Hai semua,,,author kembali lagi nih dengan cerita baru.
Sebuah pernikahan terjadi di masa lalu, walau pernikahan dini namun tetap sah karena sang ayah si gadis yang menikahkan.
Kehidupan terus berputar dan saat si gadis dewasa sang suamipun ingin meresmikan pernikahannya.
Namun bagaimana jadinya jika pernikahan mereka terlupakan oleh sang gadis ,,,
Penasaran ???!! Yuk dibaca ,,,,
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Roslaniar, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 32 》》KASIHAN PONAKAN ABANG
Niko menggenggam tangan adiknya yang masih terlihat ragu. Semakin lama genggaman tangan Niko semakin terasa lembut dan hangat membuat Andhini merasakan kasih sayang sang abang yang begitu besar padanya.
“Bund, kapan kita bisa ketemu ayah ?! Apa ayah gak sayang sama kita ?! Tapi ayah teman Disha sayang sama teman Disha ,,,” Pertanyaan dan tatapan gadis kecilnya membuat Andhini membeku.
“Dek, kasihan ponakan abang ,,, jangan korbankan anakmu hanya karena kemarahanmu, kalian sama-sama punya hak terhadap Disha,,,” Niko memanfaatkan pertanyaan Disha untuk membuka hati adiknya. Selain cuek Andhini juga keras kepala yang selalu membuat pusing kepala sang bunda.
“Abang, bawa aja Disha ke dalam. Aku gak mau terlibat dengan pria itu.” Meskipun Andhini mengijinkan Satria bersama putrinya namun ia sudah berniat memutuskan hubungan dengan Satria. Hidupnya terlalu ribet saat mereka hidup bersama.
“Sayang, mau ketemu ayah kan ? Uncle yang didalam rumah itu ayah Disha, sekarang masuk sama uncle Niko ya, bunda masih ingin disini,” Andhini tersenyum lembut sambil menatap manik mata hazel putrinya yang terlihat berbinar. Rasa bersalah kini Andhini rasakan.
“Bunda gak rindu ayah ?!” Pertanyaan polos meluncur bebas dari bibir mungil gadis kecilnya dan hanya di balas dengan senyuman manis oleh Andhini.
“Disha aja ya, sana sama uncle Niko ,,,” Andhini mendorong dengan sangat pelan dan lembut tubuh mungil putrinya agar pergi bersama Niko.
Dengan sigap Niko menggendong tubuh mungil ponakannya. Dari bobot tubuh ponakannya itu, Niko merasa jika adiknya sangat memperhatikan asupan gizi gadis mungil yang berada dalam gendongannya. Tubuh kecil ini terasa berat dan padat.
Andhini menyandarkan tubuhnya menatap punggung Niko yang menggendong putrinya semakin menjauh lalu menghilang dibalik pintu. Ia harus menyiapkan diri berbagi waktu dengan keluarga Satria. Semoga saja Satria hanya membawa putrinya ke rumah kedua orang tuanya agar resiko bertemu Linda sangatlah kecil.
Mengingat kelakuan kejam Linda beberapa tahun yang lalu menerbitkan rasa takut pada diri Andhini. Ia tak ingin putri yang sudah ia rawat seorang diri mengalami kesulitan. Cukup dirinya saja yang pernah mengalaminya.
Disha masih bergelayut manja dalam gendongan Niko ketika telah berada di dalam rumah. Melihat bunda Riana yang masih pada posisinya, Disha menyembunyikan wajahnya pada bahu Niko. Rupanya gadis kecil itu merasa trauma melihat bunda Riana.
“Sini sayang, sama oma ya ,,,” Bunda Riana menghampiri Disha dan ingin menggendongnya.
“Aku takut uncle ,,,” Disha memeluk erat leher Niko dengan wajah ia sembunyikan di ceruk leher Niko.
“Jangan dipaksa bund ,,, biar dia tenang dulu,” Niko tak ingin ponakannya kembali menangis sehingga mendapatkan amukan dari Andhini.
“Kalo gak mau sama oma, gimana kalo sama papa aja, mau kan ?!” Kali ini Satria menawarkan diri. Sejak melihat Disha pertama kalinya, ia sudah ingin menggendong gadis kecil itu.
“Bukan papa tapi ayah. Disha punya papa di rumah mama.” Disha tetap pada pendiriannya. Sejak Mrs. Isabel dan suaminya sering menyebut dirinya papa dan mama jika bersama Disha maka Andhini pun mengajari putrinya menyebut dirinya sebagai bunda sedangkan ayahnya berada di Indonesia. Semua semata-mata agar Disha tak semakin bingung tentang kedua orang tuanya.
“Sorry, ayah lupa ,,, yuk sama ayah kasihan unclenya dari tadi gendong Disha,” Ucap Satria lembut sambil mengusap pucuk kepala putrinya.
