Kehidupan yang di alami orang sekitarnya, terutama kakak nya sendiri membuat Harfa tak mau menjalani yang namanya pernikahan.
Apalagi, setelah Biru, membatalkan pernikahan mereka. Membuat hati Harfa begitu dingin akan yang namanya cinta. Mengunci hati hingga sulit di tembus.
Perubahan Harfa membuat kedua orang tuanya merasa sedih. Apalagi usia Harfa tak lagi mudah.
"Nak, menikahlah. Usia kamu sudah matang?"
"Tidak. Aku gak mau menikah, Ummah."
Jawab tegas Harfa membuat hati umma Sinta teriris.
yuk ikuti kisah nya....
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon rahma qolayuby, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 30 Aku pamit
"Sial, Dimana aku bisa menemukan Raka."
Geram dokter Langit mengacak-acak rambutnya.
Sudah tiga hari dokter Langit mencari keberadaan Raka. Dokter Langit ingin memastikan apa benar foto bocah kecil itu adalah anaknya. Anak yang hadir dalam ketidakberdayaan. Anak yang tak seharusnya ada.
Itu bukan salah dokter Langit. Ia hanya korban atas sebuah balasan dari Raka. Bahkan sampai saat ini dokter Langit tak paham kenapa Raka ingin menghancurkan hidupnya. Apa salah dokter Langit.
Padahal, semua terlihat baik-baik saja. Tapi kenapa Raka menempatkan dokter Langit pada posisi yang menyakitkan.
"Lima tahun aku mencari tahu tentang wanita itu. Tidak ada jejak apapun. Bahkan wanita itu tidak datang padaku padahal aku meninggalkan name tag agar wanita itu mudah mendatangiku. Tapi, semua terkubur begitu saja dan Raka kembali dengan luka yang sama. Ya Allah, dosa apa yang aku lupakan hingga Raka begitu membenciku."
"Semua salah ku, andai waktu itu aku tidak meninggalkan wanita itu mungkin aku tahu siapa wanita itu dan perjalanan ku tak akan serumit ini."
Dokter Langit benar-benar nampak frustasi. Bahkan sampai sekarang pencarian nya belum berhasil.
Padahal dokter Langit sudah meminta bantuan teman-teman nya yang lain. Tapi belum ada hasil.
"Apa yang harus aku katakan pada Harfa. Apa ia akan menerima masa lalu ku atau ia akan memilih mundur. Aku hanya butuh selangkah lagi untuk mendapatkan Harfa. Tapi, keadaan seolah menarik ku menjauh darinya."
Keadaan dokter Langit semakin tak berdaya. Antara jujur dan tidak. Itu keputusan yang sangat berat. Di saat dokter Harfa benar-benar sudah membuka hatinya kini dokter Langit yang ragu. Ragu jika ia tak pantas bersanding dengan dokter Harfa. Dirinya terlalu kotor untuk orang seperti Harfa.
Hati dokter Langit semakin tercekik ketika membaca pesan dari dokter Harfa. Pesan penuh harapan namun dokter Langit merasa sengsara. Dokter Harfa pasti sedang menunggunya. Menunggu ketidakpastian yang tak bisa dokter Langit jelaskan lewat balasan.
Drettt ...
Ponsel dokter Langit berdering. Telepon dari salah satu temannya. Ada sebuah harapan dalam hati dokter Langit.
"Waalaikumsalam, Dan. Katakan."
"Raka melakukan penerbangan ke Bali."
Satu kalimah yang membuat dokter Langit penuh harapan. Ternyata Raka pergi ke Bali. Pantas saja dokter Langit tak menemukan jejak Raka di jakarta. Kenapa dokter Langit bisa kehilangan jejak seperti itu. Raka benar-benar ingin mempermainkan dokter Langit.
"Terimakasih Dan, tolong atur penerbangan ku ke Bali."
Dokter Langit menutup teleponnya. Dokter Langit tak ingin terus di hantu-i rasa bersalah. Ia harus memastikan semuanya. Dokter Langit tak ingin menyakiti dokter Harfa pada akhirnya. Ia harus memastikan semuanya. Siapa wanita itu apa benar itu anak hasil dari perbuatan tak berdaya nya. Dan apa alasan Raka melakukan semuanya. Dokter Langit harus tahu semua jawaban dari pertanyaan selama lima tahun itu.
Setalah mendapatkan secercah fakta. Dokter Langit segera pergi dari tempat dimana dulu itu menjadi rumah Raka.
Tujuan dokter Langit adalah rumah sakit. Dokter Langit ingin bertemu dokter Harfa. Dokter Langit sangat merasa bersalah karena sudah satu Minggu ia menghilang tiba-tiba. Dokter Langit tahu, dokter Harfa pasti mencemaskannya. Terbukti dari setiap pesan yang di kirim dokter Harfa.
...
Di rumah sakit ...
Dokter Harfa nampak terdiam memandangi ponselnya. Rasa kesal menghantui rongga dadanya. Dokter Harfa tak menyangka jika dokter Langit akan mengabaikannya.
