NovelToon NovelToon
Sillent Treatment Suamiku

Sillent Treatment Suamiku

Status: sedang berlangsung
Genre:Perjodohan / Cinta Terlarang / Beda Usia
Popularitas:3.5k
Nilai: 5
Nama Author: Fay :)

Sinopsis



Ini berawal dari Nara yang dijodohkan oleh Ayahnya dengan laki-laki dewasa, umur mereka terpaut selisih 15 tahun. Dimana saat itu Nara belum siap dari fisik dan batinnya.


Perbedaan pendapat banyak terjadi didalamnya, hanya saja Rama selalu memperlakukan Nara dengan diam (sillent treatment) orang biasa menyebutnya begitu.


Semua permasalahan seperti tak memiliki penyelesaian, finalnya hilang dan seperti tak terjadi apa-apa.


Puncaknya saat Nara kembali bertemu dengan cinta pertamanya, rasanya mulai goyah. Perbandingan antara diamnya Rama dan pedulinya Mahesa sangat kentara jauh.


Rama laki-laki dewasa, hatinya baik, tidak gila perempuan dan selalu memberikan semua keinginan Nara. Tapi hanya satu, Rama tak bisa menjadi suami yang tegas dan tempat yang nyaman untuk berkeluh kesah bagi Nara.


Pertemuan dan waktu mulai mempermainkan hati Nara, akankan takdir berpihak dengan cinta Rama atau mulai terkikis karna masa lalu Nara.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fay :), isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 30. Apa yang sebenarnya terjadi?

   Di depan jendela kamar sini, Nara menyenderkan tatapan ke halaman yang kosong, mencoba mendamaikan apa yang kini tengah meneriaki pikirnya.

   Sunyi, sepi dalam pandangannya, tapi begitu ramai di dalam otaknya. Senja yang hangat selalu menenangkan disaat pikir terlalu berlebihan.

   Apa yang mengganjal di dalam lubuk hatinya semakin membesar, menekan apa yang menurutnya kemarin adalah semua kebenaran.

   Perkataan Mahesa yang cukup sarkas tadi, terus berputar di dalam angannya, ada hal yang menurut Nara harus mencari kebenaran.

   Logikanya bermain, berkelana mencari jawaban, menekan hati agar nuraninya tak mudah luluh hanya karna manisnya perkataan.

   ‘sudah lama dia mencari ku?’ rasanya semakin kalut saat Nara tak menemukan sedikitpun jawaban, tapi jauh di dalam sana kepekaan tak searah dengan isi hatinya.

   ‘apa dia berhasil mencari ku, terus tinggal disini juga? Bahkan di samping tempat tinggal ku.’ helaan nafasnya semakin memberat, apa yang menurutnya kebahagiaan kemarin, sekarang menjadi sebaliknya seperti ada sesuatu dibelakang sana.

   Nara menggulir layar ponsel yang ia pegang, disana ada foto mereka bertiga, suami dan anaknya. Senyumnya tanpa beban dan, ‘aku merasa, aku bukan lagi diriku yang dulu. Seperti aku terlalu terlena dan banyak berubah.’

   Suara pintu terdengar di ketuk, Nara menghalau lamunannya, “ya mbak?” Begitu pintu terbuka.

   “Diluar ada istrinya Tuan Mahesa Buk, katanya ingin bertamu.” Jelas Mbak Mirna.

   “Oh, iya suruh masuk Mbak. Terus Aiden biar main di ruang tengah ya.” Perintah Nara pelan, disertai senyuman.

*

*

*

   Retina Nara tertuju pada perempuan berparas cantik yang tengah duduk dengan elegan disofa ruang tamunya, pakaiannya stylish khas sekali wanita perkantoran.

   “Eh ada tamu …” sapa Nara begitu langkahnya hampir sampai.

   Gea menoleh dan menerbitkan senyum, “iya Mbak Nara, tadi aku habis belanja ke mall terus ngeliat camilan enak, ke inget pengen bincang-bincang sebentar sama tetangga baru.” jelasnya seru.

