Fuan, seorang jenderal perempuan legendaris di dunia modern, tewas dalam ledakan yang dirancang oleh orang kepercayaannya. Bukannya masuk akhirat, jiwanya terlempar ke dunia lain—dunia para kultivator. Ia bangkit dalam tubuh Fa Niangli, permaisuri yang dibenci, dijauhi, dan dihina karena tubuhnya gemuk dan tak berguna. Setelah diracun dan dibuang ke danau, tubuh Fa Niangli mati... dan saat itulah Fuan mengambil alih. Tapi yang tak diketahui semua orang—tubuh itu menyimpan kekuatan langit dan darah klan kuno! Dan Fuan tidak pernah tahu caranya kalah...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon inda, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 31
Fajar menyingsing di Lembah Langit Tertinggi dengan cahaya kemerahan yang menembus kabut tipis. Tidak ada waktu untuk tenang, tidak ada waktu untuk ragu. Seluruh lembah telah berubah menjadi sarang persiapan.
Fa Niangli berdiri di puncak Gerbang Kabut Putih, tempat pertama yang akan dilalui musuh jika mereka menyerang dari timur. Di sekelilingnya, suara palu bertalu-talu, murid-murid memasang perangkap formasi dan memperkuat lapisan batu giok spiritual.
Tong Lian mengoordinasi unit murid petarung. Ia mengenakan zirah ringan buatan lembah—berwarna perak pucat dan bersimbah simbol pengikat spiritual.
“Zhu Feng dan Xun Wu, perkuat sisi selatan dengan formasi Bambu Petir. Jangan biarkan mereka masuk tanpa terkena sambaran pertama.”
Zhu Feng mengangguk cepat. “Bambu Petir sudah aktif, tapi hanya separuh daya. Jika mereka menyerang duluan, barulah kami lepaskan kekuatan penuhnya.”
Di sisi lain, Mo Qingluan tengah melatih para murid perempuan untuk membentuk formasi gerak cepat. Xiao Kuai berlari di antara kaki-kaki murid, membawa pesan-pesan kecil dalam gulungan perak di kakinya.
“Jika kalian dikepung, gunakan formasi Segel Angin. Jangan berpikir tentang menang dulu… pikirkan bagaimana membawa nyawa kalian pulang ke lembah,” kata Mo Qingluan tegas.
Nie Rulan dan Yu Lianzhu bekerja bersama Tetua Li Shenyuan membangun penghalang lapis tiga di gerbang barat, satu-satunya celah yang bisa ditembus dari jalur logistik kekaisaran.
“Aku tak pernah membayangkan akan membangun formasi pertahanan seperti ini lagi…” gumam Li Shenyuan, matanya menatap langit. “Terakhir kali aku melakukan ini, istana sedang berperang melawan pasukan utara… dan sekarang, mereka malah jadi musuhnya.”
Fa Jinhai tiba di tengah pagi, membawa dua puluh prajurit rahasia lembah. Ia menyodorkan gulungan kepada adiknya, Fa Niangli.
“Kita dapat peta distribusi suplai istana dan jalur tersembunyi tempat mereka menyelundupkan racun dan peralatan formasi. Tapi…”
“Tapi apa?” tanya Fa Niangli.
“Aku juga melihat pasukan bayangan yang bergerak lebih cepat dari pasukan utama. Mereka tidak mengangkat bendera istana. Mereka bergerak seperti pembunuh.”
Wajah Fa Niangli mengeras. “Pasukan pribadi Ru Long.”
“Dan Chuan,” tambah Fa Jinhai. “Mereka ingin memukul kita dari dalam. Serangan rahasia. Membuat kekacauan sebelum perang besar dimulai.”
Fa Niangli mengangguk pelan. “Lalu kita juga harus menyusup. Kita tidak bisa hanya menunggu. Kirim tiga tim pengintai, tapi jangan bawa senjata. Bawa segel pantulan dan bom ilusi. Kalau mereka terpojok, kaburkan diri, bukan bertarung.”
Fa Jinhai menyeringai. “Aku senang kita mulai bicara seperti dulu.”
Fa Niangli menatap jauh ke arah pegunungan.
“Malam ini kita bersiap dalam sunyi. Besok… langit akan berguncang.”
Di Istana Kekaisaran – Menjelang Malam Hari Kedua
Penasihat Agung Ru Long berdiri di depan cermin batu gelap miliknya, menatap pantulan lembah melalui energi spiritual yang terhubung dengan mata-mata.
Chuan berdiri diam di sudut ruangan, memoles pedangnya yang bersinar hitam keunguan.
“Lembah itu terlalu siap,” gumam Ru Long. “Mereka bahkan mengaktifkan Formasi Empat Pilar. Yang artinya… Fa Niangli tidak berencana untuk menyerah. Dia ingin bertahan hidup.”
Chuan bersandar pada dinding. “Bagus. Akan lebih menyenangkan menghancurkan sesuatu yang mencoba melawan.”
Ru Long menatapnya sekilas. “Jangan remehkan mereka. Dia memiliki lebih dari sekadar kekuatan… dia punya hati yang diikuti banyak orang.”
Chuan tersenyum miring. “Hati bisa dipatahkan. Apalagi jika yang memukul adalah tangan kekaisaran.”
Ru Long menghela napas. “Kita kirimkan tim bayangan malam ini. Mereka tidak perlu membunuh… cukup buat kekacauan. Guncang mental mereka. Besok, kita mulai pengepungan. Hari ketiga… Lembah Langit akan berlutut.”
Malam Kedua – Lembah Langit Tertinggi
Angin malam berhembus kencang, membawa hawa dingin dari utara. Namun udara terasa lebih tegang dari sebelumnya.
Fa Niangli berdiri di depan aula utama, dikelilingi para tetua dan murid utama.
“Kita tidak tidur malam ini,” katanya pelan. “Mereka akan kirim pengganggu. Tapi lembah ini tidak gelap. Kita jaga satu sama lain.”
Dan benar saja—di tengah malam, suara ledakan kecil terdengar dari sisi timur laut. Ilusi kabut muncul di antara pepohonan.
Mo Qingluan melompat lebih dulu, disusul Xun Wu dan Yu Lianzhu. Tong Lian memberi perintah formasi defensif.
Namun saat Fa Niangli hendak bergabung, seekor burung elang dengan luka di sayapnya jatuh tepat di kakinya. Burung itu milik Fa Jinhai.
Surat darurat terikat di kakinya.
“Mereka telah memotong jalur komunikasi. Tim penyusup lembah mungkin sudah menyamar sebagai pelayan atau warga. Aku mencoba bertahan di titik utara. Jangan percaya siapa pun yang datang malam ini.”
Fa Niangli menatap sekeliling. Bayangan pepohonan bergetar.
Dan suara langkah kaki terdengar dari dalam… bukan dari luar.
Bersambung…
trimakasih ya Thor 👍 semangat buat karya lainnya💪❤️🙂🙏