NovelToon NovelToon
World Without End [Re: Make]

World Without End [Re: Make]

Status: tamat
Genre:Iblis / Ruang Bawah Tanah dan Naga / Mengubah sejarah / Anime / Raja Tentara/Dewa Perang / Hari Kiamat / Tamat
Popularitas:12.7k
Nilai: 5
Nama Author: Ady Irawan

Keyz, pemuda berusia sekitar lima belas tahun tanpa sengaja menelan dua buah kristal kehidupan milik Gabrielle dan Lucifer.

Dua kekuatan yang bertolak belakang, cahaya dan kegelapan. Air dan Es. Menyelimuti dirinya.

Dan tiga kesadaran telah bersemayam di dalam jiwanya. Siapakah yang akhirnya nanti berkuasa atas tubuh Keyz?

Gabrielle?

Keyz sendiri?

Ataukah sang laknat dari neraka jahanam, Lucifer?

Ini sedikit berbeda dengan world without end yang sudah tamat, tapi akan saya tulis kembali dengan nuansa yang lebih mendalam. lebih gelap, dan lebih sadis. dan cerita yang sedikit berbeda.

dan pastinya, Keyz yang disini, bukan Keyz yang cemen!!

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ady Irawan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

31. Illusion Of Death

1

____________________________________________

Langkah Keyz terhenti. Suara angin yang semula lembut, kini menderu lirih, membawa hawa dingin yang menusuk seperti jarum-jarum halus. Langit yang semula cerah perlahan diselimuti awan kelabu. Aroma gurun yang kering bercampur debu hangus tercium dari reruntuhan kuil yang kini sudah tidak lagi tampak sakral. Alice melangkah pelan di belakangnya, waspada.

   Debu beterbangan perlahan, menari di antara sinar matahari yang terhalang bayang reruntuhan. Sebuah suara langkah terdengar... pelan, namun bergema seolah seluruh dunia menyimak. Di tengah reruntuhan kuil, berdiri seorang wanita. Sosoknya bagaikan bayangan hitam di siang hari. Aura gelap mengelilinginya, menjalar seperti kabut hitam pekat, menelan cahaya di sekitarnya.

   Tiga katana—dua tersarung di pinggangnya, dan satu melayang tegak di belakang punggungnya, tidak tersentuh namun berdiri seolah memiliki kesadaran. Jubah kimononya berkibar halus, berwarna hitam legam dengan pola merah darah seperti kelopak bunga sakura yang membusuk. Wajahnya tak terlihat. Bukan karena bayangan, tetapi karena aura itu sendiri menyembunyikannya dari pandangan, seolah dunia tidak pantas melihat siapa dia.

   Namun bukan hanya dia. Di belakangnya, melangkah perlahan sesosok makhluk lain. Posturnya ramping dan tinggi, tubuhnya menggoda namun memancarkan aura kekejaman yang mengiris. Kulitnya pucat seperti abu, dan rambutnya menjuntai panjang ke bawah punggung. Ia membawa dua pedang Zapkeil—pedang malaikat penjaga gerbang surga yang misterius.

   Mata Keyz melebar. "Dua Zapkeil lain?" bisiknya, perlahan namun penuh keterkejutan. Matanya menatap tajam ke arah iblis wanita itu, lalu berpindah ke sosok berkimono.

   "Apakah kalian... yang menghancurkan semua ini?" Suaranya berat, diselimuti amarah dan rasa ingin tahu. Ia memang pernah menghancurkan sebagian kuil ini dalam peperangan sebelumnya, namun kali ini kehancurannya jauh lebih masif. Padang Tobias yang berada di sekitar kuil pun ikut terkoyak.

   Namun wanita itu tak menjawab. Ia hanya menjentikkan jarinya.

—CTIK!!!—

   Ruang di sekeliling Keyz mendadak berubah.

   Angin terhenti. Debu berhenti melayang di udara. Alice lenyap dari pandangan. Warna dunia runtuh. Langit terbelah. Tanah berubah menjadi bebatuan menghitam. Aura kematian menyeruak.

   "Illusion of Death," bisik suara lembut dari entah di mana. Lembut namun berbahaya.