   Dari caranya berbicara seasik itu, entah bagaimana nanti jika kelakuannya yang asli ia ketahui, semakin merasa berdosa sekali Nara melihat tatapan tulus dari Gea.

   Lamunnya berputar, tentang tubuh itu yang sama-sama dalam kungkungan Mahesa, itu miliknya dan tak seharusnya Nara juga rasakan.

   ‘awalnya aku cemburu, tapi entah kenapa semakin jelas senyum dan tawa Gea, semakin bersalah aku melihatnya.’ Nara memejamkan matanya sejenak ketika ribuan kata menyerang logikanya.

   “Mbak ….” Tangan Gea melambai di depan wajah Nara, membangunkan Nara yang hanyut dalam lamunannya.

   Seolah kembali dalam fokusnya, “Eh maaf ya Mbak.” Nara bergerak gelisah karna pikirannya terlalu memberatkannya.

   “Mbak, lagi sakit ya?” Tanya Gea lembut.

   “Nggak kok, cuma tadi nggak istirahat siang. Kalo istirahat sekarang bentar lagi sudah malam nggak enak.” Jawab Nara beralibi.

   “Oh, tapi ini aku nggak ganggu kan sekarang?” Tanyanya lagi memastikan.

   Pandangan mereka bertemu saling menyelami perkenalan, “nggak kok, malah seneng aku ada temen ngobrol.”

   Pandangan Gea memutar melihat seisi ruang tamu, fokusnya berhenti kearah foto yang di gantung pada tembok, “suaminya Mbak Nara kemana?”

   Nara juga melihat kearah foto itu, “lagi kerja keluar pulau Mbak, garap proyek pembangunan, kadang juga turun lapangan buat cek pekerja.” Ada luka saat kembali mengingatnya, dia telah menghianati istri yang menunggunya pulang ke rumah.

   Gea adalah tipikal orang yang dengan mudah akrab, “Oh, Mahesa juga kerja dikantor yang mengurus pembangunan sekarang mbak. Katanya punya saham lumayan disana.” Ucapnya antusias bercerita.

   “Deket loh dari sini kantornya, PT apa dah ya lupa.” Ia menunduk, tangannya menyentuh dahi berusaha mengingat sesuatu yang terlupakan.

    Seakan menemukan jawaban, wajahnya berbinar kembali melihat kearah Nara, “intinya ada nama bumi-buminya gitu mbak.”

   Nara yang awalnya terlihat biasa menunggu jawaban dari Gea, kini wajahnya berubah. Alisnya menyorot, “PT Laskar Bumi, bukan Mbak?” Tanyanya memastikan.

   “Kayaknya ia deh Mbak disana.” Jawabnya sedikit ragu.

   ‘apa yang aku lihat kemarin itu benar?’ racau Nara dalam hati.

   “Mbak Nara enak nggak sih jadi ibu rumah tangga saja?” Pandangannya benar-benar serius memperhatikan Nara.

   Nara tertawa kecil, “lebih enak kalo punya kerjaan Mbak, kan pegang penghasilan sendiri juga.” Ucapnya mengeluarkan pendapat.

   Gea merengutkan wajahnya, tampak ada sedikit kesedihan, “Mahesa itu dulu pernah cerita suka sama wanita yang berdiam diri dirumah jadi ibu rumah tangga. Bahkan awal nikah dulu dia sering membandingkan ku dengan masa lalunya yang sering dia ceritakan.” Ungkapnya tak semangat.

   Seperti tertampar oleh keadaan, Nara sungguh jahat meresa menyakiti hati perempuan lain oleh tingkahnya sendiri. Andai wanita di depannya kini tau apa yang sebenarnya terjadi, otaknyapun tak sampai membayangkan sesuatu yang akan menimpanya.

   “Setiap takdir punya jalannya masing-masing Mbak, jangan pesimis ya. Mbak Gea itu keren loh jadi wanita karir.” Balas Nara menyemangati.

   “Oh iya Mbak, apa yang dijabat suami mu di kantor yang sama dengan suami ku?” Nara berusaha mencari tau apa yang menjadi pertanyaan besar dalam benaknya.

