Area *** "Hanya semalam, kan, Tuan?" "Iya, kau tidak akan kenapa-napa karena aku mandul, Kau butuh uang dan aku butuh dirimu semalam!" "Anda yakin, Tuan?" "Aku jamin semuanya aman!" Malam yang terjadi antara dirinya dan sang Pemilik tempat dimana ia bekerja langsung mengubah hidupnya. Hazel Isabella Sora, seorang gadis cantik berusia 24 tahun terpaksa memberikan sesuatu yang berharga dalam hidupnya pada Sang Big boss karena membutuhkan uang demi membayar hutang milik mending kedua orang tuanya, Rexton Lysander Silas, pria matang dengan segala pesona dan tatapan matanya yang tajam bak predator mematikan. Tersenyum menyeringai saat mendapatkan mangsa yang dirinya incar. Perjanjian itu hanya untuk semalam. Namun, apa jadinya jika itu menjadi kegilaan berbahaya dari sang Boss yang tak mampu dirinya tolak dari seorang Rexton. Bagaimana hubungan keduanya? Benarkah hanya ada Hutang dan sebuah kesalahan? ikuti kisahnya di sini
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ham_sya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 4 GBSDM
Siang harinya, jam menunjukkan pukul satu siang waktu Eropa.
Hazel keluar dari rumah sederhana miliknya bersama Ava, rencananya mereka akan pergi makan siang di salah satu Restoran yang menjual menu Indonesia.
"Yakin ingin ke Resto Indo?" Ava kembali bertanya hal yang sama.
"Iya, kamu sudah sepuluh kali bertanya tentang ini, Ava!" kata Hazel. Dengan kepala menggeleng pelan.
"Iya, habisnya kamu aneh," celetuk Ava.
"Aneh kenapa?" tanya Hazel, hanya ingin makan menu Indonesia itu di bilang aneh?
Hazel hanya bisa menggeleng pelan, karena dia sering melihat menu Indonesia masuk kedalam jajaran makanan yang wajib di coba. Jadi tidak ada salahnya dia ingin menu itu hari ini, lagipula ini kedua kalinya dia akan makan menu itu setelah satu atau dua bulan yang lalu makan menu Indonesia.
Ava mengedikkan bahunya acuh, dia akhirnya memilih untuk tidak kembali mengucapkan hal aneh yang bisa membuat Hazel tantrum.
"Zel," panggil Ava, kali ini dia yang menyetir.
"Apa?" Hazel menoleh, dia menatap pada Ava dengan wajah penasaran.
"Kamu tidak ingin mencari tahu kebenaran tentang hutang itu?" tanya Ava.
"Malas sekali, melihat wajah bibi dan Lucy saja aku sudah muak duluan, lihat saja jika nanti aku bertemu Lucy tanpa sengaja akan aku gampar wajah penuh bedak itu!" ucap Hazel dengan menggebu-gebu
"Tapi, Hazel, kau yakin tidak melakukan hal aneh demi mendapatkan uang itu, kan?" jujur Ava benar-benar khawatir.
Hazel mendadak bungkam, haruskah dia mengatakan bahwa dia menghabiskan malam dengan bosnya sendiri demi mendapatkan uang itu? Atau memilih untuk menutupi ini? Ah dia benar-benar dilema sekarang.
"Hazel, Are You Okay?" tanya Ava, dia menepuk pelan pundak Hazel yang malah melamun.
"Ah, maaf, aku hanya kepikiran sesuatu tadi," kata Hazel.
"Apa yang kamu sembunyikan?" Ava memicingkan matanya, mereka sekarang sudah ada di parkiran Restoran.
"Apa? Aku tidak menyembunyikan apapun, Va, ayo turun!" ajak Hazel.
Dia turun lebih dulu dan meninggalkan Ava yang malah terdiam dalam keheningan yang mencekam.
"Apa yang kamu tutupi, Zel?" gumam Ava.
Keduanya sekarang duduk di salah satu kursi yang ada di dalam Restoran itu, mereka akan memesan makanan yang pernah mereka makan sebelumnya.
"Zel," panggil Ariana.
"Apa?"
"Kamu tahu siapa pemilik Restoran ini?" Ava melontarkan pertanyaan yang aneh.
"Aku tidak tahu, memang kenapa?" Hazel menatap Ava dengan tatapan aneh.
"Iya, aku akan memberitahu kamu siapa pemiliknya, apa kamu penasaran?" Ava menaik turunkan alisnya dengan wajah menggoda.
"Memang siapa?" tanya Hazel.
"Hot Duda," jawaban Ava terasa ambigu.
"Maksudnya?"
"Masa kamu tidak tahu siapa Hot Duda?" Ava menghela napas lelah, saat melihat Hazel malah menggeleng.
"Dasar." Ava mencibir.
Sedangkan Hazel tidak peduli, dia malah menunggu jawaban Ava dengan sabar, dengan melihat buku menu di depannya.
"Jadi Hot duda itu siapa?" karena Kesal Akhirnya Hazel melontarkan pertanyaan.
