NovelToon NovelToon
Cinta Di Antara Dua Istri Sang CEO

Cinta Di Antara Dua Istri Sang CEO

Status: sedang berlangsung
Genre:Pelakor / Pelakor jahat / Poligami / Selingkuh / Mafia
Popularitas:1.2k
Nilai: 5
Nama Author: Tika kookie

sebuah pria tampan CEO bernama suga yang menikah dengan wanita cantik bernama cristine namun pernikahan itu bukan atas kehendak suga melainkan karena sedari kecil suga dan cristine sudag di jodohkan dengan kakek mereka, kakek cristine dan suga mereka sahabat dan sebelum kakek cristine meninggal kakeknya meminya permintaan terakhir agar cucunya menikah dengan suga, namun di sisi lain suga sebenarnya sudah menikah dengan wanita bernama zeline suga dan zeline sudah menikah selama dua tahun namun belum di karuniai seorang anak, itu juga alasan suga menerima pernikahan dengan cristine.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Tika kookie, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

cinta di antara dua istri sang ceo

Lampu gantung kristal yang tergantung di langit-langit aula memantulkan cahaya keemasan, menyinari permukaan marmer yang licin dan berkilau.

Musik klasik lembut terus mengalun, menyatu dengan suara pembawa acara yang elegan dan tegas.

Pelelangan sudah berjalan hampir satu jam beberapa kolektor dan pengusaha kaya sudah membawa pulang lukisan, batu giok, dan patung antik yang harganya mencapai miliaran won.

Cristine duduk di sisi Suga dengan tatapan berbinar. Tangannya memegang lengan sang suami, terlihat bangga setiap kali Suga mengangkat papan lelang dan memenangkan sesuatu.

Para tamu di sekeliling mereka berbisik pelan, membicarakan pasangan muda itu yang malam ini menjadi pusat perhatian.

“Itu Tuan Min, bukan?”

“Benar, CEO Min Corporation. Katanya kekayaannya hanya bisa disaingi oleh Kim Taehyung dari Vante Global.”

“Tapi lihat, Taehyung duduk di sana dengan tenang sekali, seolah semua ini tak penting baginya.”

Di sudut ruangan, Taehyung memang duduk santai di kursinya.

Wajahnya teduh, rahangnya tegas, dan di tangannya segelas wine merah berkilau.

Ia sesekali meneguknya pelan, menatap ke arah panggung dengan senyum samar bukan karena tertarik pada barang-barang itu, melainkan menikmati pemandangan persaingan yang terbentuk secara alami di ruangan itu.

Pembawa Acara:

“Baiklah, Tuan dan Nyonya sekalian, barang selanjutnya adalah ‘The Eternal Promise Ring’ cincin emas putih bertatahkan berlian biru, konon dibuat oleh perajin istana pada abad ke-19.

Konon, cincin ini adalah simbol kesetiaan abadi. Harga pembuka: 400 juta won.”

Cahaya sorot menyoroti cincin mungil di dalam kotak kaca transparan.

Kilau berlian birunya tampak memantulkan cahaya seolah hidup.

Cristine menatap cincin itu dengan mata berbinar.

Cristine (berbisik lembut):

“Suga… cincin itu indah sekali. Aku ingin memilikinya.”

Suga menatap sekilas cincin tersebut, lalu mengangguk tenang.

Suga:

“Kalau kau menginginkannya, aku akan membelinya untukmu.”

Ia mengangkat papan nomornya tanpa ragu.

“450 juta won.”

Pembawa acara tersenyum.

“450 juta won dari Tuan Min! Ada yang menawar lebih tinggi?”

Tak butuh waktu lama, seorang pria tua di meja sebelah mengangkat papan:

“470 juta won!”

Lalu disusul seorang wanita kaya paruh baya di barisan belakang:

“500 juta won!”

Suasana mulai memanas.

Cristine menatap Suga dengan tatapan manja, sementara Suga menghela napas pendek, lalu menaikkan tawaran lagi.

“550 juta won.”

Sorakan kecil terdengar.

Beberapa tamu mulai memperhatikan meja mereka, karena Suga terlihat sangat serius mempertahankan barang yang ia incar.

Namun dari kejauhan, Taehyung hanya duduk diam.

Ia menatap cincin itu sekilas, lalu tersenyum tipis dan menggeleng pelan.

Taehyung (lirih, pada dirinya sendiri):

“Cincin itu… seharusnya bukan untuknya.”

