakin, Jacob tahu taktik licik yang sedang mereka lakukan. "Mana pelapor tadi?" Tanya polisi senior, lalu memerintahkan anggotanya untuk memanggil pelapor. "Siap, Pak."
Mendengar perdebatan, Raymond mendekati Bibi Sena yang hendak masuk ke rumah. "Bibi, tolong cepat ke dalam. Bilang Non Thania tidak usah keluar." Bisik Raymond, agar Nathania tidak khawatir. "Iya, Pak."
Tidak lama kemudian, polisi yunior datang bersama seorang pemuda yang bertubuh tinggi besar. "Mana yang kau bilang pengedar sedang lakukan transaksi di sini?" Tanya polisi senior.
Pelapor jadi ragu-ragu melihat keempat pria yang berdiri di depan polisi anti narkotika (annarko). "Itu, Pak, yang pakai celana pendek." Ucapnya setelah berpikir, lalu menunjuk.
"Tunjuk yang benar. Yang manaaa! Ada dua orang pakai celana pendek." Bentak Jacob dengan wajah garang.
'Ini dia si perusuh. Siapa pun yang kau tunjuk, akan makan nasi gratis bau jeruji.' Jacob berkata dalam hati, karena Raymond dan Samuel yang pakai celana pendek.
"Celana pendek hitam, Pak." Dia menunjuk ke arah Raymond. Kedua polisi annarko melihat ke arah Raymond. Namun mereka heran melihat kedua pria bercelana pendek tidak seperti pengguna.
"Ray, kau masih simpan rekaman ancaman di ponsel?" Bisik Samuel. "Yap." Jawab Raymond singkat.
Jacob yang ada dekat, mendengar bisikan Samuel. "Ray, rekam tuduhan sekarang." Bisik Jacob.
"Coba kau ulang lagi. Pengedarnya yang mana?!" Perintah Jacob.
"Itu yang pakai celana pendek hitam." Suaranya naik level, karena kesal.
"Jac, dia orangnya." Raymond ingat suara pengendara motor yang mengancamnya.
"Heri, posisi!" Perintah Jacob tanpa peduli dengan kedua polisi annarko yang bingung mendengar percakapan Jacob, Samuel dan Raymond. Tapi mendengar kata rekaman, hati mereka menciut.
"Pucuk dicinta ulam tiba. Saya sedang mencarimu kemana-mana, kau datang seperti ular. Kau mau menjerumuskan aparat penegak hukum?" Apa yang dikatakan Jacob sebagai isyarat kepada Heri yang sudah pindah posisi dekat pelapor.
"Bacakan haknya." Perintah Jacob membuat wajah pelapor memutih dan kedua polisi annarko terkejut.
"Ada apa ini?!" Polisi senior heran melihat pelapor ditahan oleh Heri sebelum mereka lakukan penggeledahan.
"Orang ini sedang dicari karena mengancam beliau." Jacob menunjuk pelapor dan Raymond. "Dia hanya perusuh yang mau mengacaukan pernikahan beliau."
"Untuk lebih jelasnya, kalian semua ke kantor polisi ...... untuk interogasi bossnya yang sedang ditahan." Jacob menyebut kantor polisi di mana Frans ditahan.
"Mari ikut saya. Saya mau tes urinnya. Jangan sampai dia pengedarnya." Jacob mengajak kedua polisi. Namun yang dikatakan Jacob membuat pelapor berontak ketakutan.
Pelapor bukan saja takut dites urin, tapi dia sedang membawa satu kantong sabu untuk menjebak Raymond saat kedua polisi lakukan penggeledahan.
Dia tidak menyangka ada polisi, karena kemarin dia hanya melihat mobil Raymond yang masuk ke halaman rumah.
"Muel, tolong keluarkan mobil. Aku mau antar dia ke kantor polisi." Pinta Jacob, karena mobil Samuel menghalangi mobilnya.
"Ray, nanti aku kembali. Aku serahkan dia saja." Jacob menenangkan Raymond.
Pelapor pergunakan kesempatan untuk kabur, ketika Heri menuju mobil Jacob. Namun dia tidak menyangka Jacob sudah berada di dekatnya.
Tanpa ada suara peringatan, sekali sapuan kaki Jacob membuat pelapor mencium tempat parkir dan terdengar bunyi pleetaaakkk. Pegangan pistol Jacob mendarat mulus di atas kepala pelapor. Sehingga dia merasakan banyak tawon berputar dan menyengat atas kepalanya.