   Keyz berdiri di dunia yang asing. Langit di atasnya seperti genangan darah yang mengalir lambat. Pohon-pohon kering tumbuh terbalik dari langit, dan tanah di bawahnya merekah, seolah ada ribuan tangan yang meronta dari dalam tanah. Suara jeritan samar bergema, bukan dari makhluk hidup, tapi dari jiwa yang tersiksa.

   Keyz menggenggam erat Elerion yang telah disatukannya kembali dari dua Zapkeil miliknya. Nafasnya berat. Ia bisa merasakan tekanan di tempat ini—bukan tekanan biasa, tapi beban dari ribuan kematian.

   Bayangan samar melintas di tepi penglihatannya. Sosok wanita berkimono itu kini berdiri di kejauhan, namun tampak lebih tinggi, lebih besar, dan aura kegelapan di sekitarnya menjadi lebih pekat. Katana yang melayang di punggungnya mulai bergetar, mengeluarkan suara seperti erangan logam haus darah.

   Keyz melangkah maju, tapi langkahnya terasa berat. Bukan karena tubuhnya, tapi karena dunia itu sendiri menolak keberadaannya. Seolah tempat ini adalah dunia kematian yang mencoba menelan hidupnya.

   "Apa yang kamu inginkan?!" teriak Keyz.

   Tidak ada jawaban.

   Hanya desir angin yang berbau bau busuk memenuhi hidung.

   Kemudian, tanah di hadapannya pecah. Dari celahnya, muncul ratusan tangan berbentuk asap, mencoba menariknya ke dalam jurang. Keyz melompat ke belakang, dan di saat itu juga, sosok wanita itu melesat ke arahnya dengan kecepatan di luar nalar manusia biasa. Katana ketiga yang melayang terbang ke depan, mencoba menusuk Keyz langsung ke dada.

—CLANG!—

   Keyz menangkisnya dengan Elerion, tapi kekuatan hantaman itu membuatnya terpental beberapa meter ke belakang, menghantam batu besar dan membuatnya retak. Darah menetes dari sudut bibirnya.

   "Apa-apaan ini...?" gumamnya. Tapi matanya tidak gentar.

   Di kejauhan, siluet iblis wanita pemegang dua Zapkeil hanya menatapnya dingin, seolah menantikan siapa yang akan bertahan dari neraka ilusi ini.

2

____________________________________________

Langit di atas dunia ilusi itu kosong—tanpa warna, tanpa suara. Awan-awan tipis menggantung di angkasa seperti jelaga yang terurai, mengambang tanpa arah. Tidak ada matahari, tidak ada bayangan. Hanya cahaya kelabu yang menyebar dari segala penjuru, meredam segalanya dalam diam yang tebal.

   Keyz berdiri diam di tengah dunia yang seolah dibentuk dari kehampaan. Tanah di bawahnya tampak seperti kaca kusam yang merekah—setiap langkahnya menimbulkan bunyi renyah, seakan permukaannya rapuh dan siap pecah kapan saja.

   Ia mencoba berbicara. “Di mana ini?” Tapi mulutnya kali ini bergerak tanpa suara. Tidak ada gema, tidak ada napas, seolah angin pun tak mau menjadi perantara.

   Ia menyentuh lehernya, merasakan denyut lemah, tapi tidak menemukan suara yang keluar. Seakan seluruh dunia menolak keberadaan bunyi dari dirinya.

   Kemudian, udara di sekelilingnya mulai bergetar. Halus, seperti riak di permukaan air yang dilempar kerikil. Dan dari riak-riak itu, satu per satu, sosok-sosok mulai muncul.

   Yang pertama adalah Tim.

   Ia berjalan dari balik kabut abu-abu. Jaket tempurnya berderak, dan kedua tangannya memegang pistol plasma—berkilat merah dan biru, menyala seperti bara di ujung senjata. Matanya kosong, menatap Keyz lurus-lurus. Tidak ada senyum, tidak ada amarah. Hanya kehampaan yang menakutkan.

   Lalu, dari sisi kanan, datang Aurel.

   Langkahnya berat, suara besi bergesek terdengar dari zirahnya yang tebal. Di bahunya, ia membawa bazoka besar dengan tabung energi yang bersinar hijau. Napasnya kasar, namun matanya mengunci Keyz dengan tatapan yang tajam.

   Keyz melangkah mundur sekali. Tapi ilusi belum selesai.

