Apa jadinya jika ustadzah cantik nan sholihah sekelas Jasmine Qurattul Ain dijodohkan dengan CEO tampan yang memiliki karakter dingin sedingin kutub Utara? Dialah Keenandra Nareswara Kalandra, pengusaha sukses diusianya yang baru menginjak dua puluh tujuh tahun.
Apalagi Keduanya memiliki adab dan akhlak yang saling bertolak belakang. Jasmine dengan kelembutan dan ketegasannya. Sedangkan Keenandra dengan sikap arogan dan keangkuhannya yang sangat di luar batas wajar.
"Kamu bukanlah tipe wanita idamanku. Jadi, jangan berharap aku akan menyentuhmu selayaknya pasangan suami-istri! " ~ Keenandra Nareswara Kalandra
"Aku pun tidak sudi disentuh oleh lelaki yang tak beradab dan berakhlak sepertimu! aku bukanlah wanita bodoh dan lemah seperti yang kamu pikirkan!" ~ Jasmine Qurattul Ain
Bagaimana kelanjutan kisah Jasmine dan Keenandra? Akankah pernikahan keduanya bertahan lama saat orang ketiga turut andil mewarnai biduk pernikahan mereka? Yuk, simak ceritanya only di noveltoon. Terimakasih
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Alinatasya21, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 29. Pergi Tanpa Pamit
Jasmine merasa lelah. Dia pun menghempaskan tubuhnya di kasur. Berhadapan dengan Keenandra membuatnya merasa sesak.
"Lebih baik aku pulang sendiri ke rumah abah dan umma. Aku tidak perlu bergantung pada mas Keenan. Bukankah di matanya aku ini bukan apa-apa? Dia lebih memilih kekasihnya daripada istri sendiri."
Jasmine segera memesan taksi online. Dia tidak ingin diantar oleh sang suami ataupun dijemput oleh asisten Kyan. Gadis bercadar hitam itu bangkit dari kasurnya sembari mempersiapkan diri untuk pergi ke rumah orang tuanya.
"Aku harus pergi!" gumam Jasmine yang kini sudah rapi dengan jubah syar'i berwarna hitam berpadu dengan niqabnya.
Jasmine keluar diam-diam dari kamar saat Keenandra sedang berada di kamar yang lain. "Untung saja aku tidak satu kamar dengannya. Kalau tidak aku akan menjadi bulan-bulanannya. Dia selalu mempersempit ruang gerakku," gumam Jasmine dengan perasaan yang tak menentu.
Gadis cantik itu pergi tanpa pamit. Dia sengaja tidak memberitahukan Keenan jika ia akan pulang ke rumah orang tuanya menggunakan taksi. Dia bertekad tidak ingin bergantung pada sang suami.
"Alhamdulilah, aku bisa bernafas lega. Rasanya aku baru saja keluar dari kandang singa," gumam Jasmine sembari masuk ke dalam mobil taksi.
"Tujuannya kemana, Neng?'' tanya sopir taksi tersebut sambil melihat Jasmine dari kaca mobil.
"Kawasan mansion number one," ungkap Jasmine dengan menyandarkan kepalanya di kursi mobil.
"Baik, Neng."
Sopir taksi tersebut pun segera melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang. Suasana di dalam mobil pun mendadak sunyi. Tak ada hal yang dibicarakan. Jasmine hanya terdiam sembari mengusap ponsel yang baru dibelikan oleh Keenandra padanya.
"Dia memang suka berbuat semaunya. Lihatlah, aku harus membuat WhatsApp yâng baru. Kartu lamaku hilang entah ke mana? Begitu ponsel yâng dia lemparkan dari ketinggian. Aku lupa nomor Wa lamaku. Dia suka sekali merumitkan hidupku," oceh Jasmine di dalam hati.
Sejauh ini hanya ada nomor adiknya dan juga kedua orang tuanya juga nomor Keenadra. Sedangkan nomor yang lain tak ada lagi. Kearoganan sang suami membuat Jasmine merasa begitu tertekan.
"Katanya benci, katanya tidak suka! Tapi mengapa posesif luar biasa. Lihatlah, aku harus kehilangan nomor kontak semua teman-temanku."
Jasmine meringis di balik Cadar hitamnya. Dia pun sontak teringat dengan Cairo yang mungkin saat ini sedang mempertanyakan keberaadaannya.
"Maafkan aku mas Cairo. Sepulang kamu dari universitas Al Azhar nanti, aku akan mengatakan semua padamu jika aku terpaksa menikah dengan laki-laki pilihan abah."
Jasmine membuka akun medsos milik Cairo. Hatinya mendadak perih saat mengingat hubungan mereka yang tidak sampai di pelaminan.
"Maafkan aku, Mas." Jasmine menyesali kebodohannya. Tetapi, semua sudah terlanjur terjadi. Kini, dia sudah menjadi istri orang lain.
Sementara di ranah Mesir Cairo nampak termangu. Dia bingung sendiri mengapa Jasmine tak membalas isi pesannya.
"Jasmine kemana? mengapa tidak membalas isi pesanku? Apa mungkin dia sedang sibuk? Atau dia ganti nomor WhatsApp?" Cairo bertanya-tanya sembari melihat-lihat ada akun Jasmine yang bisa dihubungi.
"Alhamdulilah, Instagramnya masih aktif."
Cairo tersenyum. Dia berharap calon istrinya bisa menunggu kepulangannya dalam waktu enam bulan nanti.
