Lanjutan Chelsea and The Ghosts
Bermula dari Seiichi Park yang dihantui oleh arwah gadis koma bernama Sasikirana, membuat dirinya terlibat kasus kejahatan yang sadis, terstruktur hingga tidak memperdulikan nyawa manusia.
Kasus Sasikirana membuat Seiichi bersama dengan Divisi Kasus Dingin Polda Metro Jaya berhadapan dengan mafia hukum yang bukan hanya dari kejaksaan tapi juga kehakiman.
Puncaknya, saat ada korban, Klan Pratomo pun turun membantu para polisi-polisi yang masih lurus dan berdedikasi.
Generasi ke delapan klan Pratomo
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hana Reeves, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Martabak
"Pak Fariz udah bisa pulang?" tanya Suster Lia saat mereka berjalan ke parkiran motor.
Iptu Fariz tidak menjawab tapi keluar jiwa isengnya. Tangannya mengukur tinggi suster Lia ke badannya dan memang bedanya hampir 25 sentimeter karena Iptu Fariz memiliki tinggi 184cm sementara suster Lia hanya 160cm.
"Pak Fariz ngapain?"
"Benar kata Dok Lucky. Suster Liliput ... Addduuuhhhh!" Iptu Fariz menjerit kesakitan karena kena cubit pinggangnya oleh Suster Lia.
"Pak Fariz tuh! Ya ampun udah bertahun-tahun barengan kok ya baru sekarang diperjelas!" amuk Suster berusia 29 tahun itu.
"Lha selama ini kan kita jarang begini. Biasanya cuma urusan kasus, urusan korban." Iptu Fariz sudah sampai di parkiran motornya. "Aku kuat kok Sus Lia."
"Yakin? Bener?" Mata hitam Suster Lia menatap pria jangkung itu.
"Yakin. Sudah, sus Lia pulang saja. Hati-hati."
Suster Lia pun mengangguk dan menuju motor Honda Beatnya.
"Suster Liliput, motor nya juga menyesuaikan," goda Iptu Fariz yang naik motor NMax.
"Pak Fariiiiizzzzz!" jerit Suster Lia kesal.
Iptu Fariz hanya nyengir usil.
***
Rumah Shea dan Steven
"Sheva, kamu sama Abraham dulu ya. Mama mau urusan dulu sama Pak Longga, Pak Sakera dan Oom Darussalam," ucap Shea yang hendak keluar.
"Iya Mama. Sheva sama kak Brem-Brem." Sheva pun mengambil buku ceritanya dan mulai belajar baca bersama Abraham karena buku ceritanya berbahasa Belanda.
Sheva pun berjalan ke arah arwah yang dihadang oleh Pak Sakera dan Darussalam.
"Astaghfirullah ...." Shea menutup hidungnya karena arwah itu sama baunya dengan Theo Tan. "Ibu, ada apa ibu kemari?"
"Shea, ini ada Bu Jamilah ... Dia ingin anaknya dihukum," ucap Pak Sakera.
"Apakah kasusnya sudah masuk Polda?" tanya Shea.
"Sudah setahun lalu dan sepertinya baru dilimpahkan ke divisi gabut," jawab Darussalam. "Bu Jamilah tahu karena bang Steven yang pegang."
"Oke ... Beritahu kronologisnya." Shea menatap arwah itu dengan perasaan sedih. Pasti ada yang tidak beres.
***
Ruang Kerja Divisi Kasus Dingin Polda Metro Jaya Jakarta
"Kamu sudah kabari Shea?" tanya AKBP Victor yang sudah berganti pakaian hitam-hitam.
"Sudah. Kirim pesan saja soalnya pasti sibuk urus Sheva." AKP Steven juga berganti pakaian dengan kaos hitam, jaket hitam dan jeans hitam. Semua anggota divisi kasus dingin punya lemari locker yang berisikan baju-baju yang diperlukan mereka untuk situasi seperti ini.
"Aku juga sudah kirim pesan ke dik Putri," ucap AKP Arief. "Dibalasnya ngawur lagi."
"Apaan?" tanya AKBP Victor.
"Jangan lupa kalau pulang, bawain martabak ya."
Sontak dua pria disana terbahak. AKP Arief menggelengkan kepalanya karena istrinya jadi ketularan Membagongkan dengan anggota yang lain. Putri baru ikut kumpul setelah AKP Arief setahun di divisi gabut karena tidak pede bersama dengan keluarga Sultan. Begitu tahu mereka ternyata kacau, Putri baru bisa berbaur dan malah ketularan.
"Yuk, kita berangkat. Satu mobil atau dua?" tanya AKP Steven.
