Apa jadinya jika ustadzah cantik nan sholihah sekelas Jasmine Qurattul Ain dijodohkan dengan CEO tampan yang memiliki karakter dingin sedingin kutub Utara? Dialah Keenandra Nareswara Kalandra, pengusaha sukses diusianya yang baru menginjak dua puluh tujuh tahun.
Apalagi Keduanya memiliki adab dan akhlak yang saling bertolak belakang. Jasmine dengan kelembutan dan ketegasannya. Sedangkan Keenandra dengan sikap arogan dan keangkuhannya yang sangat di luar batas wajar.
"Kamu bukanlah tipe wanita idamanku. Jadi, jangan berharap aku akan menyentuhmu selayaknya pasangan suami-istri! " ~ Keenandra Nareswara Kalandra
"Aku pun tidak sudi disentuh oleh lelaki yang tak beradab dan berakhlak sepertimu! aku bukanlah wanita bodoh dan lemah seperti yang kamu pikirkan!" ~ Jasmine Qurattul Ain
Bagaimana kelanjutan kisah Jasmine dan Keenandra? Akankah pernikahan keduanya bertahan lama saat orang ketiga turut andil mewarnai biduk pernikahan mereka? Yuk, simak ceritanya only di noveltoon. Terimakasih
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Alinatasya21, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 24. Ketumpahan Air Panas
"Kau yang mulai menggodaku. Jangan salahkan aku jika terpikat padamu," bisik Keenandra sembari menelusuri wajah Jasmine yang tertutup cadar dengan jemari tangannya.
"A-aku tidak bermaksud begitu," gugup Jasmine saat jemari sang suami bermain di atas bibirnya yang masih mengenakan kain penutup.
"Hahaha, ternyata nyalimu hanya begini. Jangan menggodaku jika kau tak sanggup mengimbangiku." Keenandra berbisik kecil di telinga Jasmine. Sehingga membuat gadis bercadar hitam itu merinding sendiri.
"Menjauhlah!" Jasmine mendorong kasar dada bidang Keenan. Sumpah dia belum siap untuk disentuh pria yang masih menyematkan nama wanita lain di hatinya.
"Hari ini aku bebaskan dirimu tanpa gangguan. Tetapi besok belum tentu. Oh ya, jangan lupa minum obat pereda nyeri. Mulai malam ini kita pisah ranjang. Aku pun sudah membelikan ponsel baru untukmu. Ingat! jangan coba-coba menyimpan nomor pria lain. Cukup nomor aku saja yang tertera di ponselmu."
Keenandra tersenyum devil. Dia merasa menang karena bisa memisahkan sang istri dari pria yang dicintai.
"Kau tidak bisa melarangku untuk menyimpan nomor pria lain. Sebab di tempatku bekerja di sana ada ustadz atau guru laki-laki yang mengajar di sana. Tentunya kami saling terhubung satu sama lain. Apalagi jabatanku adalah kepala sekolah," ungkap Jasmine tanpa ragu.
"Kalau hanya sekedar rekan kerja boleh. Tetapi, tidak boleh nomor pria yang hadir dalam mimpimu." Keenandra menyinggung tentang pria yang dicintai sang istri. Sehingga membuatnya harus lebih ekstra memperhatikan sang istri.
"Baiklah, aku sepakat mengenai hal ini. Asal kau pun jangan pernah lagi menghubungi wanitamu yang tak halal kau miliki!" tekan Jasmine tak mau kalah.
"Jangan membahas kekasihku! Aku tak mungkin melepaskannya begitu saja. Aku harus menikahinya setelah bercerai darimu. Tetapi, saat kita masih terikat jangan coba-coba menarik pria yang lain dalam hidupmu. Jika tidak mereka semua akan berurusan denganku."
Keenandra tetep kekeuh dengan rasa egonya. Dia boleh memiliki wanita idaman lain tetapi sang istri tidak boleh. Sungguh definisi suami yang sangat egois bukan?
"Kau tidak bisa mengekang ku sesuka hatimu. Jika hal itu tidak kau hindari, maka jangan salahkan aku jika berteman bebas dengan siapa saja. Kamu sendiri bisa bersama wanita lain. Lalu kenapa aku tidak boleh bersama pria yang aku cintai." Jasmine memutar balikan kembali apa yang dikatakan oleh sang suami, sehingga membuat rahang Keenandra kembali mengeras.
"Kau ini tidak bisa dikasih hati. Aku tidak peduli apakah kamu benar-benar memiliki sosok pemuda impian. Tetapi aku tetap berkeras hati untuk tidak mengizinkanmu bersama laki-laki lain. Jika itu terjadi jangan salahkan aku menyentuhmu lebih dari ini!"
Keenandra menarik paksa dagu Jasmine. Nyaris ia ingin menyingkap tirai niqab sang istri. Tetapi, dia urungkan. Pria arogan itu menjadi sangat khawatir jika sampai melihat wajah di balik cadar Jasmine apakah cantik atau buruk rupa.
"Kau memang egois!" cecar Jasmine.
Gadis bercadar hitam itu tidak akan menyerah untuk menghempaskan pelakor yang menganggu biduk rumah tangga mereka. Ia tidak ingin Keenandra berhubungan dengan wanita tersebut.
