NovelToon NovelToon
Hamil Anak CEO

Hamil Anak CEO

Status: sedang berlangsung
Genre:Obsesi / CEO / Hamil di luar nikah / Duda / Romansa
Popularitas:4.5k
Nilai: 5
Nama Author: Hanela cantik

Dara yang baru saja berumur 25 tahun mendapati dirinya tengah hamil. Hidup sebatang kara di kota orang bukanlah hal yang mudah. Saat itu Dara yang berniat untuk membantu teman kerjanya mengantarkan pesanan malah terjebak bersama pria mabuk yang tidak dia ketahui asal usulnya.

"ya Tuhan, apa yang telah kau lakukan Dara."

setelah malam itu Dara memutuskan untuk pergi sebelum pria yang bersamanya itu terbangun, dia bergegas pergi dari sana sebelum masalahnya semakin memburuk.
Tapi hari-hari tidak pernah berjalan seperti biasanya setelah malam itu, apalagi saat mengetahui jika dia tengah mengandung. apakah dia harus meminta pertanggungjawaban pada lelaki itu atau membesarkan anak itu sendirinya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hanela cantik, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

4

Arkan kini berada di depan sebuah cafe. Ya, cafe tempat dara bekerja. Dia menatap dari jendela mobilnya, terlihat di seberang sana dara tengah melayani beberapa costumer.

Awalnya Arkan ingin membicarakan tentang insiden yang terjadi diantara mereka malam itu. Tapi dia mengurungkan niatnya karena ini mungkin belum waktu yang tepat. Ditambah guru sang putra yang meneleponnya.

" ya halo"

" maaf pak, menggangu waktunya. Ini Rafa dari tadi tidak ada yang menjemputnya pak. ini sudah lewat waktu pulang" terdengar suara khawatir di seberang sana.

Arkan tertegun. Matanya membulat pelan. Astaga. Ia baru teringat pagi tadi ia berjanji pada Rafa untuk menjemputnya sendiri. Bahkan ia sudah menyuruh sopir pribadinya untuk tidak datang hari ini, agar ia bisa meluangkan waktu bersama sang putra.

" baik, sebentar lagi saya akan kesana"

Arkan kembali menyalakan mesin mobilnya, meninggalkan tempat itu. Tapi sebelum pergi dia menoleh sebentar ke cafe itu.

Di sekolah, matahari mulai condong ke barat. Beberapa anak sudah dijemput orang tua masing-masing. Hanya Rafa yang masih duduk di bangku taman, memeluk tas kecilnya. Anak laki-laki berusia empat tahun itu menatap gerbang sekolah, menunggu sosok yang dijanjikan datang menjemputnya hari ini.

Wajah mungilnya terlihat sendu.

"kata Papa janji mau jemput sendiri,apa papa bohongi aku lagi ya” gumamnya lirih, suaranya nyaris tak terdengar.

Saat itulah, dari kejauhan sebuah mobil hitam berhenti di depan gerbang. Arkan keluar tergesa-gesa, masih mengenakan kemeja kerja, dasinya sedikit longgar. Begitu melihat ayahnya, Rafa langsung berlari kecil menghampirinya.

 “Papa!” serunya dengan mata berkaca-kaca.

Arkan berjongkok, merentangkan tangan. Rafa langsung memeluknya erat.

"Maafin, papa ya,” ucap Arkan lembut sambil mengelus rambut putranya. “Papa telat, ya?”

“Rafa tunggu lama banget,” jawab bocah itu dengan nada sedih namun jujur.

“Maafin papa. Papa janji, besok nggak akan telat lagi. Tadi papa ada urusan bentar, jadi telat deh"

" Iya Rafa maafin, tapi papa harus janji sama aku ngga boleh ingkar janji lagi, Rafa takut sendirian disini" ujarnya dengan wajah sendu.

" Sebagai gantinya papa akan kabulkan semua permintaan Rafa"

Mendengar itu wajahnya Rafa langsung berbinar " beneran pah"

"iya, Rafa mau apa"

Bocah itu terlihat sedang berpikir " Emmm Rafa mau dessert. Tadi teman Rafa ada yang di bawain dessert sama mamanya enak banget loh pah. Trus aku tanya dia beli dimana, katanya mamanya beli di cafe Delina. Boleh ya pah"

Arkan tertegun sejenak. Bukannya kafe yang disebutkan Rafa adalah cafe tempat Dara bekerja.

" Boleh ngga pah" ucap Rafa dengan menggoyangkan tangan sang ayah.

Arkan kembali tersadar " boleh sayang, habis ini kita langsung kesana. Tapi ingat, Rafa ngga boleh terlalu banyak makan dessert nya"

" okee pah" ucap Rafa sambil membentuk jaringan tangannya menjadi bentuk o.

Arkan sempat terdiam cukup lama di dalam mobilnya ketika mereka tiba di depan Cafe Delina.

Matanya menatap papan nama kafe itu dari balik kaca, dada terasa mengeras menahan sesuatu yang sulit ia jelaskan. Ia tahu benar, di balik pintu kaca itu… ada perempuan yang selama beberapa hari ini tak bisa lepas dari pikirannya.