   Dari sisi kiri, tanah pecah seolah sesuatu sedang bangkit darinya—dan Suki muncul. Rambut peraknya terurai liar, mata merahnya menyala lembut namun dingin. Di tangannya, dua katana kembar tergenggam. Kilatan bilahnya seperti kilat tanpa suara, bergerak lembut di bawah cahaya kelabu.

   Mimi muncul perlahan, berjalan tenang. Rambutnya yang hitam melambai tanpa angin. Di tangannya, sepasang lingkaran sihir putih menyala. Aura sucinya menciptakan riak halus di udara, namun anehnya, justru terasa menekan dada Keyz, bukan menenangkan.

   Terakhir, Alice.

   Ia melangkah seperti bayangan. Rambutnya dikepang rapi, dan gaun putihnya bercahaya pucat. Tangan kanannya mengangkat lambang sihir putih berbentuk silang, sementara tangan kirinya menyalurkan energi yang menggeliat seperti benang perak bercahaya. Tatapannya menusuk—bukan marah, tapi seolah menghakimi.

   Keyz mematung.

   Semuanya… orang-orang yang ia kenal. Yang ia sayangi. Tapi sekarang, mereka berdiri di hadapannya seperti bayangan musuh yang tak terhindarkan. Dan wanita dengan tiga katana kali ini hanya berdiam diri di sebelah iblis wanita yang membawa dua pedang Zapkeil.

   Lalu, teman-teman Keyz, mereka menyerang.

   Tim bergerak lebih dulu. Kedua pistol plasma-nya meletus serentak—peluru energi meledak ke arah Keyz, menciptakan jejak cahaya membelah udara. Ia melompat ke samping, tubuhnya menukik rendah, menghindari ledakan yang menghancurkan tanah kaca.

   Aurel menyusul. Bazokanya mengeluarkan dentuman rendah. Peluru energi melesat, menghantam tempat Keyz berdiri sebelum ia sempat berpikir dua kali. Ledakan itu membuat tanah mencuat ke udara seperti pecahan kaca yang dilempar ke langit.

   Dari depan, Suki mengayunkan kedua katana-nya. Serangannya presisi, terukur, dan penuh niat membunuh. Keyz menangkis dengan refleks, mengangkat Elerion yang entah bagaimana telah berada di tangannya.

   Tapi bahkan kontak antar senjata pun terasa aneh—suara dentingnya menusuk tulang, dan setiap benturan memantulkan kilatan ilusi yang menusuk mata.

   Mimi bergabung. Tangannya membentuk lingkaran sihir, lalu menyentuh tanah. Pilar cahaya putih menabrak tubuh Keyz dari bawah, meledakkan dirinya ke udara.

   Di atas, Alice sudah menunggu. Ia merentangkan kedua tangannya, dan dari langit kelabu, ribuan serpihan cahaya putih turun, seperti hujan jarum yang membakar. Keyz memutar tubuh di udara, mengayunkan Elerion untuk menghalau sebagian besar, tapi beberapa tetap menembus tubuhnya, meninggalkan rasa dingin menusuk tulang.

   Ia jatuh membentur tanah, terguncang. Luka-luka terasa nyata. Napasnya memburu.

   Dari kejauhan, wanita berkimono hitam masih memperhatikan.

   Ia berdiri diam, angin tak menyentuh jubahnya, dan tiga katananya tetap pada tempatnya—dua di pinggang, satu masih mengambang di belakang punggung. Wajahnya masih tak terlihat, gelap seperti malam tanpa bintang. Tapi dari kabut gelap itu, sepasang mata merah samar memandang tanpa berkedip. Tatapannya begitu familiar bagi Keyz. Siapa dia sebenarnya?

   Dan tiba-tiba… dia hilang. Seolah tak pernah ada. Tak ada suara langkah, tak ada isyarat sihir. Ia lenyap.

   Namun satu sosok tetap di tempatnya.

   Iblis wanita, dengan dua pedang Zapkeil di kedua tangan, berdiri dalam diam. Jubahnya melambai ringan, di balik jubahnya, ada zirah hitam dengan list merah dan matanya tidak pernah berpaling dari Keyz. Tak bergerak, tak bersuara, hanya menatap, seolah menilai—atau menunggu.

