Hubungan Terlarang

Keduanya masih terpejam hingga pagi menyingsing. Dhea dan dion benar benar hanya berdua, dirman sudah sekolah. Dion sepertinya juga enggan meninggalkan dhea. Lagipula motornya tertinggal di sebuah rumah kosong, tidak di teras rumah dhea. Sehingga tidak ada yang curiga atas kehadiran dirinya.

Dion dengan pelan dan hati hati menyuapkan bubur dengan obat penurun demam serta mengompres dhea sampai demamnya turun.

Agak siang demam dhea turun.

"Dhea mas pulang dulu ya. Nati kabari kalau butuh apa apa"

"ehm mas mas janji kan ga ninggalin dhea. janji ya?"

"iya sayang. mas janji kita nikah"

"Makasih"

Dengan gelisah, dhea membiarkan dion pergi tanpa mengantarkan ke depan. Kembali lagi dirinya berbaring di kasurnya. Semua bayang bayang dion masih terngiang jelas di benaknya. Mau menyesal namun sudah ketiwasan. mau bagaimana lagi selain taubat.

*****

Keesokan harinya dhea gusar, rasanya ia ingin berkeluh kesah pada safitri soal hubungan nya dengan dion namun malu. Akhirnya ia hanya menutup mulutnya penuh malu.

Namun ia tetap menemui safitri sepulang kerja. Nampaknya safitri juga tengah bersantai sebab seharian ia hanya hadir satu mata kuliah. Ia bersandar di sebuah kursi tengah membaca novel di teras samping rumahnya.

"Saf boleh main kan ?"

"Boleh ayo masuk"

"Makasih. Kamu lagi apa tadi?"

"Baca novel saja. hari ini aku cuma hadir satu mata kuliah dan luang banyak waktu lumayan lagi senang baca novel. Kamu sendiri gimana kerjaan? Lancar?"

"Iya lancar. Tapi-"

"Tapi apa?"

"Sebentar lagi aku sama dion mau menikah. Kami sepakat tidak putus tapi mau menikah saf, doain ya"

"Iya lancar ya sampai hari H"

"Amin"

"Kamu beda banget hari ini dhea, kayak agak sayu gitu. Apa kamu lagi badmood ? Semalam kamu begadang ya? Atau kamu habis nangis?"

"Emang kelihatannya gimana?"

"Mata kamu hitam membulat penuh kayak sembab gitu. Kamu habis nangis?"

"Iya tapi biasa kok cuman nangis kangen nenek saja"

"Oh sabar ya semoga nenekmu tenang di sana"

Kok safitri peka ya kalau aku habis nangis. Peka banget dia. Batin dhea gusar.

"Dhea kamu menikah terus ikut ke solo ya?"

"Ga kayaknya saf, tapi gak tahu juga soalnya aku kan kerja di sini"

"Sabar ya semoga pernikahanmu laancar "

"Amin"

"Kamu gak jalan sama almahita saf? Dia kan suka kamu"

"Enggak dhea. aku ga mau pacaran dulu. aku sudah nyaman sendirian juga kok. Lagian capek juga sudah mikirin kuliah"

"Bagus banget niatmu tulus suci demi mencari ilmu"

"Oh ya dhea, kayaknya aku sudah bakal jarang di rumah soalnya aku mau mondok di pesantren. Maaf ya kalau bakal jarang nemenin kamu"

"Oh kamu mau mondok?"

"Iya, aku pengen saja belajar ilmu agama. Kan sebagai wanita kita harus punya banyak bekal buat pernikahan. Sebagai wanita kita kan madrasatul ula dan harus khairi lul mara. iya kan?"

"Senang ya bisa ngaji gitu. Aku belum bisa doain juga ya aku bisa ikut. Soalnya kan aku sudah fokus mau menikah"

"Iya amin"

"Saf-"

"Iya apa?"

"Menurutmu kalau wanita hubungan badan sama pria itu berarti prianya nafsu ya? "

"Iya pasti nafsu apalagi istrinya sendiri"

"Nafsu yang kayak gimana ya mendorong pria melakukan itu ya?" Dhea khawatir hanya dimanfaatkan dion makanya ia mulai gusar pada niat dion sebenarnya.

"Ya nafsu saf. emang kenapa?"

"Enggak takutnya aku kan ga terlalu semok takutnya dia gak nafsu. Aku pengen bagus bagusin badan saja"

"Ehh kamu tuh seksi dhea. Kamu gak perlu risau kalau masalah badan. Ini sudah seksi dan bagus kok. Nanti suamimu pasti tergila gila sama kamu"

"iya amin"

"Kayak aku perlu masker mata ya kan? Biar ga sembab"

"Iya mungkin pakailah biar nambah ayu ya "

"Iya hehe"