NovelToon NovelToon
Senandung Sang Bunga

Senandung Sang Bunga

Status: sedang berlangsung
Genre:Duniahiburan / Teen School/College / Karir / Fantasi Wanita / Chicklit
Popularitas:1.7k
Nilai: 5
Nama Author: Baginda Bram

Aidol atau idol. Adalah istilah yang lumrah di zaman ini karena kehadirannya yang telah masif.

Chandra Kirana adalah salah satunya. Ia yang mulai dari nol, tak pernah berpikir untuk menjadi seorang idol.

Namun, ia "terperosok" ke dalam dunia itu. Mulai saat itu, dunianya pun berubah.

Dunia yang dipenuhi estetika keindahan, ternyata banyak menyimpan hal yang tak pernah terduga sebelumnya.


(Update setiap hari selasa, kamis, Sabtu dan minggu.)

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Baginda Bram, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 27

Kami mulai meninggalkan tempat itu dengan kebingungan.

Tapi sebelum itu, tiba-tiba saja ada sebuah panggilan alam yang sama sekali tak bisa kutolak. Perutku tak dapat diajak berkompromi lagi.

Mau tidak mau, aku harus memenuhi tuntutannya agar ia menghentikan pemberontakannya. Kuminta Viola untuk menemaniku.

Pandanganku mengitari seluruh sudut. Mencari plang kamar kecil. Berjalan beberapa saat, belum juga kutemukan.

Malah aku mendapati fakta kalau bangunan yang berada di sekitarku benar-benar sebuah sekolah.

Kesimpulan itu kudapat saat menatap ke dalam melalui celah tirai. Di dalamnya terdapat bangku dan meja yang berbaris rapi serta papan tulis yang membentang di depannya.

Kalau dari bangunannya, ini pasti bukan sekolah biasa. Ruangannya yang terlihat mewah, taman yang terlihat asri, lapangan yang terawat. Tidak terbantahkan kalau sekolah ini adalah sekolah elit.

Cukup terkesannya. Sekarang toilet dulu. Kebelet mulai tak tertahankan. Duh, mana sih?

Saking besar dan banyaknya ruangan, mencari toilet pun menjadi sulit. Beberapa saat berjalan cepat, pandanganku menemukan segerombol lelaki yang sedang duduk di tepian jalan. Mereka semua mengenakan jas abu-abu yang serupa.

Cukup mengherankan. Bukannya hari ini tanggal merah ya? Kenapa ada manusia di sini? Tapi, kebetulan sih, aku butuh seseorang untuk bertanya.

Aku bergegas mendekati mereka. Salah seorang dari mereka yang sadar, mendongak ke arahku. Yang lainnya mengikut, sejenak nampak terkejut.

"Maaf Kak, toilet di mana yah?" Tanyaku ramah.

"Ah ... o-oh, itu. Di sebelah sana." Jawab salah seorang dengan terbata sambil tangannya bergerak kecil.

"Lurus aja, terus?" tanyaku yang masih tidak paham maksudnya.

"I-iya, nanti ada perpustakaan, masuk saja, di sana ada satu, agak di dalam."

"Oh gitu, terima kasih ya Kak." Ucapku sambil melontarkan senyum.

Tanpa menunggu balasan, kami berdua berjalan cepat ke arah yang dimaksud. Aku mempercepat langkah, kebelet makin memburu.

Tiba di sebuah bangunan lebar berplang "Library". Dengan gesit aku masuk. Udara dingin ruangan yang menerpa semakin menuntutku untuk mencari. 

Sebuah plang kutemukan di antara rak. "Toilet" beserta arah penunjuknya. Tanpa menunggu Viola, aku berlari kecil. Memasuki ruangan itu.

Lega rasanya setelah keluar dari ruangan itu. Kami bergegas menyusul teman-teman. Melewati jalan yang sama. Berpapasan kembali dengan rombongan lelaki tadi.

Entah kenapa, mereka sejak tadi memperhatikan kami. Aku sadar, tapi pura-pura tak tahu saja. Hingga sampai melewati mereka, aku menampakkan senyum tipis saja.

"Eh lewat aja nih? Kenalan boleh kali."

Tanpa sempat menjawab, seseorang mendadak berjalan dari samping. Sontak menghentikan langkah kami. Berjalan dengan kedua tangan yang ia masukkan ke kantong. Berbalik menatap kami berdua bergantian.

"Aku Alan Cornelius. Panggil saja Alan." Sodor tangannya mendadak.

Kubalas tatap. Menatap dari ujung kaki sampai ke wajah. Lelaki berwajah tirus dengan poni ikal yang terbelah dua mengenakan setelan yang sama dengan beberapa lelaki lain.

Lelaki ini tidak ada tadi. Mungkin ia baru datang atau sedang melakukan sesuatu. Kini menatapku balik.

Sodoran tangannya pun nampak memang ditujukan padaku. Kusambut sodoran tangannya. Membuat kedua tangan kami bertemu. Ia tersenyum cerah.

"Aku Kirana." Ucapku sembari membalas senyumnya, "dan ini Viola." Tunjukku ke orang di sebelah.

"Hai Kirana," sapanya balik.

Tangan kami pun terlepas.

"Kalian dari mana mau kemana nih?"

