Setelah kemenangannya melawan keluarga Ashcroft, Xander menyadari bahwa kejayaan hanyalah gerbang menuju badai yang lebih besar.
Musuh-musuh lama bangkit dengan kekuatan baru, sekutu berpotensi menjadi pengkhianat, dan ancaman dari masa lalu muncul lewat nama misterius: Evan Krest, prajurit rahasia dari negara Vistoria yang memegang kunci pelatihan paling mematikan.
Di saat Xander berlomba dengan waktu untuk memperkuat diri demi melindungi keluarganya, para musuh juga membentuk aliansi gelap. Caesar, pemimpin keluarga Graham, turun langsung ke medan pertempuran demi membalas kehinaan anaknya, Edward.
Di sisi lain, Ruby membawa rahasia yang bisa mengguncang keseimbangan dua dinasti.
Antara dendam, cinta, dan takdir pewaris… siapa yang benar-benar akan bertahan di puncak?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon BRAXX, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 32
"Mereka hanya mengatakan bahwa mereka ingin bertemu dengan Anda."
Marcus tercenung di tempat, menoleh ke sisi jendela kamar. Pikirannya melambung jauh, menerka maksud dari pihak militer yang ingin bertemu dengannya. "Apa yang sebenarnya mereka inginkan dari pria tua sepertiku?"
"Baiklah, aku akan menemui mereka. Perintahkan mereka untuk menunggu.”
"Baik, Tuan." Pengawal itu keluar dari kamar, lalu memerintahkan pengawal lain untuk menyampaikan pesan pada perwakilan pihak militer yang menunggu di ruang tamu.
Marcus terus menerka maksud pihak militer selama memakai pakaian dan menyiapkan penampilannya. Berbagai dugaan mulai memenuhi pikirannya, termasuk terkaan mengenai hubungannya dengan Evan Krest berdasarkan selentingan kabar yang terdengar beberapa hari kemarin. "Jika dugaanku benar, aku tidak punya pilihan lain selain menutup mulut. Tapi pihak militer dan pemerintah negara Vistoria pasti tidak akan tinggal diam. Mereka pasti akan terus datang jika mereka mendapatiku gelisah dan terkejut ketika ditanya tentang Evan Krest."
Marcus menatap penampilannya di cermin. "Aku harus memastikan apa yang mereka inginkan dariku. Menebak-nebak hanya akan membuang waktu."
Marcus keluar dari kamar, berjalan menuju ruang tamu ditemani para pengawal khususnya. Ia mendapati dua orang pria berperawakan tegap yang duduk di ruang tamu.
"Tuan Marcus," ujar salah satu dari mereka sembari berdiri dari kursi.
Marcus menyambut mereka dengan ramah. Mereka berbicara basa-basi untuk sementara waktu sampai akhirnya bertanya sedikit mengenai masa lalu Marcus dan hubungannya dengan beberapa pihak militer Vistoria.
Marcus terdiam selama beberapa waktu ketika melihat salah satu dari mereka menyodorkan sebuah foto Evan Krest dalam busana militer.
"Apa Anda mengenal orang ini, Tuan Marcus?" tanya salah satu dari mereka.
Marcus mengambil foto yang disodorkan, berusaha tenang dengan sebisa mungkin tidak menunjukkan keterkejutan. "Aku tidak mengenal orang ini. Seperti yang kalian tahu, aku kehilangan cukup kesulitan mengingat di usiaku sekarang. Untuk apa kalian mencari orang ini? Apa orang ini sangat berbahaya?"
"Jadi, Anda tidak pernah mengenal orang ini, Tuan?"
"Sama sekali tidak. Apa kalian menuduhku berbohong?"
"Tentu tidak, Tuan Marcus. Kami tidak bermaksud tidak sopan pada Anda.”
Perwakilan militer itu memilih pamit setelah berbasa-basi sebentar. Marcus mengantar kepergian mereka di teras.
"Segera periksa apakah mereka meninggalkan banyak jejak di rumahku atau tidak," ucap Marcus tanpa mengalihkan pandangan dari mobil yang baru saja meninggalkan gerbang rumah.
"Baik, Tuan," jawab pengawal yang langsung menghubungi pengawal lain.
Marcus kembali kamar setelah melalui pemeriksaan ketat dari para pengawal. Pikirannya mengingat saat perjumpaan tadi dan kembali mulai menerka-nerka.
"Tuan Marcus." Pengawal tadi memasuki kamar setelah mendapatkan izin.
"Bagaimana dengan hasilnya?" Marcus berbalik.
"Dua orang itu meninggalkan beberapa alat perekam di beberapa bagian rumah ini, termasuk di pakaian yang Anda kenakan tadi."
Marcus menatap tajam. "Mereka tidak pernah seberani ini padaku sebelumnya. Apa mungkin orang yang mereka cari benar-benar sosok penting?"