Ia meneguk winenya perlahan, membiarkan dunia di sekitarnya riuh tanpa ikut campur.

Matanya sesekali menatap Suga dan Cristine, lalu beralih ke arah sorotan lampu yang mengenai cincin di panggung kilau biru itu mengingatkannya pada sesuatu… atau seseorang.

“550 juta won dari Tuan Min! Ada yang menawar lebih tinggi?”

Beberapa detik berlalu tanpa suara.

Akhirnya pembawa acara mengangkat palu kayu kecilnya.

“Satu…”

“Dua…”

“Tiga!”

Tok!

“Terjual! Untuk Tuan suga alexander, dengan tawaran 550 juta won!”

Tepuk tangan lembut terdengar di seluruh ruangan.

Cristine tersenyum puas, menatap Suga dengan mata berbinar penuh kemenangan.

Cristine:

“Terima kasih, Suga. Aku akan menyimpannya baik-baik.”

Suga hanya mengangguk, menatap cincin itu dalam-dalam.

Entah kenapa, bentuknya terasa familiar… seolah pernah ia lihat di masa lalu di jari seseorang yang kini tidak lagi berada di sisinya.

Sementara itu, Taehyung menatap mereka berdua dari kejauhan, senyum samar kembali muncul di wajahnya.

 

Cristine menyandarkan tubuhnya di kursi sambil melirik ke arah Taehyung yang duduk tidak jauh dari meja mereka. Pria itu masih terlihat santai menyilangkan kaki, meneguk wine, dan seolah tidak tertarik pada hiruk pikuk pelelangan yang semakin ramai.

Cristine mendengus pelan, lalu menatap Suga dengan senyum sinis.

Cristine:

“Suga, lihatlah teman lamamu itu… katanya dia salah satu pengusaha besar di Seoul, pesaing terkuat perusahaanmu, tapi sejak tadi aku tidak melihat dia menawar apa pun.”

Ia menoleh sedikit ke arah Taehyung, menatapnya dari ujung mata.

Cristine (mendesis pelan):

“Huh, mungkin dia hanya berpura-pura kaya. Cuma datang ke sini untuk menunjukkan diri.”

Beberapa tamu di meja sebelah sempat melirik karena mendengar nada suara Cristine yang agak tinggi.

Namun Suga tidak bereaksi. Ia hanya tersenyum simpul, tenang, dengan tatapan penuh percaya diri.

Suga (dengan nada datar):

“Cristine… jangan pedulikan dia. Taehyung memang begitu orangnya. Terlalu banyak gaya diam.”

Cristine tersenyum miring, merasa didukung.

Ia lalu meneguk sampanye di gelasnya dengan angkuh, sementara matanya masih terpaku pada Taehyung yang terlihat acuh tak acuh di kejauhan.

Namun di balik senyum simpul Suga, ada sesuatu yang lain bukan sekadar rasa menang, tapi juga perasaan ingin menunjukkan siapa yang paling berkuasa malam itu.

Ia menatap Taehyung sejenak dan mengangkat alisnya tipis, seolah mengirim pesan tanpa kata:

“Aku masih yang teratas di sini.”

Taehyung, yang seolah membaca tatapan itu, hanya tersenyum samar. Ia mengangkat gelas winenya sedikit, seperti memberi cheers dari kejauhan tanpa sepatah kata pun.

Cristine melihat adegan itu dan kembali tertawa kecil.

Cristine:

“Hah, lihat, bahkan dia tidak berani membalas apa-apa. Sepertinya dia tahu siapa yang paling berkuasa di ruangan ini, kan, Suga?”

Suga menatapnya sekilas dan hanya menjawab pelan, suaranya tenang tapi tajam.

Suga:

“Dalam dunia bisnis, Cristine… yang diam bukan berarti kalah. Tapi aku tidak keberatan kalau malam ini dunia tahu siapa yang paling berpengaruh di sini.”

Cristine terkekeh puas, merasa dirinya berada di sisi yang menang.

Sementara itu, di meja lain, Taehyung hanya menatap keduanya dari kejauhan matanya sedikit menyipit, senyum misterius muncul di bibirnya.

Taehyung (dalam hati, dingin):

“Masih sama… terlalu sombong untuk sadar bahwa permainan sebenarnya belum dimulai.”

Lampu ruangan redup, meninggalkan cahaya berkilau yang menyorot ke tengah panggung.