   “Investor Mbak, dia kenal direktur operasional disana, bahkan juga berteman baik dengan ku. Kalo suami mu?” tanyanya balik.

   “Manager proyek Mbak.”

   Gea menganggukkan kepalanya, “oh..” menjadi paham.

   Denting ponsel milik Gea berbunyi, tanda pesan masuk, “Mbak saya pamit ya, kapan-kapan kita ngobrol lebih banyak, ini suami ku mau ngajakin dinner loh.” Ungkapnya sambil tersenyum riang, bahagia sekali.

   “Eh sampe lupa kuenya nggak di kasihkan dari tadi, maaf ya. Keasikan cerita.” Sambungnya lagi memberikan totebag yang katanya berisi kue.

   Nara membalas tangan yang menggantung ingin saling berjabat, cupika cupiki khas wanita sosialita pada umumnya.

   “Buru-buru banget padahal masih pengen cerita banyak.”

   Gea tersenyum, teduh sekali, “pasti kesini lagi, asik banget cerita sama Mbak, orangnya nggak songong.” Ucapnya berlalu sambil melambaikan tangan kanannya ke atas, keluar dari rumah Nara.

*

*

*

   Nara mondar-mandir di dalam kamarnya, pikirnya semakin kemana-mana. Semakin besar batu yang mengganjal hatinya.

   ‘Apa sih sebenarnya yang terjadi?’ tanyanya bingung sendiri.

   Nada sambung yang tak pernah Nara lakukan, kini kembali ia lakukan. Bahkan hari-hari kemarin, semakin terlena saat adanya Mahesa disisinya.

   Jam menunjukkan pukul tujuh malam, ‘seharusnya Mas Rama ada waktu senggang sebelum lembur lagi.’

   Lama Nara menunggu, akhirnya terjawab. Suara yang lama tak ia dengar, kini kembali menggema di gendang telinganya.

   “Mas …” 

   “Iya Nara …. Bagaimana kabar mu?” Tanyanya.

   “Aku baik, bagaimana dengan mu?” Sulit sekali Nara mengeluarkan suaranya, seperti tertahan dalam tenggorokan. Lukanya, tapi harus ada yang ia ketahui dibalik tanyanya.

   “Ya …”

   “Apa Mas kenal dengan investor di kantor sana?” Tanya Nara begitu penasaran.

   “Nggak Nara, jabatan ku nggak mengarah kesana. Tapi ada salah satu investor yang dulu pernah bertemu dengan ku, saat masalah yang dulu aku alami, sebelum dikirim keluar pulau saat ini.” Jelasnya

   Nara menggigit bibirnya tanda gelisah, semoga yang tengah ia pikirkan tak benar terjadi.

   “Siapa namanya Mas?” Jantung Nara sudah berdetak sedikit lebih kencang dari biasanya.

   “Kalo nggak salah, Pak Mahes. Dulu asisten direktur memanggilnya begitu.”

   Diam kaku, seperti ada sambaran kilat yang menghampirinya. Batu kerikil yang tersimpan, kini menjadi batu besar yang semakin menghimpit.

   Suara dari sebrang sana masih memanggil-manggil nama Nara, tapi telinga ditulikan oleh fokus yang semakin berantakan.

   ‘itu artinya Mahesa sudah tau sama Mas Rama, tapi kenapa dia nggak pernah bilang, seolah dia memang tak mengenal suamiku.’

~

1
Al Ghifari
bodoh bngt si Nara biar cepat ketahuan SM Rama ceraiin aja Rama istri tdk tau diri
Fay :): hehe.. sabar kaka 😁
total 1 replies
Al Ghifari
cepat ketahuan dong SM suaminya lgsg cerai aja
Fay :): ntar dulu, di perpanjang dulu ceritanya kak 😁
total 1 replies
L3xi♡
Nangis deh 😭
Fay :): sedih ya kak 😢😢
total 1 replies
pEyt
Jelasin semua dengan detail
Fay :): siap kak.
masih outor amatir, kritik dan sarannya sangat diperlukan.
terima kasih.
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!