Hana, sosok istri bertubuh gendut terpaksa harus menelan pil pahit saat suaminya melemparkan sebuah surat perceraian tepat mengenai wajahnya.
Ternyata menjadi sosok istri baik dan penurut saja tak membuat Bagas merasa bangga. Nyatanya, Hana harus menerima kenyataan bahwa suaminya berselingkuh dengan sang adik tiri lantaran tubuhnya sudah tak semolek dulu lagi.
Tiga tahun pasca kejadian itu, Hana datang kembali dengan penampilan fantastis dan juga drastis. Inilah saatnya ia mengacaukan hidup Bagas dan si Adik tirinya yang tak berperasaan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Adinasya mahila, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 30 : Cuan
Setelah bertemu dengan Dinar, Hana mau tak mau tetap berangkat bekerja. Dengan penampilan yang sama seperti saat bertemu ibunda Kelana tadi, hanya saja dia mengganti clutch-nya dengan tas. Semua di luar apa yang dia pikirkan, sepertinya rencananya akan berantakan. Berakhir menjadi istri Kelana sudah pasti akan terjadi, mau bagaimana lagi? jangan sampai dia tidak mendapat apa-apa. Tidak bisa balas dendam pun kehilangan pekerjaan.
Hana berjalan lambat, dia semakin dibuat menghembuskan napas lebih panjang saat melihat Bagas berjalan munuju arahnya.
“Mau apa lagi?” gumam Hana. Ia memasang wajah biasa, tak ingin sampai Bagas tahu bahwa dia sangat membenci.
“Tumben siang,” ucap Bagas tanpa lebih dulu menyapa atau sekadar berkata ‘Hai’.
“Aku ada urusan, lagi pula aku sudah izin pak Kelana, kenapa? apa sebagai manager HRD kamu ingin mengurangi gajiku atau memberikan catatan merah atas kinerjaku?” Hana memberondong mantan suaminya, tapi Bagas malah lebih fokus ke penampilan Hana.
Bagas berpikir bahwa Hana semakin hari semakin cantik saja, bagaimana bisa penampilan mantan istrinya ini berubah drastis? Apa ini yang dinamakan karma? Bagas seketika teringat pada Bunga, dia ingin memberi palajaran pada istrinya itu dengan cara memblokir semua kartu kredit dan mengurangi jatah belanjanya. Bagas ingin melihat Bunga berubah. Setidaknya mau memasak dan mengurus rumah tangga seperti Hana dulu. Di dalam kepala pria itu selalu saja membandingkan Hana dan Bunga.
“Kenapa kamu malah melamun?” bentak Hana mendapati Bagas terdiam. “Aku sibuk!” ketusnya.
“Han!” panggil Bagas saat Hana sudah berjalan melewatinya. Wanita itu pun menoleh dan bertanya-
“Apa?”
“Bunga bilang kamu akan menikah dengan Pak Kelana, apa itu benar?” Bagas memutar tumit, dia berjalan mendekat dan berhenti tepat di depan Hana yang membeku. “Apa kamu mau menjadikan dia pelampiasan? Aku tahu kamu masih mencintaiku?”
Hana tersentak kaget, tapi seketika otak liciknya berpikir untuk memanfaatkan saja keGR-an Bagas ini. Pertama-tama Hana membuang muka, lalu dia memasang muka sedih yang sedikit berlebihan.
“Apa pedulimu dengan perasaanku? kamu sudah bahagia dengan Bunga. Aku pun tidak bisa apa-apa. Aku tidak berani mencintaimu lagi, bahkan istrimu melabrak dan menampar pipiku, rasanya saja masih ngilu.” Hana memegang pipi sebelum melanjutkan dramanya.
“Pak Kelana kaya, tidak mencintainya pun tak apa. Aku masih bisa bergelimang harta dengan menjadi istrinya, yang dia butuhkan dariku pasti hanya tubuhku ini.”
“Hana! Jangan sampai kamu menjerumuskan diri,” ucap Bagas sambill meraih tangan Hana.
“Menjerumuskan diri kepalamu! Lihat betapa memuakkannya dirimu, Bagas. Kamu buaya berwujud manusia, jika tidak ingin membalasmu karena sudah membunuh calon anakku yang juga darah dagingmu sendiri, aku juga pasti tidak akan berbuat sampai sejauh ini,” gumam Hana di dalam hati.