Sebuah kotak kaca perlahan dibuka oleh panitia pelelangan, menampakkan kalung berlian biru yang berkilau memantulkan cahaya ke seluruh ruangan.

Semua tamu yang hadir terdiam kagum. Suara gemerincing halus terdengar saat kalung itu diangkat dan diperlihatkan.

Pemandu lelang:

“Para tamu terhormat, inilah item terakhir sekaligus puncak acara malam ini The Blue Star Diamond Necklace!

Didesain khusus oleh perajin perhiasan asal Prancis dan hanya ada satu di dunia ini! Harga pembuka... dua juta dolar!”

Sorakan kecil terdengar di antara para tamu, sebagian bahkan bertepuk tangan pelan.

Cristine langsung menatap kalung itu dengan mata berbinar jelas sekali ia sangat menginginkannya.

Cristine (membisik pada Suga, manja):

“Suga… aku ingin kalung itu. Aku tidak pernah melihat sesuatu seindah ini…”

Suga menatap wajah istrinya, lalu menggeser pandangan ke panggung.

Ia tahu malam ini bukan hanya tentang membeli kalung tapi juga tentang menunjukkan siapa yang paling berkuasa di ruangan itu.

Pemandu:

“Dua juta dolar… ada yang menawar lebih tinggi?”

Tanpa ragu, Suga mengangkat papan tawarannya.

Suga:

“Tiga juta dolar.”

Ruangan mulai berbisik, banyak mata tertuju pada meja Suga.

Pemandu tersenyum, “Tuan suga alexander , tiga juta dolar! Ada yang menawar lebih tinggi?”

Beberapa orang mencoba ikut menawar, namun Suga menaikkan harga dengan tenang, tanpa ekspresi hanya sesekali menatap ke arah Taehyung, yang masih duduk santai di kursinya sambil memainkan gelas wine.

Pemandu:

“Empat juta dolar untuk Tuan Suga! Apakah ada yang berani lebih tinggi?”

Cristine tersenyum puas.

Cristine (pelan, penuh kesombongan):

“Tidak ada yang bisa melawanku malam ini, Suga. Kalung itu akan jadi milikku.”

Suga hanya tersenyum kecil dan menatap Taehyung sekilas tatapan menantang.

Namun Taehyung sama sekali tidak bereaksi.

Ia hanya meneguk wine-nya perlahan, menunggu…

Pemandu:

“Empat juta dolar… satu… dua ”

Tiba-tiba terdengar suara berat dan tenang memotong udara.

Taehyung:

“Lima juta dolar.”

Ruangan langsung hening.

Semua kepala menoleh ke arah Taehyung yang kini menurunkan gelas winenya dan menatap lurus ke arah Suga.

Senyumnya tenang tapi tajam.

Cristine terperanjat, wajahnya berubah tegang.

Cristine (berbisik pada Suga):

“Apa-apaan itu? Kenapa dia ikut menawar?”

Suga mengerutkan kening, genggaman tangannya di papan penawar menguat.

Suga (pelan, menahan emosi):

“Dia hanya ingin bermain. Aku akan tunjukkan padanya siapa yang menang di akhir.”

Pemandu:

“Lima juta dolar dari Tuan Kim Taehyung! Ada yang lebih tinggi?”

Suga mengangkat lagi papan tawarnya, matanya kini tajam menatap lurus ke arah Taehyung.

Suga:

“Tujuh juta dolar.”

Suara para tamu langsung riuh, beberapa bahkan bertepuk tangan.

Namun Taehyung tidak bergeming. Ia hanya menyeringai tipis, lalu menatap Suga seolah menantang balik.

Taehyung:

“Sepuluh juta dolar.”

Cristine menatapnya dengan wajah tak percaya, sementara Suga menatap tajam, rahangnya mengeras.

Suasana ruang lelang berubah panas, tegang, dan penuh gengsi.

Malam yang tadinya tampak tenang kini berubah jadi medan perang tanpa senjata, hanya gengsi dan harga diri yang dipertaruhkan.

Pemandu:

“Sepuluh juta dolar dari Tuan Kim Taehyung! Apakah Tuan Suga Alexander ingin menaikkan tawaran?”

Suga terdiam sejenak, pandangannya dan Taehyung saling bertemu dua pria dengan masa lalu, kekuasaan, dan satu rahasia yang sama: Zeline.

