Alzena Jasmin Syakayla seorang ibu tunggal yang gagal membangun rumah tangganya dua tahun lalu, namun ia kembali memilih menikah dengan seorang pengusaha sekaligus politikus namun sayangnya ia hanya menjadi istri kedua sang pengusaha.
"Saya menikahi mu hanya demi istri saya, jadi jangan berharap kita bisa jadi layaknya suami istri beneran"
Bagas fernando Alkatiri, seorang pengusaha kaya raya sekaligus pejabat pemerintahan. Istrinya mengidap kanker stadium akhir yang waktu hidupnya sudah di vonis oleh dokter.
Vileni Barren Alkatiri, istri yang begitu mencintai suaminya hingga di waktu yang tersisa sedikit ia meminta sang suami agar menikahi Jasmin.
Namun itu hanya topeng, Vileni bukanlah seorang istri yang mencintai suaminya melainkan malaikat maut yang telah membunuh Bagas tanpa di sadari nya.
"Aku akan membalas semua perbuatan yang kamu lakukan terhadap ku dan orang tuaku...."
Bagaimana kelanjutan polemik konflik diantara mereka, yuk ikuti kisahnya
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon bundaAma, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
-29
"Saya tidak mencari tahu, saya hanya kebetulan tahu..." jawab Jasmin santai tanpa rasa takut sedikitpun.
"Dan seperti yang kamu tahu, saya tidak ada kaitannya dengan orang orang di sekeliling Bapak, apalagi ibu...."
"Entah kesialan apa yang menempel pada diri saya, akhir akhir ini saya sering melihat dan mengetahui hal yang seharusnya tidak saya ketahui...." ujar Jasmin yang langsung membuat Rendi menatap nya dengan tajam.
"Tidak ada waktu untuk menyingkirkan saya, bagaimana jika kita saling membantu dan saling menguntungkan, kita keluar dari situasi ini dan bongkar kebusukan mereka semua...." tawar Jasmin memberi tawaran.
"Saya tidak perlu bernegosiasi dengan wanita kampung seperti anda...." jawab Rendi dengan begitu angkuhnya.
"Baiklah...." ucap Jasmin seraya menghembus kan nafasnya dengan kasar.
"Jika itu mau kamu... Bukankah lebih mudah jika saya katakan pelakunya adalah Rani? Karena jelas jelas Rani lulusan sekolah teknologi informasi dan secara kebetulan buktinya tersimpan di dalam kamarnya, katakan apa yang harus saya katakan? Haruskah saya mengatakan jika itu adalah ulah saya yang kenyataannya saya hanya lulusan SMP? Bukankah lebih masuk akal jika Rani pelakunya?" tanya Jasmin seraya tersenyum kecil.
Bughhhhh
Sialannn!!!!
Rendi mengumpat seraya memukul meja di depannya, ia benar benar dibuat Tidka berkutik dengan ancaman yang Jasmin katakan. Jasmin cukup cerdas untuk menggunakan kelemahan nya, karena bagi pria seperti Rendi lebih baik dirinya mati dari pada wanita yang amat di cintai nya terluka meskipun hanya sedikit.
"Katakan, apa yang harus saya lakukan?" tanya Rendi dengan tatapan yang tajam dan dada yang bergemuruh menahan amarah.
"Nah gitu dong, tenang saja, saya tidak sekejam itu sampai harus memfitnah Rani..." ujar Jasmin melembut, pandangan nya lurus ke depan dengan tatapan yang kosong dan nanar, hatinya terasa pilu saat ia yang tidak tahu apa apa harus dihadapkan dengan keadaan yang sama sekali tidak ia mengerti kemana arahnya.
"Bukankah kita harus menemui Dimas?" tanya Jasmin pada Rendi yang amarahnya sudah mulai mereda.
"Kita harus cari tahu dulu, apakah Pak Jamok memang orang yang di rugikan, jika tidak ini tidak bisa melibatkan mereka..." jawab Rendi.
Drtttt drtttttt
Ponsel Jasmin berdering, tanpa menunggu lama ia pun mengangkat teleponnya saat nama putranya tertera di layar ponselnya.
"Bunda, bunda kemana? Kok Azzam pulang sekolah bunda gak ada?" teriak Azzam di sana yang tengah menangis histeris.
"Maaf Sayang, Bunda lagi beli makanan buat Azzam sayang, hari ini bunda gak masak apa apa, beli makan di luar ajah yah sayang, nanti bunda bawa ke rumah..." jawab Jasmin lembut.
"Mau chicken katsu yah Bunda.... Empat..." pintanya yang langsung berhenti menangis.
"Oke sayang...."
