Rani yang masih berusia 18 tahun, dengan rela dinikahi Malik yang berusia 50 tahun, pria yang baik dan pernah menyelamatkan hidupnya. dimana Malik, pria tua itu selama lima tahun menderita disfungsi yang tak bisa disembuhkan. Dan Rani lah orang yang dapat menyembuhkan penyakit itu
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Danira16, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Dikolam
Setelah mereka selesai dengan kegiatan p4n4$ nya, kini keduanya sibuk berenang untuk meredakan hawa panas yang masih belum reda karena keringat yang selalu mengucur.
Dengan tubuh mereka yang polos Rani bergerak lincah berada di dalam air, begitu juga dengan Malik. Walau usianya tidak muda, dia sangat jago berenang.
Rani membayangkan bagaimana mudanya suaminya itu, tua saja masih terlihat kharismatik dan tampan. Gimana saat Malik masih muda, pasti sangat tampan dan banyak wanita yang terpesona dan jatuh hati pada sosok Malik.
"Sayang, kita sudahi renangnya. Rani gak mau suami tuaku ini sakit." Ajak Rani manja menarik tangan suaminya.
"Baiklah isteri kecil mudaku yang sangat legit." Puji Malik menimpali.
Rani tersenyum akan pujian suaminya, hingga akhirnya keduanya berjalan ke sebuah kamar, dan Rani hanya mengikuti langkah suaminya saja.
Namun sedari tadi Rani mengamati suaminya, ia merasa sangat suami begitu hapal dengan setiap letak ruangan.
"Ini kamar tidur kita ya sayang?" Tanya Rani menebak.
"Iya, sekaligus tempat nanti kita bermain kuda-kudaan hebat di sana." Jawab Malik menunjuk pada bed besar yang begitu luxury mewah.
Rani berbinar, ia menatap design berwarna gold keemasan, dan ia yakin hanya ranjang besar itu saja harganya berkisar jutaan lebih.
"Ini bagus sekali, pasti sangat mahal?" Tebak Rani.
"Tidak terlalu mahal istriku, hanya 100 jutaan...."Tukas Malik jujur.
Rani tertegun menatap ranjang itu, bagaimana bisa harga satu buah tempat untuk tidur harganya begitu fantastis, melebihi harga sepeda motor biasa.
Dasar gadi$ kampung Rani menganga mendengar harga bed semahal itu. Tangannya menyentuh setiap detail ukuran bahkan permukaan setiap design nya.
"Kenapa diam? Kamu tak suka?"
"Suka kek...ehmm mas, bolehkan Rani panggil dengan sebutan itu?" Tanya Rani yang merasa ingin sekali memanggil suaminya dengan sebutan itu.
Malik membalasnya dengan mengangguk, "tentu saja, aku suka kamu memanggil itu." Jawab Malik, ia meraih tangan Rani dengan mengecup punggung tangannya.
"Kamu suka kan ranjang ini?" Ucap Malik dengan posisi telah ada di dekat bed nya.
"Suka sekali, tapi kenapa mahal sekali harganya? Sebenarnya ini villa milik siapa sih mas?"
"Punya kamu Rani, semua yang ada disini milikmu sayang."
Mata Rani terbelalak mendengar jawaban suaminya.
"Punya Rani mas?"
"Iya sayang, villa ini aku beli khusus untuk kamu Rani. Istriku yang cantik dan ini hadiah pernikahan untukmu." Sahut Malik.
Rani terkejut kembali mendengar itu, ia tak menyangka suaminya akan memberikan hadiah pernikahan sefantastis ini. Bahkan kini Rani tak menyangka suami tuanya begitu sayang dan memanjakannya dengan banyak cinta dan hadiah.
Lama-kelamaan Rani berpikir mengenai kekayaan yang dimiliki suaminya sebanyak apa, sehingga ia dengan mudahnya memberikan hadiah yang Rani yakin harganya mencapai milyaran.