Lampu kristal di langit-langit bergetar lembut, memantulkan cahaya dari kalung berlian biru yang kini menjadi pusat perhatian seluruh ruangan.

Suasana yang semula penuh tawa kini berubah menjadi hening hanya terdengar suara napas para tamu yang menahan tegang melihat angka tawaran yang semakin melonjak.

Cristine menggenggam lengan Suga erat-erat, suaranya manja namun sarat tekanan.

Cristine (mendesak):

“Suga… aku benar-benar ingin kalung itu. Tolong menangkan untukku, ya? Aku tidak mau wanita lain memilikinya…”

Suga menatap wajah istrinya yang mulai cemberut, lalu memalingkan pandangannya ke arah panggung.

Di seberangnya, Taehyung masih duduk tenang, menatapnya dengan senyum dingin senyum yang jelas bukan sekadar untuk lelang biasa.

Pemandu:

“Sepuluh juta dolar dari Tuan Kim Taehyung! Apakah ada tawaran lebih tinggi?”

Cristine menatap suaminya tajam, sedikit mengguncang tangannya.

Cristine (menahan kesal):

“Apa kau akan membiarkan dia mengalahkanmu begitu saja, Suga? Semua orang menatap ke arah kita!”

Suga menghela napas, lalu perlahan mengangkat papan tawarnya dengan wajah dingin.

Suga:

“Lima belas juta dolar.”

Ruangan langsung berdesis, beberapa tamu menahan napas tak percaya.

Angka yang sangat tinggi bahkan untuk kalung sekelas itu.

Cristine tersenyum puas, memeluk lengan Suga dengan lembut.

Namun di sisi lain, Taehyung masih belum bergerak. Ia hanya menatap Suga dalam diam lalu mencondongkan tubuhnya ke depan, bibirnya melengkung sinis.

Taehyung:

“Dua puluh juta dolar.”

Tamu-tamu mulai bergumam keras. Beberapa kamera media yang hadir pun segera mengarah ke dua pria itu dua raksasa bisnis yang kini bersaing di meja lelang.

Suga mengetatkan rahangnya. Ia tahu Taehyung tidak sekadar ingin membeli perhiasan ini adalah perang harga diri.

Suga (tegas, menahan amarah):

“Dua puluh lima juta dolar!”

Pemandu:

“Luar biasa! Dua puluh lima juta dolar dari Tuan Suga Alexander! Apakah ada yang lebih tinggi?”

Taehyung hanya tertawa pelan, tawanya rendah tapi terdengar menusuk.

Ia memutar gelas winenya, lalu mengangkat papan tawarannya dengan gerakan santai namun mematikan.

Taehyung:

“Tiga puluh juta dolar.”

Sorak kagum memenuhi ruangan.

Beberapa tamu bahkan berdiri, terpana melihat angka yang tidak masuk akal lagi.

Cristine kini mulai cemas. Tangannya mencengkeram kuat lengan Suga.

Cristine (setengah panik):

“Suga, jangan biarkan dia menang! Aku ingin kalung itu! Aku ingin dia tahu bahwa aku punya segalanya yang tidak bisa dia miliki!”

Suga menatapnya cepat, lalu menatap Taehyung

dengan tatapan tajam penuh amarah.

Urat di pelipisnya mulai menegang.

Suga (mendesis):

“Tiga puluh lima juta dolar.”

Ruangan meledak dengan tepuk tangan dan teriakan kagum.

Namun Taehyung masih tenang. Ia menyandarkan tubuhnya ke kursi, menatap Suga dengan tatapan tajam lalu bicara dengan suara rendah tapi jelas, membuat seluruh ruangan terdiam.

Taehyung:

“Empat puluh juta dolar.”

Cristine membeku.

Suga menatapnya tak percaya.

Sementara Taehyung perlahan berdiri dari kursinya, memasukkan satu tangan ke saku jasnya, dan menatap langsung ke arah pasangan itu.

Taehyung (dingin):

“Kalung itu bukan sekadar perhiasan, Suga. Kadang, benda berharga hanya pantas dimiliki oleh seseorang yang tahu artinya… bukan yang hanya ingin memamerkannya.”

Cristine menatap Taehyung dengan wajah merah padam, sementara Suga mengepalkan tangan di atas meja matanya beradu dengan Taehyung dalam keheningan penuh tekanan.

Pemandu:

“Empat puluh juta dolar dari Tuan Kim Taehyung! Ada tawaran lebih tinggi…?”