"Tadi kami habis nyari toilet, ini mau balik ke bis."

"Bis? Dalam rangka apa nih?"

"Tadi kami syuting."

"Oh artis dong?"

"Lebih tepatnya girls group."

"Oh, iya kah? Apa nama grupnya?"

"Flow."

"Flow yang itu? Yang lagunya 'Chain of love' itu kan?"

"Yap betul sekali."

"Terus kalian syuting apa? Film?"

"Bukan. Cuma video klip."

"Oh, nyanyi sama nari begitu?"

"Iya, tapi aku cuma jadi cameo aja."

Alan nampak kaget mendengar kalimatku. Viola yang dari tadi hanya menyimak, menyikutku.

Dangan lirikannya, ia berisyarat untuk mengajakku segera pergi dari situ. Baiklah. Kalau begitu, nanti ketika Alan akan memulai lagi perbincangan, akan segera kupotong kalimatnya.

"Te—"

"Sorry nih, kami harus pergi. Takut ditunggu teman-teman."

"Oh, Iya. Kalau begitu, silakan." Ucapnya sambil mempersilakan dengan tangan.

Kami berdua mulai melangkah, "Tapi, sebelum kalian pergi, boleh minta foto dulu?"

"Bol—" sebelum jawabanku tersampaikan, Viola menarik lenganku, kali ini dengan sedikit paksaan.

"Maaf kak, lain kali saja ya?" Kilah Viola cepat.

Aku tidak tahu kenapa dia terburu-buru seperti itu. Yang jelas, waktu keberangkatan kami masih sepuluh menit lagi. Apa salahnya cuma sekedar berfoto? Aku yakin tak akan menyita waktu yang lama.

"Sekaliii aja." Mohonnya.

"Enggak bisa kak, Maaf yah." Kilah Viola kembali.

"Please, sekali aja. Sekali jepret aja!" Mohonnya kembali, kali ini diikuti dengan isyarat tangan.

"Maaf ya Kak," kedua telapak tangan Viola bertemu, kepalanya pun ikut tertunduk, "maaf banget, bukannya kami enggak mau, tapi sudah ketentuan dari manajemen kalau kita dilarang foto sembarangan. Hanya diperbolehkan di waktu-waktu tertentu saja. Sekali lagi maaf ya, Kak."

Setelah menunduk agak lama, ia menarik lenganku. Berjalan cepat. Aku yang masih keheranan dengan sikap Viola, mengimbangi langkahnya.

Kami meninggalkan lelaki tadi tanpa sempat melihat raut wajahnya setelah penolakan keras dari Viola. Kuharap ia tak menyimpan perasaan negatif setelah mendapatkan penolakan itu.

Langkah kami yang gesit telah membawa kami keluar dari lingkungan sekolah dengan segera. Bis yang telah di depan mata, membuat langkah kami susut.

Aku yang belum lepas keheranan, penasaran dengan alasan Viola. Tanpa menunggu ia menjelaskan, aku langsung tanya begitu saja.

"Vi, buru-buru amat?"

"Jangan-jangan kamu enggak tau? Kalau ada larangan enggak tertulis soal berfoto dengan orang lain kecuali di event tertentu aja?"

"Memang apa salahnya? Nanti kita di cap pelit gimana?" Sanggahku.

"Begini lho. Misalkan kamu berfoto dengan orang di luar event, nanti orang lain berpikir, 'buat apa aku bayar untuk foto, gratis juga bisa dapat' gimana?"

"Hmm ...." Aku hanya bergumam sambil mencerna kalimat Viola.

"Parahnya lagi, kalau ada yang iri. Mereka yang sudah bayar, jelas iri kalau ada orang yang bisa berfoto tanpa harus membayar."

Benar juga. Aku tak pernah terpikir sampai situ. Itu artinya kita tidak boleh melakukan foto demi kepentingan bersama. Tapi, sebagai gantinya, kita sebagai idol akan dicap congkak. Itu sudah seperti pisau bermata dua.

Kita tidak bisa menyenangkan semua pihak. Pada akhirnya, hal yang paling menguntungkan adalah tidak melakukan kontak apapun dengan orang lain untuk mempertahankan eksklusifitas.

Pantas saja julukan, "idol itu kapitalis" sudah menjamur.

"Aku paham sih."

"Nah, jangan ulangi seperti itu lagi."

Pada akhirnya, kita semua bergerak di bidang bisnis. Omongan negatif sudah tak bisa terhindarkan lagi. Kita cuma bisa menerima dan tak peduli.

Selama bisnis kita berjalan dan orang-orang hanya bisa melontarkan omongan negatif tanpa bisa menghentikannya, kurasa tak masalah. Selama pundi-pundi rupiah bisa masuk ke kantong tanpa kendala, omongan orang-orang tak berarti apa-apa. Menurutku sih begitu.

Kami berjalan berdua. Masuk ke dalam bis. Rupanya kamilah orang terakhir yang kembali. Manaruh tas pada bagasi tengah, tak butuh waktu lama, bis yang kami kendarai mulai berjalan.

1
SakiDino🍡😚.BTS ♡
Bagus banget deh, bikin nagih!
KnuckleDuster
Buat gak bisa berhenti baca!
Coke Bunny🎀
Gemesinnya minta ampun!
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!