Menghilang selama satu Minggu bahkan pesannya tak ada satupun yang di balas. Sebenarnya apa mau dokter Langit kenapa mempermainkan perasaan nya seperti itu. Dokter Harfa tak menyangka jika dokter Langit akan melakukan nya.
Dokter Harfa bersiap meninggalkan rumah sakit dengan perasaan kacau balau.
Jika tak ada kepastian lebih baik dokter Harfa menyerah saja. Dokter Harfa tak ingin berharap lebih walau pada akhirnya dirinya meruntuhkan harapan kedua orang tuanya lagi.
Dokter Harfa membuka pintu mobil.
"Harfa."
Deg!
Dokter Harfa menoleh kearah sumber suara. Kembali menutup pintu mobil cukup kencang. Dokter Harfa menatap dokter Langit yang berdiri tak jauh dari hadapannya.
Sosok yang menghilang tiba-tiba kini berdiri di hadapannya penuh percaya diri. Rasanya dokter Harfa ingin memaki tapi dokter Harfa hanya diam saja. Ingin tahu apa yang akan dokter Langit katakan. Apa dokter Langit akan menjelaskan kepergian nya atau hanya sekedar basa-basi saja seolah tak terjadi apapun.
"Maaf."
Satu kata keluar dari mulut dokter Langit. Namun, dokter Harfa tak bergeming sama sekali.
"Maaf sudah membuat kamu menunggu. Saya akan menjelaskan semuanya."
Dokter Harfa masih belum menanggapi. Ia hanya diam mengamati dokter Langit. Terlihat jelas di mata itu ada sesuatu yang tersembunyi. Sesuatu yang mungkin sangat penting. Sesuatu yang membuat dokter Langit menghilang dan mengabaikan nya.
"Maka jelaskan."
Ketus dokter Harfa. Dokter Harfa bukan tipikal orang yang emosional tak jelas. Ia cukup tenang untuk menunggu penjelasan dokter Langit.
...
Mereka berdua duduk di sebuah taman kota.Tak mungkin mereka membicarakan hal serius di rumah sakit.
Dokter Harfa ingin tahu alasan apa yang membuat dokter Langit menghilang tiba-tiba.
"Maaf sudah membuat kamu cemas atas kepergian saya yang mendadak. Ada urusan yang harus saya selesaikan."
"Urusan apa?"
"Saya tidak bisa menjelaskan nya sekarang. Tapi saya berjanji akan menceritakan semuanya."
"Melihat dokter yang seperti ini. Seperti nya aku ragu untuk melangkah dengan dokter."
"Bu-bukan begitu Harfa. Tolong beri saya waktu."
"Bukankah aku sudah memberi dokter waktu selama satu Minggu ini."
Dokter Langit terdiam. Sulit baginya menceritakan semuanya sekarang. Dokter Langit hanya ingin memastikan semuanya dengan jelas. Agar ia bisa melangkah kedepannya seperti apa. Dokter Langit hanya takut, Raka mempermainkan nya. Di sisi lain, dokter Langit takut jika hal itu benar.
"Tolong ..,"
Dokter Harfa menghela nafas panjang. Ia tak tahu apa yang harus ia putuskan. Melihat sikap dokter Langit seperti itu membuatnya malah ragu.
Bukankah mereka sudah memutuskan melangkah jauh. Kenapa harus ada rahasia yang menghalanginya.
Bukankah suatu hubungan harus di dasari dengan keterbukaan. Bukan merahasiakan sesuatu yang tak bisa dokter Harfa mengerti. Bagaimana bisa dokter Harfa memberi pengertian jika dokter Langit tak berkata jujur. Dokter Harfa pikir dokter Langit akan jujur terhadapnya.
"Aku tidak tahu sepenting apa masalah dokter atau hubungan kita. Yang jelas, jangan pernah memberikan sebuah harapan jika dokter ragu untuk melangkah."
"Bu-bukan begitu Harfa. Sa--"
"Aku pamit."
Dokter Harfa tidak ingin terlalu banyak membuang waktu yang tak jelas kepastiannya.
Dari cara dokter Langit seperti itu membuat dokter Harfa tak suka. Dokter Harfa bukan tipikal orang yang mudah menerima sebuah alasan yang tak masuk akal. Ia bukan perempuan yang harus mengerti sesuatu yang tak tahu apa masalahnya.
Ketidakjujuran adalah salah satu kehancuran sebuah hubungan.
"Saya sangat mencintaimu Harfa. Saya pikir saya tidak akan pernah mengecewakan kamu. Nyatanya, saya sama. Dan bodohnya saya tak berani menjelaskan."
Dokter Langit paham betul bagaimana karakter dokter Harfa. Perempuan keras yang sulit sekali di luluhkan. Pikirannya selalu krisis terhadap sesuatu. Kini dokter Langit sendiri yang menempatkan dirinya di posisi yang membuat dokter Harfa membenci hal itu
"Saya tak berdaya Harfa. Sungguh saya tak berdaya."
Gumam dokter Langit. Matanya nampak gusar.
Bersambung...
Jangan lupa Like, Hadiah, komen dan Vote Terimakasih ...