Suga menunduk sejenak, napasnya berat, dan semua mata menunggu keputusan.

Namun untuk pertama kalinya malam itu, Suga tidak mengangkat papan tawarnya lagi.

Pemandu:

“Empat puluh juta dolar… satu! Dua! Tiga! Terjual untuk Tuan Kim Taehyung!”

Tepuk tangan bergemuruh.

Taehyung hanya tersenyum tipis, lalu menatap Suga sekali lagi sebelum berjalan keluar dari ruangan.

Cristine terdiam, wajahnya pucat menahan malu.

Taehyung (dalam hati, dingin):

“Zeline… lihatlah, permainan ini baru saja dimulai.”

Ruang pelelangan mendadak terasa menegangkan. Semua sorotan lampu mengarah ke arah meja Suga Alexander sang pengusaha muda yang terkenal dengan ketegasan dan kekayaannya yang tak tertandingi.

Suara pemandu lelang menggema di seluruh ruangan,

“Delapan puluh juta dolar dari Tuan Suga Alexander!”

Seketika seluruh ruangan bergemuruh.

Beberapa tamu berdiri dari kursi mereka, bahkan para kolektor kelas dunia ternganga tak percaya.

“Delapan puluh juta?! Gila! Itu harga satu pulau pribadi!”

“Suga Alexander benar-benar menunjukkan kekuatannya malam ini.”

Di sisi Suga, Cristine menggenggam lengan suaminya erat-erat, wajahnya dipenuhi senyum kemenangan.

Matanya berbinar bahagia membayangkan kalung berlian itu melingkar di lehernya nanti.

Namun, hanya beberapa detik setelah riuh tepuk tangan dan pujian itu bergema…

Suara berat dan dalam menggema dari sisi lain ruangan.

“Seratus lima puluh juta dolar.”

Semua orang terdiam.

Suara itu tegas, tenang, tapi tajam seperti pisau.

Tatapan tamu-tamu langsung beralih ke arah Kim Taehyung, pria berjas hitam yang duduk dengan santai sambil meneguk wine di tangannya.

Ia menatap lurus ke arah Suga, seolah mengundangnya untuk bertarung bukan dengan senjata, melainkan dengan harga diri.

Pemandu lelang sampai terdiam sesaat, lalu mengulang dengan suara sedikit gemetar,

“Seratus… lima puluh juta dolar dari Tuan Kim Taehyung!”

Sorak kagum pun kembali pecah.

Beberapa orang berbisik, sebagian lagi bertepuk tangan karena tahu pertarungan sesungguhnya baru saja dimulai.

Cristine langsung menoleh ke arah Suga dengan wajah cemas dan manja.

Tangannya mengguncang lengan suaminya pelan, suaranya memelas,

“Suga… aku ingin kalung itu, tolong… aku yang memintanya kali ini.”

Suga hanya diam.

Tatapannya menajam, rahangnya mengeras. Ia menatap papan tawarannya yang masih di genggaman, lalu melirik sekilas ke arah Taehyung yang tampak begitu tenang seolah tahu bahwa setiap langkahnya bisa memancing emosi.

Cristine kembali merengek:

“Suga… kau tidak boleh membiarkannya mendapatkannya. Kau sudah sejauh ini, kan? Aku mohon…”

Namun Suga tetap tak bergerak.

Ia hanya menatap panggung kosong di depan mereka, pikirannya berputar cepat antara harga diri, gengsi, dan logika bisnisnya yang berteriak agar ia berhenti.

Sorotan kamera dari media mengarah padanya, menangkap wajahnya yang kini tegang dan dingin.

Cristine yang duduk di sampingnya mulai kehilangan kesabarannya.

“Suga… kenapa diam? Kau akan membiarkan dia ”

Suga menatap Cristine sekilas. Tatapan itu dingin, menusuk, membuat wanita itu langsung terdiam.

Ia mengembuskan napas perlahan, mencoba menahan amarah yang mendidih di dadanya.

Sementara itu, Taehyung masih santai memutar gelas wine-nya, matanya tajam tapi tenang, seolah menikmati setiap detik kekalahan yang dirasakan Suga.

Pemandu lelang mengangkat palu dan berkata lantang:

“Seratus lima puluh juta dolar… satu… dua… tiga! Terjual kepada Tuan Kim Taehyung!”

Tepuk tangan dan sorakan kembali memenuhi ruangan.