Kedua polisi annarko terkejut dan menghindar melihat Jacob memukul pelapor dengan pegangan pistol. "Kau kira semua polisi bisa kau permainkan?" Jacob sengaja beri peringatan kepada kedua polisi.
Setelah mobil Samuel keluar, Heri mengeluarkan mobil pimpinannya. Kedua polisi annarko terkejut melihat mobil Jacob yang mengangkut pelapor. Mereka segera menuju motor yang sedang diparkir.
"Ayo jalan." Perintah Jacob, setelah Raymond mengirimkan suara rekaman pelapor padanya.
~*
"Benar kata Jac. Dia memang perusuh, kaki tangan Frans. Dia tahu, Thania ada acara hari ini." Ucap Samuel sambil jalan balik ke paviliun.
"Berarti ketiga pengendara itu sudah ketangkap." Raymond menarik nafas lega saat duduk di paviliun.
"Tunggu kita lihat. Tadi ada beberapa orang di luar gerbang. Jangan sampai pelapor punya anak buah lagi. Ngga lihat tato kalajengking buntung di lengannya?"
"Huuuu.... Nike menikah dengan pria dari lingkungan apa? Aku jadi geram lihat orang tadi. Pengedar?" Raymond jadi emosi.
"Tenang, Ray. Sudah ditangani Jac. Jangan sampai rusak suasana hati dan rencanamu hari ini. Aku akan telpon petugas catatan sipil, agar kita mundur waktunya."
"Iya, kita tunggu Jac." Raymond memutuskan sambil berdiri dan meletakan kedua tangannya di panggul. Situasi yang tidak terduga dan hampir menggagalkan rencana pernikahannya.
~*
Di sisi lain : Jacob bersama pelapor dalam mobil. Setelah rasa pening mulai berkurang, dia ketakutan melihat Jacob duduk di sampingnya.
"Coba melawan. Tangan saya sudah gatal, mau garuk tato buntungmu." Jacob menatap tajam pelapor. "Sebentar lagi kau akan berkumpul dengan gerombolanmu."
Jacob mempergunakan kesempatan dalam mobil untuk menginterogasi pelapor yang sedang ketakutan. Sehingga dia tahu mau lakukan apa.
Saat tiba di kantor polisi, Jacob membawa masuk pelapor. Polisi yang pernah membantu Frans mengenalnya. Mereka segera berdiri dan memberi hormat.
"Tes urine orang ini!" Perintah Jacob. Kemudian Heri memberikan laporan kepada polisi jaga tentang si pelapor
"Mana kedua polisi yang tadi?" Tanya Jacob, karena tidak melihat polisi annarko masuk ke dalam kantor.
"Tadi bilang akan menyusul, Pak." Lapor Heri.
Melihat situasi yang menguntungkan, Jacob minta agar Frans dibawa ke ruang interogasi.
Jacob : "Apa kabarmu. Senang di sini? Telingamu makin gemuk." Ucap Jacob setelah duduk di depan Frans.
Frans : "Saya minta bertemu pengacara."
Jacob : "Pasti. Pengacaramu akan senang melihatmu digantung."
Frans terdiam mendengar ancaman Jacob.
Jacob : "Terus gunakan hak tidak menjawab. Saya datang ke sini tidak untuk mendengar ocehanmu."
Jacob : "Kalahkencing sudah berkumpul dengan gerombolanmu." Jacob menyebut julukan pelapor. Mendengar nama kalahkencing, Frans mematung sambil melihat Jacob dengan mata membesar.
Jacob : "Olah raga jantung, supaya kuat dengar kabar terbaru. Sebentar lagi, kepolisian Bali akan membuka kasus kematian Nike. Wasiat yang menjadikan kau sebagai penjaga, akan terbongkar. Thania sudah ajukan tuntutan atas kematian kakaknya."
Jacob : "Oh, iya. Tadi karna ulah Kalahkencing, undangan pernikahan Thania ketinggalan." Ucapan Jacob membuat Frans berdiri dan mengamuk.
Jacob keluar ruangan sambil tersenyum, meninggalkan Frans yang mengamuk dan diseret keluar polisi jaga.
...~_~...
...~▪︎○♡○▪︎~...
. he..