Kehidupan Zayn berubah dalam semalam karena orang tuanya tega 'Membuangnya' ke Pondok Pesantren As-Syafir.
"Gila gila. Tega banget sih nyokap ama bokap buang gue ke tempat ginian". Gerutu Zayn.
---
Selain itu Zayn menemukan fakta kalau ia akan dijodohkan dengan anak pemilik pondok namanya "Amira".
"Gue yakin elo nggak mau kan kalau di jodohin sama gue?". Tanya Zayn
"Maaf. Aku tidak bisa membantah keputusan orang tuaku."
---
Bagaimana kalau badboy berbisik “Bismillah Hijrah”?
Akankah hati kerasnya luluh di Pondok As-Syafir?
Atau perjodohan ini justru menjerat mereka di antara dosa masa lalu dan mimpi menuju jannah?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon MayLiinda, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 26
AUTHOR POV – KAMPUS DANRA, PAGI HARI
Hari ini kampus DANRA mendadak lebih berisik dari biasanya. Bukan karena jam kuliah yang padat, tapi karena satu gosip yang lagi meledak kayak petasan di grup WhatsApp, Twitter, dan story IG anak kampus:
“Si ganteng maba, Zayn, ternyata udah nikah sama cewek pesantren!”
Chat grup kelas rame. Meme-meme editan foto akad Zayn sama Amira bertebaran. Ada yang bikin caption “Gagal jadi incaran kita, Girls”, ada juga yang lebih pedes:
“Pantes dingin, ternyata udah punya pelukan halal.”
“Cewek itu siapa sih? Mukanya b aja banget.”
Amira jalan pelan di koridor Gedung Akuntansi. Suara bisik-bisik ngikutin langkahnya kayak bayangan gelap.
“Itu dia, ya?”
“Serius dia udah nikah? Kocak sih, padahal masih muda.”
“Gue nggak habis pikir apa yang dilihat Zayn dari dia.”
Langkah Amira goyah sebentar, tapi dia mencoba menegakkan badan. Napasnya ditahan, kepalanya ditundukkan. Dalam hati, dia ulang satu doa, 'Ya Allah… jangan biarkan aku jatuh karena ucapan manusia.'
ZAYN POV
Gue masuk kampus, kepala penuh dengan amarah. Bukan karena gosip ini bikin gue malu. Nggak ada yang salah dari nikah muda. Yang bikin darah gue mendidih adalah karena ada orang yang sengaja ngejatuhin gue dan Amira.
Gue liat Amira dari jauh. Mukanya pucat. Gue pengen peluk dia sekarang juga. Tapi kita lagi di kampus. Gue cuma bisa kirim kode pake tatapan, kayak bilang, 'Lo harus kuat, Mir. Gue di sini.'
Pas gue belok ke tangga, gue liat Fatah nongol di pojok, sama anak Stardom yang lain. Mereka jalan santai, pura-pura nggak kenal, tapi gue ngerti maksudnya:
Backup.
Fatah mendekat dikit sambil bisik,
“Bro, Robi masih di kampus. Gue liat dia tadi di parkiran. Muka dia senyum-senyum bangsat.”
Gue ngepalin tangan di dalam saku jaket.
“Jaga Amira. Gue nggak mau dia sendirian.”
SYIFA POV – DI KELAS
Gue scroll IG, feed penuh sama foto akad Zayn. Dada gue panas, kepala gue berisik.
“Gila… dia cuma buat gue, bukan buat cewek cupu itu,” gumam gue sambil nge-crush sedotan plastik sampai patah.
Tiba-tiba kelas jadi heboh pas dosen masuk. Gue nggak peduli materi. Mata gue nggak bisa lepas dari Zayn. Tapi begitu liat Amira duduk diem di pojok, senyum gue ilang.
Kenapa dia? Apa hebatnya dia dibanding gue?
Gue tutup buku, ambil tas. Gue nggak bisa duduk manis sementara pikiran gue penuh amarah. Saat kaki gue melangkah keluar kelas, HP gue bunyi. Tertera nama Afifah di sana.
"Halo lo dimana Syif?" Tanya Afifah.
"Gue? Gue di kampus." Jawab gue dengan alis mengkerut.
"Lu sini deh gue sama Ilmia ada di kantin."
"Iya Syifa cepetan deh kesini kita mau tanya sesuatu sama lu."
"Iya Syif."
"Iya otw."
Tit..
Setelah mematikan telfon dari Afifah gue langsung melangkah menuju kantin kampus,karena udah gak mood ikut kelas. Sambil melangkah menuju kampus gue masih kepikiran sama rencana Robi kemarin.