Beberapa tamu berdiri, memuji keberanian Taehyung, sementara kamera berkilat-kilat merekam momen bersejarah itu.

Cristine menunduk, wajahnya memucat karena malu dan kecewa.

Suga hanya duduk diam, kedua tangannya mengepal di atas meja, rahangnya menegang keras.

Ia tahu, malam itu bukan hanya tentang kalah dalam lelang

tapi tentang harga diri yang direnggut di depan semua orang oleh pria yang diam-diam menyimpan rahasia masa lalu bersama Zeline.

Dan Taehyung… hanya tersenyum tipis sambil meninggalkan kursinya,

tatapannya sekilas tertuju pada Suga, lalu bergeser pada Cristine,

meninggalkan kesan dingin yang menusuk sampai ke dasar hati mereka.

Ruang pelelangan yang tadi riuh dengan tepuk tangan kini terasa seperti medan perang yang baru saja ditinggalkan.

Wajah Suga Alexander mengeras, rahangnya menegang, matanya gelap penuh bara. Tanpa sepatah kata pun, ia berdiri dari kursinya dan melangkah cepat meninggalkan ruangan.

Langkah sepatunya terdengar berat dan tajam di lantai marmer, membuat beberapa orang yang mengenalnya memilih menunduk dan memberi jalan.

Cristine, yang masih syok, langsung berlari kecil mengejarnya sambil menahan gaun panjangnya agar tidak terseret.

“Suga! Tunggu aku! Suga!”

“Jangan tinggalkan aku seperti ini!”

Namun Suga tidak menoleh sedikit pun.

Ia terus berjalan lurus, wajahnya datar namun sorot matanya jelas menyiratkan amarah yang hampir meledak.

Beberapa wartawan mencoba memotret,.

    Begitu sampai di mobil, Suga membuka pintu dengan kasar dan masuk ke kursi pengemudi.

Cristine menyusul dari belakang, terengah, lalu segera duduk di sampingnya.

Mobil itu hening.

Hanya suara napas keduanya yang terdengar di antara udara yang berat dan penuh ketegangan.

Cristine menatap wajah suaminya yang dingin, lalu dengan nada manja yang bergetar ia mulai berbicara,

“Suga… kenapa kau biarkan dia menang? Aku benar-benar menginginkan kalung itu, itu sangat cocok untukku… kau tahu kan, aku ”

Suga tetap diam.

Tangannya menggenggam setir begitu kuat hingga buku jarinya memutih.

Cristine mencoba lagi, suaranya kini terdengar lebih kesal,

“Kau bilang kau pria terkuat, paling berkuasa di antara mereka semua… tapi kau bahkan tidak bisa mengalahkan Taehyung! Semua orang menertawakan kita, Suga!”

Suga menutup matanya sebentar, menahan diri agar tidak membalas ucapan itu.

Amarahnya membuncah, tapi logika dan rasa lelah membuatnya memilih diam.

Cristine meraih tangan suaminya, mencoba memancing perhatian,

“Suga… kau dengar aku kan? Aku malu, semua orang melihatku seperti wanita yang kalah!”

Suga akhirnya membuka matanya, menatap Cristine tajam dingin, menusuk.

“Cukup, Cristine.”

Suaranya berat dan rendah, tapi cukup untuk membuat wanita itu terdiam seketika.

Ia melanjutkan dengan nada dingin dan terkontrol,

“Aku tidak datang ke sana untuk membuktikan siapa yang paling kaya, atau untuk memenuhi keinginan kekanak-kanakanmu.”

“Kalung itu tidak sepadan dengan harga yang dia tawarkan. Hanya orang bodoh yang akan menawar tanpa pikir panjang.”

Cristine menunduk, tapi wajahnya jelas menunjukkan kekecewaan yang mendalam.

“Tapi… aku hanya ingin sesuatu darimu, Suga. Aku ingin orang-orang tahu kalau aku ini istimewa untukmu.”

Suga menatap lurus ke depan, menyalakan mesin mobil.

Suara mesin menggelegar memenuhi ruang hening itu.

“Jika kau ingin dianggap istimewa, Cristine,” katanya dingin sambil menatap kaca depan,

“lakukan sesuatu yang membuatku bangga. Bukan dengan merengek di depan semua orang seperti anak kecil.”

Cristine terdiam, matanya memerah menahan air mata, tapi di balik itu hatinya menyimpan rasa kesal dan dendam yang menebal.