   Keyz berlutut di tanah retak, tubuhnya gemetar. Tapi yang paling berat bukanlah luka di tubuh, melainkan luka di jiwa. Dia tidak ingin melukai teman-temannya walaupun dia tahu, mereka yang ada di depannya saat ini adalah ilusi semata.

3

____________________________________________

Dunia sekelilingnya bergetar. Tapi bukan karena gempa, atau karena langit runtuh. Yang bergetar adalah tubuhnya—sendi-sendinya, pikirannya, dan yang paling dalam: jiwanya. Keyz berlutut di atas tanah retak, napasnya putus-putus, tubuhnya terbakar oleh luka dan rasa kehilangan yang tak bisa dijelaskan.

   Di hadapannya, mereka masih menyerang.

   Tim menembakkan dua pistol plasma dengan kecepatan dan presisi mematikan. Cahaya merah dan biru menembus udara, menghantam tubuh Keyz seperti panah-panah neraka.

   Aurel tidak berhenti mengokang bazokanya. Setiap ledakan mencabik-cabik tanah di sekitar Keyz, membakar sisa-sisa kekuatan yang tersisa. Ledakan demi ledakan menghantam tanpa ampun, seperti dentuman dosa yang datang bertubi-tubi.

   Suki menari di sekelilingnya. Kilatan katananya melesat bagai kilat petir di malam pekat. Ia menyerang dengan keindahan dan kebrutalan yang seimbang. Sayatan demi sayatan mengiris kulit dan otot Keyz, menorehkan luka yang tak hanya dalam, tapi juga mematikan m

   Dan dari langit yang pucat kelabu, Mimi dan Alice menyatukan sihir mereka.

   Dua lingkaran sihir raksasa terbentuk di langit, menyatu membentuk simbol kompleks dari cahaya putih menyilaukan. Cahaya itu bukan lagi pengharapan. Ia turun seperti penghakiman. Ratusan proyektil suci menghantam tubuh Keyz yang sudah tak mampu berdiri. Ledakan cahaya melelehkan daging, menghancurkan tulang, dan membuat dunia bergetar seolah Tuhan sendiri menutup kitabnya.

   Tubuh Keyz tak lagi utuh.

   Potongan tubuhnya berserakan di tanah yang mulai berubah warna menjadi hitam pekat oleh darah dan ceceran daging Keyz. Tidak ada teriakan, tidak ada perlawanan. Ia tidak melawan. Ia memilih untuk tidak melawan. Karena yang menyerangnya adalah mereka—teman-temannya. Orang-orang yang ia jaga. Yang ia cintai.

   Dan ia… membiarkan semuanya terjadi.

   Hingga akhirnya, yang tersisa hanyalah genangan darah.

  Dan dari kejauhan… dia datang.

   Langkahnya perlahan. Diam. Angin tidak membawa suara dari derap sepatunya. Ia berjalan seperti bayangan yang tak diundang, namun juga tidak bisa dihindari. Iblis wanita itu, dengan jubah gelap dan dua pedang Zapkeil bersilang di punggungnya, menatap tubuh Keyz yang sudah tak berbentuk.

   Ia tidak tersenyum.

   Justru, setetes air mata jatuh dari sudut matanya. Tak berbunyi, tak bercahaya. Tapi nyata. Tangannya gemetar saat ia berlutut di depan genangan darah yang dulu adalah seorang lelaki yang menyebut dirinya Keyz.

   Ia menyentuh wajah hancur itu.

   Separuh dari tengkoraknya terbuka. Mata Keyz tak ada. Rahangnya remuk. Tapi iblis wanita itu tetap membelai pipi dan rambut yang berlumuran darah itu dengan lembut, seolah membelai seorang bayi yang sedang tertidur.

   Ia tidak berbicara. Karena tidak bisa.

   Namun di dalam dirinya, di balik dinding kediamannya yang kelam, ia bisa merasakan—kehancuran hati Keyz. Dia tahu. Dia melihat. Keyz memilih mati… demi tidak menyakiti mereka. Walau ia tahu ini hanyalah ilusi.

   Dan tepat saat air mata kedua jatuh ke pipi Keyz yang berlumuran darah...

   Udara di sekeliling mereka mulai berubah.

