NovelToon NovelToon
Istri Siri Mas Alendra

Istri Siri Mas Alendra

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Cintamanis / Duda / Cinta Seiring Waktu
Popularitas:116.3k
Nilai: 5
Nama Author: fitTri

Istriku menganut childfree sehingga dia tidak mau jika kami punya anak. Namun tubuhnya tidak cocok dengan kb jenis apapun sehingga akulah yang harus berkorban.

Tidak apa, karena begitu mencintainya aku rela menjalani vasektomi. Tapi setelah pengorbananku yang begitu besar, ternyata dia selingkuh sampai hamil. Lalu dia meninggalkanku dalam keterpurukan. Lantas, wanita mana lagi yang harus aku percaya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon fitTri, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Dua Sejoli

🌸

🌸

“Asyla, kita menikah saja.” Kalimat itu hampir saja terlontar dari mulut Alendra yang sejak tadi hanya terdiam sementara Asyla mengobati luka dan lebam di wajahnya.

Ah, rupanya dia sudah benar-benar terjerat oleh pesona ibu muda ini, dan tidaklah mudah untuk menahannya.

Mereka hidup dalam satu atap, sering berinteraksi, dan bahkan segala sesuatunya Asyla uruskan. Sudah seperti suami istri saja, kan? Hanya tidur saja yang masing-masing dan statusnya yang sebagai majikan dan pembantu. Tetapi keadaannya yang menduda setelah beberapa tahun memiliki pasangan membuat situasi ini terasa agak sulit.

“Bapak itu kebiasaan.” Asyla mengoleskan gel pereda sakit pada bagian wajah Alendra yang mengalami lebam. Dan untuk segera menyadarkannya dari lamunan.

“Apanya?”

“Bapak, suka tiba-tiba datang langsung ambil tindakan.” Asyla mundur sedikit sehingga dia dapat melihat wajah majikannya, dan seketika pandangan mereka bersirobok.

Hening menjeda percakapan itu, dan keduanya sempat terjebak dalam pikiran yang … entah.

Ada rasa yang mendebarkan di dada dan hal itu dialami oleh mereka. Baik Alendra maupun Asyla keduanya mengalami hal yang sama.

“Kita ….” Belum Alendra meneruskan ucapannya, namun Asyla sudah beranjak. Seolah ada sesuatu yang dia hindari dan sepertinya agak sulit. Dia tak mau terjebak dengan halusinasi seperti ini meski pria di depannya telah banyak berbuat baik.

Asyla sadar diri, bahwa apa yang dirasakan tidak seharusnya hadir. Benteng di antara mereka terlalu tinggi dan itu mustahil untuk digapai. Begitu pikirnya.

“Asyla, ….”

“Sudah selesai, Pak. Sebaiknya Bapak istirahat dulu sebentar sementara saya masak untuk makan siang, ya?” Asyla buru-buru pergi. Sepertinya mulai sekarang dirinya harus lebih banyak menghindar daripada terus terlibat interaksi seperti ini, tapi bagaimana? Hidup dalam satu atap membuat segalanya menjadi sulit. Tapi hal pertama yang harus dilakukan adalah tetap menjaga jarak dan meyakinkan hati, bahwa apapun yang dilakukan oleh Alendra adalah bentuk kepeduliannya saja sebagai sesama manusia. Dan seperti yang pria itu bilang, jika bukan karena pegawainya, maka hal itu tidak akan mungkin terjadi.

***

“Mbuuu, nen*n. Mau nen*n ….” Tirta merangkak menghampirinya yang tengah melipat pakaian di ruang setrika yang menyatu dengan tempat mencuci.

Satu persatu pekerjaan diselesaikan seperti biasa dan begitu seterusnya.

“Nen terus? Makan dong!” Dia menghentikan kegiatan.

Tirta tampak menggeleng-gelengkan kepala. “mau ‘nen, Mbu.” katanya setelah sampai di pangkuan.

“Baiklah, tapi sebentar ya? Ibu ‘kan lagi kerja. Jangan gigit juga, nanti hidungnya Ibu cubit lagi!”

Anak itu tertawa kemudian segera naik ke pangkuan, bersamaan dengan Asyla yang membuka kancing dasternya, kemudian memberikan apa yang putranya inginkan.