"Tuan Muda Rexton Lysander Silas, putra sulung dari Silas Company," saat mengatakan itu Ava mengembangkan senyum bangga.
"Apa kamu menyukainya?" pertanyaan dari Hazel membuat Ava langsung memutar bola matanya malas.
Hazel terkekeh saat melihat wajah tidak enak milik Ava, dia hanya bisa tersenyum tipis karena Ava langsung diam dan tidak mengoceh lagi, lalu Hazel kembali bersuara,"Kenapa tidak di jawab?" tanya Hazel.
"Lagian pertanyaan kamu aneh, Zel, disini gadis mana yang tidak akan jatuh hati dan tergila-gila pada sosok Tuan Muda Rexton? Dia tampan, mapan, badannya bagus, apalagi statusnya duda, hah rasanya jika dia mau denganku, aku juga rela walaupun hanya bisa satu bulan menjadi istrinya!" ucapan aneh dari Ava malah membuat Hazel mencibir dalam hati.
Setelah membahas hal yang menurut Hazel tidak penting sebab membahas tentang sang Bos, makan siang mereka tiba juga, dan keduanya sekarang larut dengan makanan masing-masing.
Sedangkan di tempat lain.
Kediaman besar Silas Mansion, pria 35 tahun itu tiba di rumah setelah di Spam chat oleh sang Mommy.
Tap
Tap
Langkah tegas dari Rexton dan tatapan dinginnya, membuat beberapa orang yang berjaga langsung membungkuk hormat, pria itu mengangguk dan setelah itu masuk kedalam rumah.
Suara sepatu Pentofel terdengar nyaring di kediaman mewah itu. Membuat wanita paruh baya yang sedang membaca majalah itu sontak melihat ke asal suara.
Di ruang keluarga yang mewah dengan desain Aesthetic yang unik dan indah, seorang wanita paruh baya duduk dengan anggun. Tapi, netra coklatnya menelisik penampilan sang putra sulung.
"Kenapa baru pulang?" hingga suara itu terdengar tegas.
Rexton hanya bisa menghela napas lelah, dia segera duduk di sofa dan menatap sang Mommy dalam diam.
"Rex, kamu dengar tidak sih?" seru Gania.
"Mom, aku sibuk di kantor!" jawab Rexton, dia menghela napas lelah.
"Kantor atau kamar Club malam?" suara sinis dari Gania membuat Rexton langsung menoleh.
Rexton tidak ada niat untuk membantah, dia hanya bisa diam dan tidak melawan lagi, karena dia yakin Mommy-nya ini akan mengoceh terus.
"Mom, ada apa meminta aku pulang?" tanya Rexton, ia ada pertemuan hari ini. Namun, harus mundur karena ulah mommy-nya itu.
"Kenapa? Memangnya memanggil putra sendiri pulang itu harus menemukan alasan yang tepat?" Gania mendengus kesal saat mendengar pertanyaan dari sang putra.
"Bukan begitu, Mom, hanya saja aku ada pertemuan penting hari ini, dan harus mengunjungi salah satu Resto Indonesia yang baru buka," jelas Rexton.
"Halah alasan!" Gania mencibir dalam hati.
"Mom, aku tidak al-"
"Good Morning, Mommy?" suara melengking itu membuat Rexton dan Gania langsung menoleh.
Keduanya mendadak memiliki masalah yang sama, gadis cantik dengan rambut Berwarna pirang itu berjalan dengan senyum menawan. Menuruni tangga.
"Lyra, jangan suka berteriak di dalam rumah!" tegur Gania saat melihat anak bungsunya itu turun.
Gadis itu adalah adik dari Rexton, gadis cantik yang baru saja kembali dari Belanda itu langsung mengerucutkan bibirnya.
Rexton melirik pada Lyra, dia hanya diam saat sang adik duduk di sebelahnya dengan wajah masam.
"Kamu mau kemana?" tanya Gania, dia menelisik penampilan sang putri.
"Aku akan pergi jalan-jalan bersama teman-teman ku!" jawabnya.
"Baiklah, ingat untuk pulang tepat waktu!" peringati Gania.
"Siap, Mommy, aku pergi dulu kalau gitu!" setelah mengecup pipi sang Mommy, Lyra Manohara Silas melengos saat melihat sang Kakak.
Sedangkan Rexton tidak peduli, dia hanya diam saat melihat sikap sang adik padanya.
"Kamu sudah sarapan?" tanya Gania, dia mendadak lupa pada kemarahannya yang hampir meledak.
"Sudah, aku tadi mampir di Restoran," jawab Rexton.
Setelah tidak ada pembicaraan lagi, Rexton memutuskan untuk kembali keluar dari rumah karna ada beberapa pertemuan penting untuk hari ini.
Sedangkan Gania hanya bisa menghela napas lelah saat melihat kepergian Putranya itu.
"Semoga Rex mendapatkan gadis yang lebih segala-galanya dari pada Amanda itu!" doa tulus Gania untuk sang putra sulung.