FLASHBACK ON
SYIFA POV – MARKAS BRIGHTZONE
Bau asap rokok nyerang hidung gue begitu masuk markas. Suara musik nge-bass, dinding penuh poster balap liar. Gue melangkah masuk dengan heels, bikin semua cowok Brightzone nengok. Tapi gue nggak peduli. Mata gue cuma nyari satu orang:
Robi.
Dia duduk di kursi, kaki selonjoran, ngerokok santai. Senyumnya muncul begitu liat gue.
“Cepet banget lo datang.”
Gue tarik kursi, duduk di depannya.
“Gue nggak suka basa-basi, Rob. Gue mau Zayn. Lo bilang lo bisa bantu gue?”
Robi ketawa kecil.
“Bisa banget. Tapi gue juga punya maunya.”
“Cewek itu?”
Robi senyum miring. “Amira. Cantik, polos, beda sama yang lain. Gue pengen liat gimana kalau dia hancur.”
Gue melotot. “Lo gila.”
“Lo juga gila, Syif. Bedanya… lo gila karena cinta, gue gila karena mainan.”
Dia deketin wajahnya ke gue, suara rendah:
“Lo siap main kotor?”
Gue tarik napas panjang. Hati gue masih panas gara-gara foto tadi. Gue inget gimana tatapan Amira ke Zayn. Gue nggak tahan bayangin mereka bareng.
“Gue siap.”
Robi senyum puas. Dia lempar HP ke meja. Layarnya nyala, nunjukin sebuah file video.
“Step dua. Kita bikin kampus ini nggak cuma gosipin mereka nikah… tapi kita kasih drama yang lebih panas.”
Gue liat layar itu, alis gue naik.
“Lo dapat dari mana?”
Robi cuman senyum miring.
“Gue punya mata di mana-mana, Sayang.”
FLASHBACK OFF
AUTHOR POV – KAMPUS, SIANG
Di ruang kelas, suasana masih panas. Dosen yang harusnya ngajarin malah sibuk membahas aturan gara-gara semua ribut soal foto viral tadi.
Amira duduk di pojok, buka buku tapi nggak satu kata pun kebaca. Di luar, Syifa nongol lagi. Tapi kali ini, senyumnya beda. Ada sesuatu di matanya. Sesuatu yang bikin bulu kuduk berdiri.
POV ROBI – MALAM DI MARKAS
Gue duduk di sofa, HP di tangan, senyum nggak bisa ilang. Chat grup Brightzone rame. Juno udah siap bikin akun fake buat nyebar video kejutan. Bara dan Andre udah atur strategi buat serang mental Zayn lewat medsos.
“Besok pagi, kita upload. Biar kampus kebakar sama gosip baru,” ucap gue pelan sambil nyalain rokok.
Di layar HP, thumbnail video itu jelas: Amira dan Zayn di apartemen. Lagi duduk deket, Amira ketawa pelan.
Nggak ada yang vulgar. Tapi angle kameranya cukup bikin semua orang mikir yang nggak-nggak.
Gue tarik napas panjang, hembusin asap, terus ketik satu kalimat di grup:
“Besok kita jatuhin mereka pelan-pelan. Zayn harus nyesel pernah ngelawan gue.”
AUTHOR POV – APARTEMEN MALAM HARI
Lampu kota Jakarta nyala kayak lautan emas. Tapi di lantai 15 apartemen kecil itu, suasana jauh dari kata indah.
Amira duduk di sofa, kepala bersandar, matanya sembab. Zayn di depan jendela, tangan masuk ke saku, rahangnya keras.
“Lo nggak papa?” suara Zayn berat, pelan.
Amira geleng. “Aku… gak papa Zayn,cuman...apa kita bisa lewatin ini semua?.”
Zayn jalan pelan, duduk di depannya, genggam tangan Amira erat.
“Denger gue baik-baik. Gue nggak akan biarin mereka nyentuh lo. Gue nggak peduli gue harus lawan satu kampus, satu kota, atau satu dunia sekalipun.”
Air mata Amira jatuh, tapi senyum tipis muncul.
“Zayn…”
Dia peluk Zayn erat.
Tapi di luar sana, badai udah siap. Dan mereka nggak tahu… Kalau besok bakal lebih parah dari hari ini.
HP Zayn bergetar. Notifikasi masuk: “Nikmatin malam terakhir lo, Bro.”
Zayn mengepalkan tangannya sampai buku-buku jarinya memutih.
ENDING BAB 26
Kamera pindah ke Robi di markas Brightzone. Dia angkat HP, senyum lebar, bilang pelan:
“Besok… semua orang nggak cuma tau lo udah nikah, Bro. Mereka juga bakal liat sisi lo yang lo coba sembunyiin.”
To Be Continued..✨️🫶