Sungguh terasa sesuatu yang berbeda untuk pertama kalinya menyebut dirinya ayah. Rasa bahagia menyelimuti seluruh jiwa raganya meskipun ada rasa sesal yang terselip karena tak bisa melihat beberapa moment tumbuh kembang putrinya.
Disha mengangkat wajahnya, sejenak menatap wajah Satria lalu menatap Niko seolah meminta pendapat dari sang uncle. Setelah Niko tersenyum dan menganggukkan kepalanya barulah Disha mau digendong oleh Satria.
Mata Satria mengembun ketika ia menggendong anaknya untuk pertama kalinya. Bahagia ? Tentu saja. Tak ada kata yang diucapkan Satria selain hanya memeluk putrinya dan berkali-kali mengucap syukur pada Sang Pemilik Takdir karena doa-doa yang ia panjatkan akhirnya terkabul.
Otak Satria bekerja keras mencari cari agar anak dan istrinya bisa bersama. Apapun akan Satria lakukan agar mereka bisa hidup bahagia layaknya sebuah rumah tangga pada umumnya.
“Woiiii ,,, biasa aja meluknya yang kamu peluk itu anak kecil ,,,” Niko sedikit berteriak karena tak tega melihat ponakannya di peluk dengan sangat erat hingga anak kecil kesulitan bergerak.
Satria melerai pelukannya dan menatap lekat manik mata putrinya. Manik mata hazel yang merupakan warisan darinya.
“Bund, duduk sini yuk ,,,” Disha melihat Andhini yang sedang berjalan melewati pintu utama tiba-tiba menarik atensi gadis kecil itu.
“Disha aja ya, bunda capek mau istirahat”. Tak ada senyuman manis seperti biasanya jika berbicara dengan putrinya itu namun suaranya masih tetap lembut.
“Na, kita ke kamar yuk ,,,” Andhini melihat sahabatnya yang sejak tadi hanya duduk diam merasa tak enak hati. Abangnya juga hanya duduk diam di depan Zelena.
“Boleh abang ikut ?!” Pertanyaan Niko sukses membuat Andhini menautkan alisnya bingung. Hal yang sama di lakukan oleh Zelena. Kedua sahabat itu memang tak diragukan lagi kekompakannya.
Tanpa menunggu persetujuan Andhini, Niko mengekori keduanya. Tinggallah bunda Riana, Satria dan Disha yang masih berada dalam pangkuannya.
“Nak Satria tidak mengabari nenek dan kakeknya Disha ?! Pasti mereka senang jika mengetahui kalo ternyata mereka punya cucu,,,” Pertanyaan bunda Riana menyadarkan Satria. Saking senangnya ia melupakan kedua orang tuanya.
“Disha mau gak ketemu sama nenek dan kakek ?!” Satria mengeluarkan ponselnya dan mendial nomor mama Bella.
DRrrrrrrt drrrrrrrrttt
“Assalamualaikum nak, tumben jam segini belum pulang ?!” Terdengar suara khawatir mama Bella.
“Maaf ma, aku di rumah bunda. Mama sama papa ke rumah bunda sekarang, ya ,,,”. Satria ingin memberikan kejutan pada kedua orang tuanya.
Satria pun memesan makanan dari restoran untuk makan malam mereka. Malam ini mereka akan berkumpul sebagai sebuah keluarga. Dengan kehadiran kedua orang tuanya, Satria berharap Andhini bisa sedikit berdamai dengannya.
Sejak pertemuan mereka pagi tadi hingga beberapa saat yang lalu, Andhini sangat cuek dan seolah tak mengenalnya padahal wanita itu bahkan melahirkan putrinya. Wanita itu seolah tak melihat kehadirannya.
Beberapa jam kemudian, sebuah mobil mewah memasuki halaman rumah bunda Riana. Dengan segera bunda Riana berdiri dan menyambut mama Bella dan suaminya. Sejenak kedua wanita itu bersalaman dilanjut dengan cipika cipiki khas salam pertemuan para wanita.
“Satria mana mbak ?!” Mama Bella tak dapat menahan rasa penasarannya. Ditelepon Satria hanya memintanya datang ke rumah besannya.
Karena telepon Satria yang tak jelas membuat mama Bella dan om Beny menduga-duga jika besan mereka sedang sakit. Dan ternyata dugaan mereka sangat jauh meleset. Besannya terlihat segar bugar.
“Ada di dalam jeung, mari masuk. Kita bicara di dalam,,,” Bunda Riana berjalan lebih dulu diikuti oleh pasangan suami istri yang selalu tampak mesra dimanapun berada.
🍓🍓🍓🍓🍓🍓🍓🍓🍓
Semangat berkarya thooorrr💪🏻💪🏻
apapun keputusan Andhini jujurlah atas apa yg terjadi di masa lalu