"Assalamu'alaykum, Ukhti. Kaifa haluki ? Mengapa nomor ponselmu dan juga WhatsApp-mu sama sekali tak bisa dihubungi."Cairo mengirimkan pesan lewat pesan Instagram. Hatinya mendadak tak tenang saat kehilangan kabar dari Jasmine.
Dua insan itu memang jarang bertukar pesan kecuali hal mendesak saja. Atau memberitahukan sesuatu yang hendak diberitahu. Karena nomor ponsel dan WhatsApp Jasmine tidak aktif membuat Cairo merasakan ada yang tidak beres dengan calon istrinya.
"Subhanallah, Mas Cairo. Aku sampai lupa jika kami berteman di Instagram dan Facebook. Sementara akun milikku yang aku ingat password-nya hanya ini."
Jasmine berada dalam kebimbangan. Harus membalas isi pesan Cairo atau mengabaikannya.
"Ya Allah, berdosakah jika aku membalas isi pesan pria yang bukan suamiku. Benar, Aku begitu sangat mencintai Mas Cairo. Tapi, sekarang situasinya berbeda. Dia tidak tahu jika aku sudah menikah?"
Jasmine gamang dengan perasaannya sendiri. Antara tetap menjaga nama baik sebagai istri atau melawan takdir jika hatinya masih terpaut dengan Cairo.
"Mengapa Jasmine tetap mengabaikan isi pesanku? apa yang terjadi sebenarnya? Apakah dia menjaga jarak karena wanita dan laki-laki tidak boleh berselancar di media. Mungkin itu?" Cairo merenung sejenak di sela-sela jadwal istirahatnya kuliah.
Jika di Mesir pukul sebelas siang, maka di Indonesia masuk pukul tiga sore, perbedaan waktunya berkisar empat jam lebih cepat Indonesia daripada Mesir.
"Maafkan aku Mas Cairo. aku tidak bisa membalas isi pesanmu. Aku sudah menikah, tetapi aku belum bisa jujur padamu. Aku khawatir jika langsung mengatakannya kuliahmu pasti terganggu."
Jasmine menghapus aplikasi Facebook dan Instagram yang baru dia download ulang di ponsel baru. Dia merasa takut jika nantinya tersesat arah jika terus berhadapan dengan Cairo.
Hiks ... hiks ... hiks.
Jasmine terisak dari balik cadarnya. Merenungi takdir hidup yâng begitu menyesakkan dada.
"Ya Allah, nama yang kerap kali hamba sebutkan dalam do'a adalah Mas Cairo Naufal Khoir. Tapi mengapa aku berjodoh dengan pria urakan yang sama sekali tidak memahami perasaanku? Dia arogan dan kerap kali berbuat sesuka hati," batin Jasmine sembari mengusap air matanya yang menetes.
Sopir taksi melihat Jasmine di kaca spion. Dia tidak berani menyapa wanita bercadar hitam itu. Tetapi, sebagai insan yang sudah cukup memahami pahit manis kehidupan, pak sopir itu bisa mengetahui jika gadis itu sedang dalam keadaan rapuh.
"Sepuluh menit lagi insya Allah akan sampai di kawasan mansion number one, Neng." Pak pak sopir memberitahukan dengan hati-hati, karena penumpangnya sedang tidak baik-baik saja.
"Iya, Pak. Terimakasih." Jasmine menghirup nafas dalam-dalam dan menghembuskannya pelan sebelum berhadapan dengan abah dan ummanya.
"Bismillahi tawakaltu alallah, aku pasti bisa memberikan alasan yang akurat untuk kedua orang tuaku. Semoga mereka tidak berpikir yang tidak-tidak," batin Jasmine sembari menghembus nafas berat. Menikah dengan pria yang tidak dicintainya membuat Jasmine harus tangguh dan kuat dalam menghadapi segala kemungkinan yang terburuk.
Sementara, Kairo yang menunggu isi pesan Jasmine dibuat nelangsa saat mendapati akun Instagram dan Facebook calon bidadari sholihahnya itu tidak aktif.
''Semoga kamu baik-baik saja di sana, Ukhti. Mungkin kamu sedang menjaga hati. Maafkan aku karena terlalu mengharapkanmu , sehingga melalaikan perintah dari Rabb-ku agar menjaga hati, pikiran dan jiwa terhadap wanita yang bukan mahram. Aku percaya jika memang kita berjodoh, insya Allah akan bertemu di mahligai yâng indah."
Cairo meyakinkan dirinya agar tetap bersemangat walaupun tanpa kabar Jasmine di sisinya. Dia begitu yakin jika takdir Allah begitu indah untuk dijalani sebelum mendapatkan kebahagiaan yang hakiki.
"Ya Allah, jagalah dia saat penjagaanku tak mampu mengawasinya," batin Cairo dengan perasaan yang begitu besar terhadap Jasmine.
***
Di Apartemen Keenandra Nareswara Kalandra.
"Jasmine Qurattul Ain, kamu dimana? Jangan bilang jika kau pergi tanpa pamit padaku!" teriak Keenandra saat tidak melihat keberadaan sang istri di sudut ruangan manapun.
Prankkkk.
dan orang tua keenan dan Jasmine tau perlakuan kenann terhadap Jasmine sangat menyakiti Jasmine... seharusnya sebagai orang tua menanyakan keinginan anaknya bukan memaksa kan kehendak nya.. dan orang tua kenaan tidak berterus terang kepada abba dan umma tentang kenaann dan sekarang Jasmine yg harus menanggung kebencian dan kekesalan akibat kekecewaan dari perjodohan ini.