Sedangkan di tempat lain tepat nya di rumah pak Jamok suasana semakin memanas, saat istri pak Jamok yakni Bu Jemi mendapatkan kabar jika suaminya di tahan atas tuduhan korupsi, dan tangan kanan suaminya yakni Dimas di tahan atas tuduhan pencurian dan penghancuran barang bukti.
"Ah sial, mengapa bisa jadi seperti ini?!..." teriak Bu Jemi yang kehilangan kendali hingga membanting semua barang yang ada di sekitar nya.
Ia berteriak teriak karena saat ini ia merasa terpojok, suaminya tidak mungkin bisa terlepas lagi dari bukti yang saat ini Bagas miliki.
"Aku harus minta bantuan pak Barren!!!!"
Tuttttttt tutttttttttt tutttttttt
Berkali kali ia mencoba menghubungi nomer ponsel pak Barren namun tidak di angkat sama sekali, entah karena apa pak Barren tidak mengangkat nya.
Namun setelah berkali kali ia mencoba menelepon pak Barren hanya mengirimi nya pesan singkat yang membuat semakin naik pitam
'Jangan hubungi saya lagi, saat ini saya tidak bisa membantumu, lagipula saya sudah berkali kali membantu Jamok...'
Tangan Bu Jemi mengepal saat Barren mendepak suaminya begitu saja, Jemi sadar saat ini posisi suaminya sudah tidak lagi menguntungkan bagi Barren, karena posisi kasus ini menjadi sorotan publik karena telah berkali kali gagal di ungkap hingga publik semakin penasaran dan meminta menghukum berat suaminya.
"Lana, apakah bapak bisa di hubungi?" tanya Jemi pada pengawal pribadinya.
"Tidak Bu, akan tetapi saya mendapatkan informasi dari dalam, jika penahanan bapak saat ini sangat serius...." jawab Lana.
"Pak Bagas tahu tentang hm.corp. Yang melibatkan bapak, meski tidak ada bukti saat ini sepertinya pihak KPK besar kemungkinan mendapatkan buktinya dalam waktu dekat.." lanjut Lana lagi.
"hm.corp? Bukankah itu perusahaan cangkang tempat kelompok mereka mencuci uang?" tanya Jemi tak percaya jika Bagas mengetahui sesuatu dengan begitu jauh.
"Kemungkinan besar kita yang di rugikan, dan seperti yang ibu tahu bapak cukup kesulitan menjawab jika tidak di bantu ibu dan kemungkinan besarnya mulut bapak yang akan menjadi awal mula bukti organisasi yang bapak ikuti terbongkar....." jawab Lana dengan cemas.
"Apa maksudmu? Bukankah itu sama saja akhir dari segalanya?" tanya Jemi dengan cemas.
"Siapkan tiket kapal untuk penerbangan terdekat, kita harus bersiap...." ujar Bu Jemi lagi.
"Seperti nya itu cukup bahaya Bu, jika pergi melalui bandara akan mudah di lacak..." jawab Lana mencoba menasehati nyonya nya, yang langsung membuat Bu Jemi terduduk lemas karena selama ini ia benar benar tak bisa membantu suaminya selama suaminya menjadi menteri.
Saat ini ia sangat menyesali keputusannya dahulu yang tergiur dengan kedudukan sebagai ibu menteri, ia lupa ia seharusnya tidak mempercayakan seluruh hati dan tubuhnya pada seorang manusia, akibat nya ia berakhir di buang setelah tak berguna dan ia tak memiliki penyokong dan tidak menyiapkan persiapan untuk hari ini hingga dengan mudahnya ia hancur sendirian.
"Persiapkan barang seperlunya, kita harus berangkat, dan pulang kan semua pekerja dari rumah untuk menghindari hal yang tidak di inginkan, firasat saya sekarang bapak tengah membawa bencana besar untuk semua orang...." titah Bu Jemi lalu bergegas membereskan barang miliknya ke dalam koper.
Sampai di kamar milik nya Bu Jemi menatap lemari pakaian yang berisi baju baju sang suami, hatinya teriris saat keserakahan nya dulu kini menjadikan suaminya sebagai kambing hitam manusia manusia elit global.
Tanpa ingin berlarut terlalu lama ia mengambil sebuah sebuah boneka beruang yang bisa untuk menghangatkan tangan, yang selalu menemaninya setiap malam saat suaminya belum pulang dan suaminya selalu berpesan untuk selalu menjaga boneka pemberiannya ini dan menjaganya saat saat ia akan meninggalkan rumah dalam waktu lama.
Bu Jemi hanya di temani Lana juga Mpok Atik yakni tetangga nya dahulu yang kini bekerja di rumahnya sebagai kepala pelayan, mereka pergi mengendarai mobil, dan menukar mobil di tempat yang tidak terekam cctv untuk mencegah pelacakan.