Jodoh itu rahasia Tuhan. Siapa sangka dua manusia yang terkesan saling cuek dan tidak punya ketertarikan satu sama lain itu disatukan dalam ikatan pernikahan. Akan seperti apa rumah tangga keduanya, saling menerima atau malah kalah sebelum mencoba? Ikuti kisah mereka karena mungkin kita akan menjadi saksi cinta mereka bertumbuh atau sebaliknya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon pipit fitriyani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
KECEWA LAGI
Alma merasa cukup demgan Pembicaraan kali ini, dia merasa kalau semuanya sudah jelas dan tidak butuh lagi penjelasan. Irsan benar-benar diam seolah mengatakan semuanya benar, dan itu cukup membuat Alma kecewa. Dengan segala pertimbangan Alma memutuskan untuk pulang hari ini juga, dia merasa sudah kalah dan tidak ingin terus menikmati kehampaan dalam rumah tangganya.
"Tidak ada yang ingin aku bicarakan lagi, abang sudah boleh kembali kemeja kalian. Aku juga sekalian pamit, mungkin ini terakhir kalinya aku ganggu abang." ucapan Alma menarik perhatian irsan, dia bingung harus menjelaskan yang mana agar dia selamat dari situasi yang menurutnya serba salah ini.
"Al, percaya sama abang, aku sama dia nggak ada hubungan apa-apa selain rekan kerja. Aku tidak mungkin cerita soal dia sama kamu, kamu pasti akan salah paham seperti sekarang ini." Irsan berusaha menjelaskan sebisanya, setidaknya dia ingin membuat Alma percaya soal hubungan yang disalah pahami. Namu alma terlanjur kecewa, dan tidak tertarik untuk percaya.
"Aku mungkin akan percaya jika perempuan itu bukan kenalan abang, tapi dia wanita yang abang sukai saat kuliah dulu. Dan bukan itu saja kesalahan Abang, sebulan ini abang berbohong, lalu status kita tidak abang ceritakan kepada orang terdekat abang di sini, dan abang malah sibuk jadi pengajar sekaligus pembicara di sini, sementara aku berharap abang cepat pulang, ternyata excited sendiri itu rasanya tidak enak."
Kali ini Irsa benar-benar sudah membuat kesalahan fatal, dia bingung harus bicara apalagi karena saat ini posisi irsan sudah sangat mengecewakan. Baru menghadapi Alma sudah begini, apalagi keluarga besarnya.
"Aku mau tanya sama abang, anggap aja pertanyaan terakhir dari aku. Abang belum menerima sepenuhnya pernikahan kita ya? abang pergi ke sini menghindari aku?" Pertanyaan Alma benar-benar tidak diprediksi oleh irsan, lidahnya kelu untuk memberikan jawaban pada istrinya, berharap Dia bisa menghilang dari tempatnya saat ini.
Alma hanya tersenyum pahit melihat mimik wajah suaminya, tanpa menunggu jawaban dari Irsan dirinya sudah mendapatkannya.
"Yasudah abang nggak perlu jawab, aku sudah selesai makannya, aku mau bayar dulu." Alma berdiri dengan tegar menyembunyikan luka yang baru saja dia miliki, banyak hal yang ingin dia tanyakan, namun bertanya 2 hal itu saja sakitnya bukan main. Irsan menghentikan langkah istrinya, ia genggam tanga Alma agar kembali duduk, namun Alma tetap pada tujuannya.
"Al, kamu tidak perlu bayar, biar nanti abang yang urus. Sekarang kita perlu bicara banyak, kita selesaikan baik-baik tanpa kesalahpahaman.
"Aku bawa uang bang, jangan menimbulkan dugaan lain di mata karyawan abang, aku ini bukan siapa-siapa statusku tersembunyi jadi tidak perlu bertanggung jawab untuk isi perutku. Lalu kalau abang bilang aku sedang salah paham, katakan ucapanku yang mana yang sudah membuat aku salah paham terhadap abang?"
Entah kenapa kali ini ucapan yang keluar dari mulut Alma sangat beracun tanpa ampun, dia tidak memberikan kesempatan pada Irsa untuk membuat argumen atau sekadar beralasan untuk membela diri, semuanya dipatahkan bahkan sampai hancur tak berbentuk.
"Abang tidak perlu khawatir aku akan mengadukan hal ini sama orangtua abang, aku persilakan abang sendiri yang menjelaskan, sesuai keinginan dan kebenaran yang abang yakini. "
Kali ini alma benar-benar pergi menuju kasir, Irsan diam termenung tidak berusaha mengejar lagi, karena akan menarik perhatian orang-orang yang saat ini sedang makan siang.