Di saat bersamaan, Alendra yang sejak tadi mencarinya tiba di ambang pintu dan mendapati kegiatan menyusui itu di depan matanya. Dia yang pikirannya sudah tidak karuan sejak semalam mendadak terdiam, menatap setiap gerak-gerik ibu dan anaknya tersebut.

Tirta yang tangan kecilnya menepuk pelan wajah Asyla selama dia menyusu, dan wanita itu yang sesekali menggoda putranya lantas tertawa. Dan suaranya begitu terdengar menyenangkan di telinga.

Tiba-tiba saja dia jadi membayangkan kalau mereka adalah anak dan istrinya, sudah tentu dirinya akan ikut bergabung dan sama-sama menggoda Tirta.

“Ah, pikiran gila ini lagi!” batinnya bermonolog.

“Pak?” Namun Asyla yang tiba-tiba menyadari keberadaannya segera menghentikan kegiatan itu. Buru-buru dia melepaskan Tirta dan membenahi pakaiannya.

“Saya … mau minta kamu menyiapkan pakaian untuk besok.” Alendra segera tersadar.

“Pakaian?” Wanita itu bangkit dari posisi duduknya.

“Ya. Jas coklat, kemeja putih. Dasinya yang hitam saja. Kalau sepatu dan kaos kaki yang seperti biasa.”

Asyla menganggukkan kepala.

“Besok ada meeting awal tahun dengan orang pusat. Jadi … semuanya harus baik.” Entah kenapa dia mengatakan hal itu kepada Asyla, tetapi rasanya benar saja.

“Iya.” Sang asisten rumah tangga pun menjawab.

“Kamu sedang mencuci lagi? Bukankah kemarin sudah? Memangnya saya seboros itu ya soal pakaian?” Alendra pun masuk ke ruang cuci tersebut di ada mana dua mesin cuci dan pengeringnya, lalu di sisi lainnya terdapat sebuah meja untuk menyetrika dengan tumpukkan pakaian bersih yang sudah dirapikan. Ada aroma segar dari sabun cuci yang memenuhi ruangan dan itu menimbulkan perasaan berbeda. Terasa bersih, rapi dan … nyaman. Ya, nyaman.

“Nggak, cuma habis melipat baju saja, Pak.”

“Melipat? Maksudnya menyetrika?”

“Setrika sudah selesai dari tadi, ini saya melipat baju punya saya dan Tirta.”

“Dilipat saja, nggak disetrika?”

“Iya.”

“Kenapa?”

“Nggak apa-apa. Nggak perlu rapi-rapi, kan cuma di rumah. Lagian cuma baju begini saja. Beda dengan punya Bapak.”

“Hmm ….”

Ada apa juga dengan percakapan tidak penting ini? Kenapa rasanya menyenangkan? Dirinya bahkan merasa betah untuk berlama-lama berada di sana. Mungkin karena ada Asyla.

“Ada lagi yang Bapak butuhkan?” tanya Asyla setelah mereka terdiam cukup lama.

“Ya.”

“Apa? Bisa saya carikan, atau —”

“Kamu.”

“Hum?”

“Eh, maksud saya … kopi. Ya. Kopi, ehm ….”

“Oh ….”

“Itu juga kalau kamu sudah selesai di sini, tapi—”

“Sudah, Pak. Sudah. Cuma melipat baju saya saja kok, bisa diselesaikan lain kali.” Asyla kemudian melewatinya keluar dari ruangan itu, dan dengan cepat berjalan ke arah dapur di mana semua bahan makanan selalu ada.

Dengan cekatan dia membuatkan majikannya kopi setelah menurunkan Tirta ke lantai dan membiarkannya bermain dengan mobil dan pesawat mainannya.

“Ini Pak, kopinya.” Dia menyadarkannya pada Alendra yang dengan sabar menunggu di meja makan, memperhatikannya dalam diam.

“Bapak … sering begini minum kopi, apa nggak masalah sama perutnya?” Percakapan itu dimulai karena sang majikan masih ada di sana.

“Nggak. Mungkin sudah kebiasaan. Apalagi sejak bercerai saya lebih banyak menghabiskan waktu untuk bekerja daripada di rumah, jadi butuh energi untuk tetap terjaga.”

“Untuk mengalihkan perhatian ya, Pak?”