''Terserah kamu ingin berucap apa? Yang jelas jangan berani-berani menyelipkan nama pria lain di ponselmu ini!" tekan Keenandra dengan memberikan paper bag berisi ponsel mahal untuk sang istri.
"Dasar keras kepala! Sukanya menang sendiri tanpa memikirkan perasaan orang lain!" oceh Jasmine.
Keenandra pun pergi meninggalkan sang istri di kamar sendirian. Sementara dirinya tidur di kamar lain yang berseberangan dengan kamar Jasmine.
"Dia pikir bisa memisahkan aku dari Celline! Tidak akan! Celline tetap yang pertama di hatiku," gumam Keenan dengan sedikit ragu menyelimuti hatinya.
Pria plin-plan itu pun menghempaskan tubuh di kasur. Dia merasa lega bisa lepas dari Jasmine.
"Akhirnya aku memiliki kebebasan. Kalau tidak dia selalu menganggu aktivitasku. Celline pasti marah gara-gara aku abaikan."
Keenandra segera menghubungi kekasihnya yang sedang mengamuk nun jauh di negara Amerika. "Sayang, aku minta maaf, tadi sedang sibuk bekerja."
"Aku tidak percaya, Mas. Tadi suara wanita yang sedang mengeluhkan rasa sakit." Celline tetap merudung Keenandra dengan perasaan yang tak tenang. Dia tidak ingin kehilangan kekasihnya.
"Jangan salah paham dulu! Kamu salah dengar. Tenangkan dirimu ya. Bulan depan kita bertemu,'' hibur Keenandra dengan penuh kasih.
Ketika berbicara dengan Celline, Keenandra begitu sangat lembut. Berbeda ketika berhadapan dengan Jasmine, hatinya selalu ingin berontak tetapi tak rela kehilangan. Ia pun bingung menafsirkan perasaannya sendiri.
"Ya sudah pokoknya aku tidak mau tahu setiap hari kamu harus menghubungiku lima kali sehari paling sedikit," pinta Celline yang mulai mengadi-ngadi.
"Iya, sepuluh kali sehari pun aku sanggup menghubungimu, Baby." Keenan berusaha menghibur kekasihnya, sehingga Celline merasa sedikit berbunga-bunga.
"Dasar laki-laki bodoh! Mau saja terus ku kibuli," umpat Celline dalam hati.
Wanita berpakaian kurang bahan itu pun kembali merayu Keenan agar menuruti maunya. "Sayang, aku butuh uang seratus juta rupiah untuk membelikan barang branded. Yang lima puluh juta habis aku belanjakan dengan teman-temanku. Hidup di negara Amerika butuh uang yang banyak untuk bertahan hidup," ucap Celline terdengar manja.
"Iya, berapapun akan ku kirimkan asal untukmu. Yang penting kamu kuliah yang benar dan pulang nanti jadi orang," ungkap Keenan sembari memanjakan kekasihnya.
"Thank you, Honey!" Celline kegirangan sembari mengecup-ngecuo ponselnya. Seolah-olah dia sedang mencium Keenan.
Prankkk.
Suara pecahan piring terdengar dari arah dapur, membuat Keenandra mengakhiri percakapannya dengan Celline.
"Suara apa lagi?" batinnya. Tapi, pria tampan itu gegas berlari menuju dapur. Feeling-nya mengatakan terjadi sesuatu pada sang istri.
"Apa yâng terjadi?" seru Keenadra saat melihat Jasmine meringis kesakitan karena ketumpahan air panas.
"Kenapa tidak berhati-hati?" Keenandra khawatir luar biasa. Dia sampai meniup-niup jemari tangan Jasmine yang mulai melepuh.
"A-aku ingin merebus mie. Tapi air panas di panci terseret oleh kerudung yang aku kenakan," ucap Jasmine dengan menahan rasa perih di jemarinya.
"Kau ini sangat ceroboh sekali!" Keenandra mendadak perhatian penuh. Dia bahkan merangkul pundak Jasmine dan membawanya duduk di kursi meja makan.
Tidak hanya sampai di situ, Keenan berlutut sembari mengobati tangan sang istri dengan mengoleskan minyak khusus mengobati luka terkena siraman air panas.
"Lain kali jangan menggunakan kerudung terlalu panjang. Kalau pun ingin mengenakannya lebih berhati-hati saat memasak. Siapa yang menyuruhmu merebus mie? Aku bahkan belum sempat memesan makan siang untukmu."
Keenandra menjadi kesal sendiri karena Jasmine selalu melakukan sesuatu tanpa pertimbangan. Berbeda dengan kekasihnya Celline yâng selalu terlihat manja dan ingin diperhatikan.
"Aku bukan wanita manja yâng selalu ingin berada dalam kungkungan suami. Selagi aku bisa bergerak sendiri, aku akan melakukan apa yang mampu aku lakukan." Jasmine masih tetap saja berkilah meskipun dalam keadaan kesakitan.
"Kau ini selalu pandai mengoceh!''
"Itu memang sudah habitatnya wanita," ucap Jasmine tidak mau kalah.
Cuppp.
"Dia menciumku!" batin Jasmine dengan jantung yang berdegup kencang saat Keenandra mengecup bibirnya yang tertutup cadar.
"Itu hukuman untuk istri yang cerewet!" ketus Keenandra tanpa rasa bersalah.
"Kau!"