Bayangkan hanya ranjang yang saja sampai seharga seratus juta, gimana dengan harga vila nya. Namun Rani malas memikirkan hal yang tak penting, baginya kini ia telah ada yang melindungi.
Rani memeluk suaminya, "terima kasih mas, aku sangat senang hadiah ini, tapi sepertinya ini terlalu mahal. Apakah tidak berlebihan?"
Malik mengecup lembut kening Rani cukup lama, sampai Rani terbuai dan memejamkan matanya.
"Ini semua tidak sebanding dengan pengorbanan kamu menyembuhkanku, tidak sebanding dengan rasa kasih sayang yang kamu berikan padaku sayang."
Mata Rani tanpa sadar telah berkaca-kaca, ia terenyuh dengan ungkapan hati suaminya, ia pun juga merasakan rasa nyaman di diri pria tua yang kini menjadi suaminya.
"Kamu bahagia bersamaku?" Tanya Malik memastikannya, tangannya sibuk menghapus jejak air mata Rani.
"Sangat bahagia, Rani bahagia ada mas yang selalu melindungi."
Keduanya terlihat saling berpelukan, dan malam hari keduanya hanya menghabiskan makan malam romantisnya di villa, itu pun karena tubuh mereka telah letih.
Keesokan Paginya.
Cuaca begitu dingin dipagi hari, suasana di villa tak membuat keduanya bermalas malasan untuk menanam benih kembali. Dalam gelora yang tak pernah surut Malik dan Rani selalu bersemangat dalam aktivitas panasnya.
"Terima kasih istriku atas service nya, pria tua ini suka. Dan berharap kita akan seperti ini selalu." ungkap Malik setelah pagi ini keduanya lakukan morning syeeek.
Rani yang kelelahan hanya bisa mengangguk lemah, Malik yang paham keletihan istrinya pun berusaha bangkit.
Malik dengan perlahan membawa tubuh istrinya hingga ke tepi kasur, dan ia pun mengendong Rani tanpa melepaskan penyatuan.
Rani tersenyum dengan alat mereka yang masih menancap, dengan hati-hati Malik membawa Rani ke kamar mandi.
Malik pun menyalakan shower air kran hangat,.dan dengan perlahan pula tubuh Rani ia turunkan dibawah kucuran air hangat itu.
Dan ditempat itulah terjadi pertempuran panas lagi, dan Malik juga selalu menumpahkan nya di tempat kecil milik Rani.
"Ayo kita mandi, setelah ini kita akan ke pantai." Ajak Malik setelah ia cukup dibuat lemas karena kegiatan barusan.
Rani begitu antusias akan diajak ke pantai, ia terlihat senang hingga keduanya tak ingin berlama-lama mandi.
Sebelum ke pantai, pelayan telah menyiapkan sarapan berisi sandwich isi telur, daging serta keju. Ada juga kopi hitam untuk Malik dan Susi hangat rasa coklat kesukaan sang Rani.
Begitu mereka selesai dengan sarapannya, keduanya pun meluncur ke pantai Kuta, disana begitu banyak orang yang berdatangan. Mungkin karena hari itu adalah hari weekend, sehingga pantai begitu ramai pengunjung.
Banyak turis asing berdatangan, mereka terlihat senang dan antusias dengan papan selancarnya. Rani tertegun melihat atraksi memukau yang dilakukan turis asing serta penduduk Bali sendiri.
Memang surganya bagi pecinta peselancar, Rani menyukai berada disini. Terlebih jika perginya bersama Malik, suaminya.
Angin pun bertiup sangat kencang, Rani duduk di pasir disamping Malik dengan menyenderkan kepalanya di bahu suaminya.
Tatapannya tertuju pada atraksi disertai gulungan ombak, tanpa malu keduanya kadang berciuman mesra.
Beberapa yang melihat merasa aneh melihat pasangan Rani dan Malik, ia merasa yang perempuan begitu muda dan cantik. Sedangkan yang pria telah tua, namun masih ada kesan tampan yang terlihat di wajah Malik, walau terlihat garis halus diwajahnya.