“Ya. Kadang sakit hati membuatmu malas melakukan apapun selain yang bisa mengalihkan pikiranmu dari itu. Dan bagi saya, bekerja adalah cara yang jitu.”

Asyla menyimak, sedangkan Alendra tiba-tiba saja tertawa. “Aneh sekali saya bicara soal ini sama kamu. Dari kemarin malah ngobrol yang nggak penting.” Dia kemudian menyesap kopinya pelan-pelan. Menikmati setiap tetesnya yang membuat pikiran rileks dan perasaan menjadi menyenangkan.

“Nggak apa-apa, namanya juga ngobrol. Kalau membicarakan hal penting namanya diskusi.”

Alendra kini tersenyum.

“Kamu … pernah berpikir untuk menikah lagi, Syla?” Tiba-tiba saja dia bertanya, dan membuat Asyla yang tengah memindahkan peralatan makan yang sudah dicucinya tadi menghentikan kegiatan.

“Maksud saya, kamu masih muda. Masih banyak kesempatan untuk berumah tangga, bukan?”

Wanita itu terdiam.

“Terlalu pribadi, ya? Hahaha. Maaf, maaf.”

“Waktu itu kayaknya kita pernah membicarakan soal ini, kan?”

“Iya, pernah. Kamu hanya merasa takut kalau suami barumu nggak sayang Tirta. Itu, kan?”

“Nah. Iya. Gimana kalau dia cuma mau saya? Gimana kalau dia nggak baik sama anak saya?”

“Berat sekali ya, jadi janda? Mau punya pasangan banyak sekali yang dipikirkan.” Alendra kembali menyesap minumannya.

“Harus, Pak. Apalagi kalau punya anak. Karena menikah bukan cuma tentang kita saja. Sebenarnya sih untuk saya cukup sederhana. Saya ‘kan nggak punya keluarga untuk dimintai persetujuan atau dipikirkan perasaanya. Masalah saya cuma satu, yaitu Tirta.”

Alendra mengangguk-anggukkan kepala.

“Bagaimana dengan Bapak?” Kini giliran Asyla yang bertanya.

“Apa?” Yang membuat pria itu sedikit terkejut karena pikirannya sudah mulai tak terkendali. Menatap Asyla yang tengah membelakanginya, kembali membereskan peralatan makan dari rak cuci ke penyimpanan di sebelahnya.

Dia yang akhir-akhir ini selalu mengenakan daster-daster itu, yang diingatnya dibeli setelah berbelanja bahan makanan di bulan lalu. Tidak mencolok, tidak juga terbuka. Hanya pakaian biasa dan sederhana yang sering digunakan perempuan rumahan pada umumnya. Bukan baju rapi yang modis dan mengikuti trend, tapi entah mengapa selalu menarik perhatiannya.

Panjangnya yang terkadang di bawah lutut, tali di pinggang, dan hanya bagian tengahnya saja yang pendek, menampilkan kulitnya yang kuning langsat khas perempuan-perempuan Sunda pada umumnya.

Memikirkan itu, dadanya berdebar keras. Mengapa otaknya malah tertuju pada hal lain? Apalagi ketika Asyla terkadang bergerak saat membuka tutup lemari, atau menyimpan sesuatu di atas. Pikirannya kembali diliputi hal-hal tidak senonoh.

“Ah, lama-lama aku bisa gila!!” gumamnya dalam hati seraya buru-buru menghabiskan kopinya lalu dia bangkit dan berjalan ke arah counter dapur bermaksud untuk menyerahkan cangkir kotor itu. Namun di saat yang bersamaan Asyla yang telah menyelesaikan pekerjaannya pun berbalik.

“Bapak!!” Asyla terkejut begitupun Alendra.

Jarak yang begitu dekat dan ruang gerak yang sempit membuat tabrakan di antara keduanya tak dapat terelakan. Bahkan saking terkejutnya, dan ditambah rasa gugup yang tiba-tiba saja menyerang membuat Alendra hilang keseimbangan sehingga dia terjengkang ke belakang. Tan tangannya tanpa sengaja menarik Asyla yang membuat wanita itupun terjatuh hingga mereka saling menindih di pantai dengan Asyla yang berada di atasnya.

"Ughh!" Hampir saja wajah mereka beradu.