   Aura hitam perlahan muncul dari celah-celah tanah. Asap itu menggeliat seperti ular, melingkari tubuh Keyz yang terburai. Potongan tubuhnya mulai bersinar redup, lalu mengambang perlahan. Darahnya mendidih, luka-lukanya menutup, tulang menyatu kembali dengan suara retak yang tajam.

   Iblis wanita itu mundur satu langkah. Tertegun.

   Ia menyaksikan keajaiban—atau mungkin kutukan—yang tak bisa ia pahami sepenuhnya. Aura hitam itu bukan sembarang energi. Itu bukan milik manusia, atau dewa, atau iblis biasa.

  Itu milik entitas lain yang sudah lama terkubur di dalam Keyz.

   Dan ketika seluruh tubuhnya utuh kembali, Keyz mengangkat wajahnya.

   Matanya terbuka perlahan—bukan merah, bukan putih, melainkan hitam legam dengan lingkaran emas di tengah. Sebuah warna yang belum pernah ada di dunia ini. Rambutnya bergetar tertiup energi yang belum stabil. Dari punggungnya, empat pasang sayap iblis tumbuh—dua berselaput, dua berbalut api, dua dari tulang hitam yang mengilat, dan dua terakhir dari kabut pekat yang mengalir seperti tirai malam.

   Dia berdiri.

   Dan dalam keheningan itu, ia bersuara—kali ini suaranya nyaring, jernih, dan seperti gema di ruang suci yang terbakar.

   “Aku Keyz. Bukan Lucifer.”

   Langit runtuh.

   Dalam satu kibasan tangannya, dunia ilusi itu retak. Seperti cermin yang dihancurkan oleh pukulan palu dewa. Kabut menghilang. Tanah yang hancur menyatu. Suara ilusi menghilang. Serangan berhenti. Dan semuanya kembali ke dunia nyata.

   Keyz berdiri di tengah-tengah ruangan runtuh yang dikelilingi reruntuhan kuil. Penerangan dari sihir biru menggantung di dinding-dinding kuno. Bukan di Padang rumput Tobias yang sudah menjadi jelaga hitam.

   Di hadapannya…

   Alice dan Mimi tergeletak. Pingsan.

   Wajah mereka tenang, tapi berkeringat deras. Masih terjebak dalam sisa bayangan ilusi yang belum sepenuhnya pudar. Napas mereka dangkal, tapi hidup. Keyz berlutut dan menyentuh dahi mereka perlahan, menyusupkan energi untuk menenangkan jiwa mereka.

   Lalu ia berdiri, dan menatap iblis wanita itu.

   Ia masih di sana. Berdiri di atas genangan darah yang kini mengering. Tapi kini… ia menundukkan kepala. Perlahan, ia berlutut di hadapan Keyz. Dalam diam yang mendalam, ia menyilangkan kedua pedangnya—dua Zapkeil—dan menyerahkannya ke depan, ke arah kaki Keyz.

   Ia menatap ke bawah. Tapi suaranya menggema langsung ke dalam pikiran Keyz—dalam bahasa iblis, bahasa yang berbeda dari sihir.

   “Aku, bersumpah untuk setia kepadamu. Tuan Keyz.”

1
Rio Kun
tamatnya nanggung woi.
Ady Irawan: masih disiapkan bab terbarunya. 👍
total 1 replies
Kazuto
siiitttth
Kazuto
waduh
Kazuto
🤤🤤🤤🤤🤤🤤🤤🤤🤤🤤🤤🤤🤤🤤🤤🤤🤤🤤
Kazuto
kurang cantik ah.
Kazuto
calone? calone sinten mas e? 🙄
Kazuto
kayaknya ada yang aneh.
Kazuto
ugh
Kazuto
semangat bro. gw selalu mendukungmu
Kazuto
sial. semakin lama ceritanya semakin seru
Kazuto
kubah?
Kazuto
wow
Kazuto
nah lho?
Kazuto
wooohhh sugoiii!
Rani_28
bagus
Selena Gwen
🥰🥰🥰🥰🥰🥰🥰🥰
Selena Gwen
👍👍👍👍👍👍👍👍
Hanz
makin lama makin seru
Rio Kun
menjelaskannya jangan di sini juga kali. /Panic//Panic//Panic//Panic//Panic/
Ady Irawan: wkwkwkw... maap maap...
total 1 replies
Rio Kun
woh gila gimana cara untuk mengalahkan naga ini? 20 meter
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!