"Tuan Marcus, kami baru saja mendapatkan informasi bahwa pemerintah negara Vistoria sedang melakukan pencarian besar-besaran seorang pria bernama Evan Krest. Pemerintah negara Havreland dan Lytora pun ikut melakukan pencarian Evan Krest. Bahkan, ada selentingan kabar yang beredar bahwa ketiga negara akan memberikan hadiah besar bagi seseorang atau sekelompok orang yang berhasil menemukannya."
Marcus memerintahkan pengawal tadi keluar. Ia segera mengirim pesan pada Sebastian mengenai hal ini agar Xander dan Evan Krest menjadi lebih waspada. "Keluarga Ashcroft pasti akan terseret jika pemerintah ketiga negara mengetahui soal kedekatanku dan Alexander dengan orang itu. Pemerintah negara Vistoria mungkin saja tidak akan mengambil sikap terlalu ekstrim pada keluargaku Ashcroft karena mereka membutuhkan beberapa suntikan dana, tapi berbeda dengan pemerintah negara Havreland dan Lytora yang tidak memiliki hubungan sedekat itu dengan keluargaku. Masalah ini akan jadi masalah pelik jika tidak ditangani sesegera mungkin."
Sementara itu, Govin yang tengah melihat pertandingan Xander dan Miguel seketika menjauh dari lapangan untuk sesaat. Ia mendapatkan panggilan dari Sebastian dan terkejut ketika mendengar pesan yang disampaikan.
"Baik, Tuan. Aku akan segera menyampaikan hal ini pada Tuan Xander dan Tuan Evan."
Govin segera mengirim pesan pada Bernard, lalu mendekat ke arah tanah lapang. "Tuan Xander, ada hal penting yang baru saja Tuan Sebastian sampaikan. Kita harus membicarakan hal ini dengan Tuan Evan dan yang lain secepat mungkin."
Xander dan Miguel segera mundur untuk saling merenggangkan jarak. Xander memberi tanda pada Miguel untuk menghentikan pertandingan. "Baiklah."
Xander segera membersihkan diri, mengganti pakaian. Dilihat dari ekspresi wajah dan mendengar ucapan Govin tadi, ia merasa kalau ada berita sangat penting yang tidak boleh terlewatkan. "Apa yang terjadi?"
Di saat yang sama, Evan Krest, Bernard, Darren, dan Kelly bergegas meninggalkan tempat peristirahatan mereka di hutan setelah mendengar kabar dari Govin.
"Suasananya menjadi sangat tegang," bisik Darren pada Kelly.
"Kau benar. Ayah dan kakek tiba-tiba diam setelah mendengar kabar penting Govin. Apa yang sebenarnya terjadi?"
Dalam waktu cukup singkat, Xander dan pasukan intinya serta Evan Krest dan keluarganya berkumpul di ruang bawah tanah.
"Apa yang ingin kau sampaikan Govin?" tanya Xander. Ia bisa melihat wajah tegang dari Evan Krest dan Bernard.
"Aku mendapatkan pesan dari Tuan Sebastian mengenai pihak militer negara Vistoria yang mendatangi Tuan Marcus di kediamannya," kata Govin.
"Pihak militer," gumam Evan Krest.
"Perwakilan militer itu bertanya pada tuan Marcus mengenai tuan Evan Krest. Mereka juga tidak segan menempatkan beberapa kamera pengawas di kediaman tuan Marcus dan di pakaian Tuan Marcus sendiri."
Suasana mendadak hening untuk sesaat.
"Mereka berani sekali melakukannya pada kakekku," ucap Xander.
"Menurut informasi yang aku terima dari Tuan Sebastian dan Tuan Marcus, pemerintah negara Vistoria, Havreland, dan Lytora sedang melakukan pencarian besar-besaran untuk menangkap Tuan Evan Krest. Pemerintah ketiga negara tersebut juga membuka kesempatan pada banyak pihak untuk ikut mencari Tuan Evan dengan imbalan yang sangat besar. Hal ini bermula dari ditemukannya dokumen catatan mantan anggota militer yang menyebutkan bahwa Tuan Evan Krest masih hidup dan bersembunyi di suatu tempat."
"Hari ini nyatanya tiba," ujar Evan Krest dengan tangan terkepal erat meski bibirnya justru tersenyum.
"Keadaan itu sangat berbahaya sekarang untuk kami, terutama untukmu, Ayah. Kita harus segera menyiapkan pelarian untuk menyelamatkanmu. Jika kita berada di tempat ini terlalu lama, hanya masalah waktu sampai musuh menemukan kita dan menangkap kita." Bernard tampak marah dan khawatir di saat bersamaan.
Xander terkejut dengan kabar tersebut. Di saat yang sama, ia mulai khawatir jika pelatihannya terganggu dengan masalah ini. Akan tetapi, keselamatan Evan Krest dan keluarganya tetaplah prioritas utama yang harus ia lakukan. Jika mereka dalam bahaya, ia tidak memiliki kesempatan untuk melanjutkan proses latihan.