“Pak Kelana kaya, menjadi istrinya pasti akan membuatku dihormati semua orang,” jawab Hana sambil menepis tangan Bagas.
“Sudahlah Bagas, kamu sudah dimiliki oleh Bunga, aku bisa apa? anggap saja ini keberuntunganku bisa menikah dengan pria kaya meski hanya menginginkan tubuhku."
“Hana jangan lakukan itu!” Bagas mengingatkan lagi.
“Lalu apa yang harus aku lakukan?”
“Bagaimana kalau kembali bersamaku, apa kamu mau?”
Hana terdiam, jelas yang dia inginkan bukan kembali ke pelukan Bagas, dia hanya berniat menghancurkan kehidupan mantan suami dan adik tirinya, jika harus kembali sama saja menjerumuskan diri ke kesalahan lagi. Bagas bukan tipe laki-laki setia, bagaimana bisa dia mengajak kembali di saat masih berstatus suami Bunga.
“Tidak mungkin, tidak mungkin!” Hana melepaskan tangan dengan dramatis bak adegan film India. Ia berjalan tergesa meninggalkan Bagas sambil mengumpat di dalam hati.
“Enak saja dengan mudah mengajakku kembali, tidak bisa! aku akan menawarkan perselingkuhan denganmu tapi itu nanti, aku harus mengurus pria ini dulu.” Hana terburu-buru mengingat Kelana pasti sudah menunggu. “Ah … sial!”
***
“Pak!”
Tanpa mengetuk pintu Hana menjulurkan kepala dari celah yang dia buka sedikit. Ia mendapati Kelana sedang berdiri memandang keluar jendela. Pria itu menoleh dan seketika Hana tersihir dengan ketampanan sang atasan. Seperti ada jutaan bunga jatuh bertaburan dan wajah Kelana seperti bersinar, Hana mengerjab untuk mengembalikan kesadaran.
“Apa kamu sudah bertemu dengan Mamaku? Apa yang dia katakan?” Tak sabaran, Kelana bahkan mendekat dan langsung memberondong Hana dengan pertanyaan yang mengganggunya sejak tadi.
“Mama Anda merestui.”
“Yes!”
Kelana menekuk lengannya dan kegirangan. Ia berhasil membuat Hana melongo karena dia begitu senang. Layaknya mereka adalah sepasang kekasih yang baru saja mendapat izin menikah setelah menjalani hubungan tersembunyi.
“Kamu memang hebat!” Kelana memegang kedua sisi lengan Hana dan memutar tubuh sekretarisnya itu. “Lihat! kamu berdandan dengan sangat elegan, Mamaku pasti tidak bisa menghina penampilanmu.”
Hana menggoyangkan pundak, dia berputar sendiri dan tersenyum lebar. “Apa saya akan mendapatkan barang-barang branded selama menjadi istri Anda? Lumayan setelah satu tahun saya bisa membuka butik pre loved barang branded,” ucap Hana. Ia seketika mengaduh karena Kelana menjentik keningnya.
“Pikiranmu hanya uang dan uang saja! tidak bisakah kamu berpikir membantuku untuk mendapat warisan yang jauh lebih banyak segera? Dekati nenek gayung lalu curi hatinya, semakin banyak warisan semakin cuan kamu,” ujar Kelana.
“Cih … cuan, kata-kata Anda seperti para Affiliator penipu banyak orang.” Hana mencibir, hanya dia yang berani bersikap kurang ajar pada Kelana.
Namun, entah kenapa Kelana tidak marah. Ia malah mencondongkan badan dan berucap, “Bukankah kamu memang suka uang? Ha?”
“Kalau saya bilang lebih suka Bapak gimana?”
Respon Hana yang tidak Kelana antisipasi membuat pria itu melebarkan bola mata. Sementara itu Hana nampak biasa setelah tanpa sadar membuat jantung sang atasan berdetak tak karuan.
_
_
_
_
Sepi ya, besok bagi Votenya donk kan Senin sama Poin. Kleyan nggak mau kasih THR aku gitu yang cantik julita ini? 😛
tidak ada pembenaran untuk perselingkuhan, alasannya hanya satu yaitu nafsu, nafsu ingin memiliki yang lebih dari apa yang sudah mereka miliki. l