Gricelin Noah Fallon ingin merayakan ulang tahun Calon Tunangannya Harley Gunawan dihotel, tak disangka Harley yang ditunggu tidak datang dan malah tiga pria lain yang masuk ke dalam kamar hotel yang dia pesan.
Dia yang sudah diberikan obat perangsang oleh ibu kandungnya tidak bisa menolak sentuhan pada kembar dan sangat hebat diatas ranjang.
Tak disangka, semua hal yang terjadi malam itu adalah konspirasi ibu kandungannya Marina Fallon, yang ingin menghancurkan hidupnya dan membuat Harley berpaling pada anak tirinya Diandra Atmaja.
Semua itu, ibunya lakukan untuk mendapatkan cinta dari suami dan anak tirinya.
Tapi takdir berkata lain, Gricelin yang hamil anak ketiga kembar itu malah dicintai secara ugal-ugalan, bahkan ketiga kembar itu membantunya balas dendam.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fitria callista, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bab 31
Dila bertanya dengan wajah bingung, "siapa wanita yang ada disampingmu kak?"
Setelah dia melakukan panggilan Video dengan kakaknya.
Saat Dila bertanya tentang wanita disamping Deris, Regan tanpa sadar menoleh.
Dan dia seperti melihat Gricelin disamping Deris.
Regan ingin bertanya, tapi tiba-tiba bayangan Rivan muncul bersama dengan seorang pelayan.
"Kak Deris, aku tutup dulu teleponnya."
Sementara Rivan nampak menatap Dila dengan acuh tak acuh, hal itu tak luput dari tatapan Dila.
Lantas kedua alisnya mengkerut, saat melihat Rivan tidak senang dengan kedatangannya.
"Kenapa kamu datang ke sini?" tanya Rivan dengan raut wajah datar.
Dila merasa sikap Rivan berubah tiga ratus enam puluh derajat.
Hal itu sungguh membuatnya sangat kecewa.
Dila lantas menjawab ucapan Rivan dengan nada sedih, "Aku jauh- jauh datang kesini untuk bertemu denganmu! Aku sangat merindukan Kak Rivan."
Mendengar ucapan Dila yang katanya merindukannya, Rivan sontak melirik ke arah Regan.
Regan yang tahu, kalau dirinya sudah dilirik kakaknya lantas memiliki pamit pergi. "Aku nggak akan ganggu kalian! Silahkan dilanjut saja!"
Setelah Regan pergi, Dila berinisiatif memeluk Rivan..
Tapi dengan wajah dingin, Rivan menjauhkan tangan Dila.
"Kak Rivan, kenapa berubah seperti ini?" tanya Dila dengan wajah sedih.
Sementara Rivan hanya bisa menaikkan satu alisnya dengan penuh minat. "Berubah bagaimana? Bukankah sebagai seorang sahabat, kita nggak perlu melakukan kontak fisik."
Ia hanya mengatakan ulang ucapan Dila yang sebelumnya di katakan padanya.
Tapi namanya juga wanita, apapun yang terjadi dia tidak mau jadi pelaku yang menyakiti.
Maunya selalu menjadi korban yang tersakiti, lantas Dila malah menangis keras.
Hal itu membuat Rivan terkejut, karena hal utama yang membuatnya begitu tertarik dengan Dila adalah kepribadiannya yang manjadi tapi dingin dan kuat.
Rivan sangat membenci orang lemah dan mudah menangis.
"Kenapa kamu malah menangis? Bukankah aku tidak melakukan hal buruk padamu?" tanya Rivan bingung.
Akhirnya Rivan menarik dirinya untuk duduk diatas sofa, dan membiarkan Dila yang berdiri tak jauh darinya untuk menangis puas.
Sudah setengah jam berlalu, tapi Rivan dengan santai malah memainkan ponsel ditangannya dan sama sekali tidak melirik ke arah Dila.
Dila kira, selama dia menangis Rivan akan peduli.
Nyatanya, Rivan malah sangat membenci wanita cengeng. Apalagi wanita yang memutarbalikkan fakta.
Dila dengan kesal menghentikan tangisannya, dia berjalan dengan kaki dihentakkan ke arah Rivan.
"Rivan, kenapa kamu berubah cuek begini sama aku, sih?" Teriak Dila dengan nada marah.
"Bukankah kamu yang minta? Agar aku berubah nggak mencintaimu lagi atau pun memberikan perhatian padamu," sahut Rivan datar.
Ia berbicara tanpa melihat ke arah Dila dan masih menatap ponsel ditangannya.
"Rivan ... "
Dila dengan manja memegang pergelangan tangan Rivan, tapi yang dia lihat Rivan malah asyik melihat foto seorang gadis dari ponselnya.
Dia merasa tidak asing dengan gadis itu, seperti pernah melihatnya.
Tapi Dila yang sudah berusaha mengingat, tetap saja tidak teringat akan siapa gadis yang ada diponsel Rivan.
Dan kapan bertemu dengannya?
Dila yang sudah tidak tahan lagi, karena terus diabaikan oleh Rivan. Lantas dia berkata, "Rivan ayo kita balapan!"