Pandangan mereka kembali bertemu dan kali ini terasa lebih dalam. Ditambah posisi yang seperti itu membuat keduanya dilanda desiran yang sempat merenggut kesadaran untuk beberapa saat. Dan Alendra bahkan sampai memeluk pinggang Asyla begitu erat seolah dia takut untuk melepaskannya. Yang setelah beberapa detik tangan itu merayap dan menekan punggungnya, maka jarak wajah mereka hampir menghilang dan kedua bibir itu hampir saja saling menyentuh. Tapi ….

Ting tong, Ting tong!!

Suara bel dari arah luar terdengar begitu nyaring membuat kesadaran keduanya serentak kembali. Dan dengan susah payah Asyla bangkit menarik diri dari atas tubuh Alendra. Meski beberapa kali dia kembali terjatuh dan menimpa pria itu.

Ting tong, Ting tong!!

Bel terus berbunyi seolah siapapun yang berada di luar gerbang merasa tidak sabar.

"Iya!!!" Dan Asyla segera berlari begitu dia berhasil bangkit, menuju ke arah luar untuk membuka kan pintu.

🌸

🌸

Duh aduh 🤭🤭

Maaf gaess, berapa HR ini emak baru bisa update. Maklum, dunia nyata lagi rempong

1
@E𝆯⃟🚀BuNdAιиɑ͜͡✦⍣⃝కꫝ🎸🇵🇸
resta, jangan jahatin asyla ya
Rizky Aidhil Adha
hr Isnin,wktux setor vote maaakk🫡
☠ᵏᵋᶜᶟ🍃⃝⃟𝟰ˢ🫦🐝⃞⃟⃝𝕾𝕳ɳҽˢ⍣⃟ₛ♋
resta mulut mu jgn usil ya ttg Ale dan syla
☠ᵏᵋᶜᶟҼɳσᵇᵃˢᵉ¢ᖱ'D⃤ ̐
kamu mau merencanakan apa,Resta..awas aja ya klo nyenggol Syla sumpah serapahnya deterjen siap menghujammu.Lagian tamu lama amat bertamunya
Djuniati 123
wah hati2 sm resta syla... ulet bulu itu
Ruwi Yah
jangan2 resta hanya terobsesi sama ale nggk benar2 tulus mencintai ale kayaknya ambisi banget
Bunda dinna
Resta masih muda,,fokuslah sama diri sendiri nanri juga dapat pria yg tulus,,g usah berharap pada pria yg sudah jelaa g ada rasa sama sekali
jatuhnya malah kyk perempuan g ada harganya
Asyla juga harus waspada ke orang sekitar
Bubble
diiiih ga jelas bngt si resta
Bubble
kan ter obsesi ni perempuan sm Alendra
Fajarina
jangan macem2 ya res.. mau gmn pun tetep u tu bukan pilihan ale
aurel chantika
semoga resta GK berbuat macam-macam sama asyla,
Endang Priya
jangan biarkan Resta mengusik asyla Thor.
rahmalia maricar
namu pada betah banget lagi duhhh knp ga pulang coba,, tuan rumah nya aja ga ada,, bukan pada sono ikut semua liat pabrik ah bikin kesel aja
rahmalia maricar
alamat kan tuh bener aja si Resta udah curiga,, moga syla ga kenapa napa deh
Hearty 💕
Maksain amat sih
Attaya Zahro
Waduch..jangan sampe si Resta berbuat yang macam² ma Syla ato jangan² ntar Resta berpikir untuk membantu pemulihan pabrik tapi dengan syarat perjodohan,rumit deh.Kalo sampe itu terjadi kamu harus ambil sikap tegas Le,kasihan Syla 😌😌
Mammi Rachmah
Le km cerita dl z sama Juna kl udh married ma syla biar ada yg tau stts qm kshn Asyla tktnya di apa2in z nih ma resta ... mngkin kl hani tau msh ada yg belain .
titissusilo
masa di telpon ular kadut kmu kaget lendra,kok gak asik ya...
Ayu Kerti
cpt plng len... aku khawatir ma syla,
🍁𝑴𝒂𝒎 2𝑹ᵇᵃˢᵉ🍁
ngapain sih itu Resta sama ortunya ga pulang2🙄
klo ga jodoh masa mau maksa sih, orang Alenya juga ga suka sama kamu sadar diri ngapa sih Resta😏
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!