Saat sudah selesai membayar, tiba-tiba dia berpapasan dengan wanita yang disukai suaminya, sepertinya dia selesai dari toilet. Dengan ramah wanita berkerudung itu tersenyum dan menyapa Alma.
"Hai, kenalin aku Salma, maaf ya kakak sepupu kamu malah makan siang sama aku, kamu jadi makan sendiri. Akhir-Akhir ini kita terlibat projek bareng jadi kami sering menghabiskan waktu bersama, kapan-kapan kita bisa jalan bareng, kamu tinggal di Surabaya juga kan?."
Alma baru lagi mendapatkan kenyataan kalau di hadapan orang lain, Irsan mengatakan kalau Alma adalah saudaranya.
Alma menggeleng "Aku tinggal di Jakarta kebetulan sedang mampir, satu lagi Mbak saya bukan saudara sepupunya, saya hanya tetangga dekat rumahnya kebetulan rumah kita berdekatan hanya terhalang dua rumah saja." Alma bukan mengiyakan tapi malah mengatakan kenyataan sebenarnya sebelum mereka menikah.
"Oh gitu, katanya sepupuan."
"Mungkin karena kita kenal dari kecil jadi bang Irsan udah anggap kaya saudara sendiri atau biar mbaknya nggak salah paham aja kali. Mbak nggak usah khawatir dia sukanya cuma sama mbak doang, mangkanya dia bela-belain tinggal di sini lebih lama." Raut wajah wanita bernama salma itu sedikit terkejut, namun setelahnya dia pura-pura biasa saja.
"Maksud kamu apa, emang Irsan ada cerita soal aku?"
"Mbak tanya aja sama Mas Aji, dia teman kuliah mbak juga kan?Mbak itu katanya yang disukai bang irsan dari dulu, tapi dia nggak berani nyatain, sekarang mungkin dia udah ada keberanian, ditunggu aja mbak siapa tahu jodohnya." Alam mengatakan hal demikian seolah baik-baik saja padahal hatinya amat hancur, dia tidak bisa lagi terus berada di situasi saat ini, bernapas ditempat yang sama dengan laki-laki yang membuatnya sesak. Irsan benar-benar mengecewakan.
"Permisi ya mbak, saya izin duluan soalnya ada keperluan lain." Salma masih tertegun dengan kenyataannya baru ia ketahui, kenapa dirinya tidak menyadari kalau Irsan menaruh hati selama ini.
"Oh iya silakan."
Alma meninggalkan Restoran irsan dengan hati yang hancur, dia tidak mau memberikan kesempatan untuk pernikahannya lagi. Dia akan berhenti berharap dan berjuang untuk rumah yang tidak benar-benar ingin di isi oleh Irsan, dia bukan penyabar untuk menunggu irsan berubah dan menerima hubungan keduanya, bagi Alma ini sudah cukup .
Irsan masih duduk dengan kedua tangannya bertumpu pada meja menutup wajah dengan kedua tangannya. Sampai-sampai dia tidak menyadari kalau Alma sudah pergi, sementara Salma yang masih bingung pun menghampiri Irsan, ia berusaha untuk pura-pura tidak tahu kalau laki-laki dihadapannya menyukai dirinya.
"Mas irsan masih di sini, itu tetanggamu eh saudaramu sudah pergi. Balik ke meja kita aja, makanan mu masih belum habis. "
Irsan terkejut mendengar suara Salma yang menghampirinya, apalagi saat dia mendengar kalau Alma sudah pergi.
"Sejak kapan dia pergi?" Tanya Irsan bangkit dari duduknya seperti akan mengejar Alma.
"Belum lama, Mas kaya khawatir banget si, kaya sama istri aja. Eh tapi nggak mungkin tadi mbaknya bilang kalau kalian cuma tetangga dekat rumah, kenapa kamu ngakunya sepupu?"
Kali ini Irsan kesulitan memberi jawaban, Alma lebih dari dugaannya pikirnya dia akan mengatakan kebenaran mengenai hubungan pernikahan mereka, namun Alma malah mengatakan dia tetangganya status itu memang benar sebelum ijab qobul diucapkan. Apakah status itu akan kembali seperti dulu?
udh lh al mnding kmu bahagia ja sma pak RT,,, biasa nu dlu msih skrng jdi calon suami,, 😁