Rivan menatap Dila, lalu menjawabnya dengan anggukan.
Setelah meninggalkan rumah Rava, Rivan dan Dila menaiki mobil masing-masing menuju arena balap yang paling terkenal di kota Utara.
Dalam perjalanan, Dila yang terus-menerus memainkan layar mobil, akhirnya menyalahkan perangkat tersebut karena tidak bisa terhubung dengan mobil Rivan.
Tapi setelah terus melakukan permintaan terhubung, Rivan akhirnya menerimanya.
Suasana di dalam mobil Dila terasa tegang, dia menatap Rivan lewat layar yang terhubung.
"Rivan, apakah sekarang kamu sudah tidak mencintaiku lagi?" tanya Dila dengan suara yang penuh harap, matanya menatap tajam ke arah Rivan melalui layar.
"Tidak," jawab Rivan tanpa ekspresi.
Jawaban singkat itu seperti pisau yang menusuk langsung ke hati Dila, membuatnya merasa kecewa dan terluka.
"Apakah kamu sudah mencintai gadis lain?" Dila bertanya lagi, suaranya terdengar getir.
"Hampir, setelah penolakanmu. Aku langsung membuka hati," ujar Rivan dengan nada datar, seolah-olah tidak terpengaruh oleh emosi apa pun.
Mendengar itu, Dila merasa dunianya runtuh.
Dia tidak menyangka bahwa Rivan bisa begitu cepat melupakan perasaannya.
Dalam keadaan yang sangat emosional, Dila memohon kepada Rivan.
"Coba cintai aku lagi, Rivan. Tolong!" pintanya, suaranya bergetar dan matanya berkaca-kaca.
Dila tidak tahu bagaimana harus menghadapi kenyataan pahit ini, tetapi dia tahu dia masih mencintai Rivan dengan seluruh hatinya.
Rivan hanya diam, matanya teralih dari layar, seolah-olah dia sedang mempertimbangkan apa yang harus dilakukan.
Suasana di dalam mobil semakin menegang, dengan hanya suara mesin yang terdengar, menambah kesunyian di antara mereka.
"Rivan .... "
Panggilan dari Dila dia abaikan, lalu Rivan berkata, "sekarang kan kita sudah sampai. Ayo kita mulai bersiap masing-masing.
"Iya," jawab Dila lemah. Bagaimana pun juga, dari awal dirinya yang menolak pengejaran begitu lama yang dilakukan oleh Rivan.
Jadi dia sadar diri, sekarang dia tidak bisa memaksa Rivan.
Tapi secercah harapan menghampiri Dila, saat teringat betapa Rivan mencintainya dulu.
Bahkan dulu Rivan juga terus berjuang, agar bisa mendapatkan cintanya.
"Bagaimana pun juga, cinta Rivan dulu begitu dalam padaku. Apalagi aku juga cinta pertamanya, nggak akan mungkin mudah untuk dilupakan."
"Sekarang lebih baik aku berpikir, bagaimana caranya untuk mendapatkan cinta Rivan lagi," gumam Dila berpikir keras, dia sedang duduk diruang ganti.
Tiba-tiba pintu diketuk.
"Dila, sudah lebih satu jam kamu berganti pakaian. Apakah belum selesai?" Kata Rivan dari balik pintu.
Mendengar ucapan Rivan, lamunan Dila pun langsung buyar.
Dila yang memang sudah selesai berganti pakaian dari tadi, lantas menjawab. "Iya aku sudah sesai."
Akhirnya keduanya melakukan balapan, tapi sayang Dila yang biasanya sering menang sekarang kalah telak.
Karena selama berpisah dengan Rivan tepatnya setelah Rivan pindah, Dila sangat jarang sekali melakukan balapan sendiri.
Sementara itu, disebuah rumah mewah di kota Selatan.
Gricelin duduk termnenung diatas sofa, dia menatap pakaian aneh yang diberikan oleh Deris.
"Oh, ya dari awal kita berdua belum berkenalan. Namaku Deris, dan ayahku adalah seorang Mafia disini." Deris mengulurkan tangannya.
Gricelin yang sebelumnya sedikit tidak nyaman, sekarang berubah panik.
Saat Deris mengatakan perihal mafia.
"Apa mafia?" Sontak tubuh Gricelin memegang.
Deris mengangguk, melihat ekspresi ketakutan Gricelin ada rasa puas yang ada didalam hati Deris.
Saat Gricelin ingin mengatakan sesuatu, Deris menyela ucapannya.
"Aku sudah tahu namamu. "Dan aku memilih memanggilmu dengan panggilan, Grice."
Gricelin ingin menolak panggilan itu, tapi Deris malah berkata dengan nada tinggi. "Aku nggak menerima penolakan!"
Gricelin mengambil baju aneh didepannya, baju yang lebih pantas disebut lingerie.
"Tuan, ini bukan baju pelayan. Tapi pakaian dinas," protes Gricelin. "Saya melihat baju pelayan yang sangat pendek dan ngepas badan."
"Cepat kamu ganti, aku ingin kamu membersihkan kamarku dengan menggunakan baju ini!"
Glek
Gricelin hanya bisa menelan ludahnya yang kelu.