"Satu saja bang. Nanti Ghafar dan Samsudin naik motor dari belakang. Hendrik Tan kan bisa dikawal di kursi belakang." Iptu Grace juga ikut dengan baju hitam-hitam.
"Lu serius mau ikut?" tanya AKBP Victor.
"Serius bang. Menggantikan bang Fariz."
"Ya sudah. Yuk!"
AKP Steven mendengar suara notifikasi ponselnya dan membaca pesan disana.
"Astaghfirullah ...."
"Ada apa dik?" tanya AKP Arief yang memang lebih tua dari AKP Steven.
"Bang, kasus Jamilah kan baru aku terima ... Arwahnya datang ke rumahku!" jawab AKP Steven.
"Siapa yang bunuh dia?" tanya Iptu Grace yang mulai bisa mengikuti ritme kerja divisi klenik.
"Anaknya."
Ketiga orang itu melongo. "Anaknya?"
( Kasus ini based on real story ya ).
***
Travel Fast Track Lebak Bulus
Mobil Fortuner milik AKBP Victor itu pun menunggu di parkiran travel itu dan keempat orang disana pun menunggu kedatangan Hendrik Tan. Sementara itu, Bripda Ghafar dan Bripda Samsudin, juga mengawasi dari seberang jalan dekat warung Tegal.
"Kira-kira dia datang nggak?" tanya Iptu Grace yang sudah menghapal fisik Hendrik Tan.
"Harusnya datang." AKBP Victor melihat sebuah taksi blue bird masuk ke dalam area halaman travel itu. Tak lama seorang pria pun turun dari dalam mobil biru itu dan masuk ke dalam kantor travel itu.
"It's him!" ucap AKBP Victor dan mereka pun turun dari dalam mobil lalu masuk ke dalam kantor travel.
"Going somewhere?" ucap AKBP Victor ke Hendrik Tan yang terkejut.
"Eh pak Victor. Iya pak ... Saya mau ke Yogya," jawab Hendrik Tan.
"Dalam rangka?" tanya AKBP Victor lagi.
"Liburan. Apa tidak boleh?"
"Bukankah pak Rayyan sudah memberikan peringatan pada anda untuk tidak keluar dari Jakarta?" jawab AKBP Victor.
"Lho? Apa tidak boleh?" Hendrik Tan mulai panik.
"Nope. Saudara Hendrik Tan, anda kami tahan karena melanggar surat peringatan dari pihak kepolisian dan kejaksaan!" AKBP Victor memberikan kode ke AKP Arief untuk memborgol tangan Hendrik Tan. "Dan kami sudah tahu bagaimana anda menyembunyikan mayat Theo Tan."
Wajah Hendrik Tan pun memucat.
***
Ruang Sel Divisi kasus dingin
Hendrik Tan dijebloskan ke dalam penjara bersama dengan Lenny Martina. Keduanya memang dipisahkan sel yang berbeda tapi mereka sama-sama bersyukur tidak sendirian karena suasana di ruangan itu sangat dingin dan creepy.
"Halo, aku Hendrik. Kamu?"
"Lenny. Kamu kenapa ditangkap?" jawab Lenny.
"Dituduh membunuh keponakan aku. Padahal aku yakin polisi itu hanya gertak sambal saja, aslinya tidak tahu dimana mayat keponakan aku. Tahu sendiri kan polisi suka sok iye," kekeh Hendrik Tan. "Kamu sendiri?"
"Membunuh suami-suami aku."
Mata Hendrik Tan terbelalak. "Suami-suami? Memang berapa korban kamu?"
"Dalam kurun dua tahun terakhir ini ... 12 orang."
"Kamu keren mbak!" senyum Hendrik Tan.
"Tidak keren Oom ... Karena kita tertangkap."
"Benar juga!"
***
Ruang Monitor Divisi Kasus Dingin
"Ini termasuk pengakuan nggak sih?" tanya Iptu Grace.
"Bisa jadi tapi apakah bisa masuk ke dalam persidangan atau tidak, masih menunggu Sandra," jawab AKBP Victor.
"Harusnya bisa masuk." AKP Arief menatap semua orang. "Aku ijin pulang dulu ya. Nanti ada yang cemberut tidak dibawakan martabak."
***
Yuhuuuu up Sore Yaaaaaaaa
Thank you for reading and support author
Don't forget to like vote and gift
Tararengkyu ❤️🙂❤️
baru tole ya pak Hendrik, belum mbak lilis🤭🤭
Ada y ank durjana ky gtu,pdhl ibunya yg hmil trs mlhirkn dia k dnia....bnting tulang jg dmi anknya,glirn udh tua mlah d hbisi anknya sndri....