Rafa yang duduk di kursi belakang menepuk bahunya pelan.

“Papa, ayo masuk. Nanti keburu habis dessert-nya,” katanya polos, menggoyang-goyangkan kaki kecilnya penuh semangat.

Arkan menoleh ke arah putranya dan tersenyum kecil.

“Iya, Papa turun sekarang.”

Meski hatinya sempat ragu, ia tak ingin mengecewakan Rafa lagi. Dengan helaan napas panjang, Arkan membuka pintu mobil dan menggandeng tangan kecil anaknya menuju kafe.

Begitu lonceng kecil di atas pintu berbunyi. Dara yang sedang membersihkan meja di dekat kasir sontak menoleh. Senyumnya yang semula ramah seketika memudar saat matanya menangkap sosok tinggi berjas abu-abu dengan anak kecil di sisinya.

Lelaki itu. Lelaki yang telah menghancurkannya. Napasnya tercekat di tenggorokan. Dunia seolah berhenti berputar sesaat. Ingatannya langsung melayang pada malam kelam itu.

Ia menegakkan tubuhnya lagi, berusaha terlihat profesional.

“Selamat datang di Cafe Delina,” ucapnya dengan suara serak yang berusaha ia kendalikan agar terdengar biasa.

Arkan, di sisi lain, juga sempat membeku. Ia tak menyangka Dara sendiri yang menyambutnya.

Tatapan mereka bertemu hanya sepersekian detik.

Arkan cepat-cepat memalingkan wajahnya, menuntun Rafa ke meja kosong di dekat jendela.

“Papa, aku mau yang warna pink kayak di gambar ini,” ujar Rafa sambil menunjuk menu dengan mata berbinar.

"Boleh, pilih yang itu aja, ya.”

Sementara itu, Dara mencoba mengatur napas dan melangkah mendekat dengan buku catatan pesanan di tangannya. Ia memaksa senyum ramah yang terasa sangat sulit dilakukan.

“Selamat sore, mau pesan apa, Pak?” suaranya lembut tapi bergetar halus.

“Ehm… satu strawberry cheesecake dan dua hot chocolate,” jawabnya akhirnya, suara beratnya terdengar menahan sesuatu.

“Baik, mohon ditunggu sebentar,” balas Dara cepat, lalu segera berbalik sebelum ekspresinya terbaca.

Tak butuh waktu lama hingga pesanan siap.

Dara berdiri di depan meja dapur, menatap dua cangkir hot chocolate yang baru saja selesai dibuat dan sepotong strawberry cheesecake yang terlihat manis dengan hiasan krim putih di atasnya.

Tangannya sedikit bergetar saat hendak mengambil nampan.

Jantungnya berdetak kencang — bukan karena beban kerja, tapi karena ia tahu, beberapa langkah lagi ia akan berada tepat di hadapan pria itu.

“Ra, kamu nggak apa-apa? Wajahmu pucat banget,” tanya Rina, teman kerjanya, yang melihat perubahan ekspresinya.

Dara menggeleng cepat. “Nggak apa-apa kok. Cuma agak pusing.”

Ia menarik napas dalam-dalam, menenangkan diri, lalu mengangkat nampan itu dengan hati-hati.

“Permisi…” ucap Dara lirih ketika sampai di meja itu.

Rafa yang duduk di kursi langsung berseru ceria, “Wah! Itu kuenya! Papa, lihat, warna pink-nya lucu banget!”

Dara tersenyum kecil, tapi suaranya bergetar saat berkata, “Ini pesanan strawberry cheesecake dan dua hot chocolate-nya, Pak.”

Ia meletakkan piring kue dan dua cangkir di atas meja, berhati-hati agar tidak menumpahkan sedikit pun.

Arkan menatapnya dalam diam.

Ia memperhatikan cara Dara berusaha menghindari tatapannya.

“Terima kasih,” ucap Arkan pelan. Suaranya dalam, tapi kali ini lembut, nyaris seperti bisikan.

Dara menunduk cepat. “Sama-sama, Pak.”

Namun, Rafa yang duduk di sebelah ayahnya justru menatap Dara penuh rasa ingin tahu.

“Tante yang bikin kue ini, ya?” tanyanya polos.

Dara tersenyum lembut. “Iya, dibantu teman-teman juga.”

“Enak banget, Tante Rafa boleh ke sini lagi nggak besok?”

Dara sempat terdiam, lalu menjawab pelan, “Boleh banget. Kapan pun Rafa mau datang, Kakak siap buatin dessert yang lebih enak.”

Anak itu tertawa kecil, menggoyangkan kakinya dengan riang.

Sementara Arkan hanya diam, menatap percakapan singkat itu dengan perasaan aneh yang sulit dijelaskan.

Rafa menyuap potongan kue ke mulutnya sambil berkata riang,

“Papa, kakak itu baik banget, ya. Rafa suka sama dia.”

Arkan tersenyum samar, tapi pandangannya tak lepas dari sosok Dara di balik sana.

'Baik, ya… tapi kamu nggak tahu apa yang sudah Papa lakukan padanya, batinnya getir.

1
Holma Pakpahan
lanjut,Dara tetaplah menjadi ibu yg baik.
knovitriana
update
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!