Ia mengepalkan tangannya di pangkuan, menatap ke luar jendela.

“Baiklah, Suga,” bisiknya lirih tapi penuh nada tajam,

“akan aku tunjukkan padamu… siapa yang benar-benar istimewa di matamu nanti.”

Mobil melaju meninggalkan gedung pelelangan,

sementara di sisi lain, Taehyung masih berdiri di balkon gedung, memandangi mobil Suga yang menjauh

tersenyum tipis sambil berucap pelan,

“Kau masih sama, Suga… mudah dikendalikan oleh emosi.”

Suasana di dalam mobil masih terasa menegangkan.

Suara mesin yang bergemuruh menjadi satu-satunya bunyi yang terdengar di antara mereka.

Cristine duduk diam, menatap keluar jendela dengan mata berkaca-kaca, sementara Suga menggenggam setir dengan ekspresi menyesal perlahan menggantikan amarahnya.

Ia melirik ke arah Cristine yang masih menunduk bahunya sedikit bergetar, menandakan bahwa wanita itu sedang menahan tangis.

Tatapan Suga melembut. Ia menarik napas panjang, lalu akhirnya berbicara dengan suara lebih pelan.

“Cristine…”

Cristine tidak menjawab, hanya menatap lurus ke luar jendela, seolah tak ingin mendengar apa pun lagi.

Suga mengulurkan tangan, menyentuh pelan jemari Cristine yang menggenggam rok di pangkuannya.

“Cristine, maafkan aku…” katanya lembut.

“Aku tidak bermaksud membentakmu tadi. Aku hanya… terlalu terbawa emosi.”

Cristine perlahan menoleh, matanya masih basah.

“Kau tahu, Suga… aku hanya ingin sesuatu yang bisa mengingatkan kalau aku ini… istimewa di matamu.”

“Tapi setiap kali aku mencoba, kau selalu membuatku merasa seperti aku hanya beban.”

Suga menatapnya dalam-dalam, lalu menunduk pelan.

Nada suaranya kini penuh penyesalan.

“Bukan begitu maksudku.”

“Kau tahu aku tidak pandai mengungkapkan perasaan… aku hanya tidak ingin melihatmu kecewa.”

Ia berhenti sejenak, lalu tersenyum tipis, mencoba mencairkan suasana.

“Lagi pula, siapa bilang kau tidak mendapatkan apa-apa malam ini?”

“Kau sudah punya cincin berharga itu, kan? Cincin yang kau pilih sendiri di pelelangan tadi.”

Cristine perlahan menatap cincin di jarinya cincin berlian kecil yang tadi dibelinya sebelum acara puncak dimulai.

Wajahnya mulai melembut, dan senyum samar muncul di bibirnya.

“Tapi… itu hanya cincin kecil, Suga.”

Suga menggeleng pelan.

“Tidak. Itu lebih dari cukup.”

“Cincin itu mungkin kecil, tapi nilainya besar kalau yang memakainya adalah wanita yang kucintai.”

Cristine menatap Suga dengan mata berkaca-kaca kali ini bukan karena marah, tapi karena tersentuh.

Senyum tipisnya perlahan mengembang, dan ia menggenggam tangan Suga yang masih memegangnya.

“Kau benar-benar tahu bagaimana menenangkan hatiku, ya?” katanya lirih.

Suga tersenyum hangat, mengusap lembut kepala Cristine seperti sebelumnya di mobil.

“Aku hanya tidak ingin melihatmu sedih lagi.”

Cristine bersandar di bahunya, dan untuk pertama kalinya sejak mereka menikah, mobil itu terasa sedikit lebih hangat.

Namun jauh di dalam hati Suga, ada bayangan lain yang tak bisa dihapus wajah Zeline, wanita yang dulu selalu menunggunya dengan sabar tanpa meminta apa pun.

Senyum Suga perlahan memudar saat mobil melaju menuju rumah besar mereka…

tanpa ia sadari, seseorang di rumah itu tengah menatap langit malam dengan mata yang masih sembab karena tangis Zeline, istri pertama yang kini perlahan dilupakan.

1
Sokkheng 168898
Baca ini sambil minum teh hangat, perfect combo ❤️
KARTIKA: masyaallah makasih kak 🥰😄
total 1 replies
Huesito.( ꈍᴗꈍ)
Gak disadari sampai pagi cuma baca cerita ini, wkwkwk.
KARTIKA: makasih kak 😄😍👍
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!