Kinara, seorang gadis berusia 24 tahun, baru saja kehilangan segalanya, rumah, keluarga, dan masa depan yang ia impikan. Diusir ibu tiri setelah ayahnya meninggal, Kinara terpaksa tinggal di panti asuhan sampai akhirnya ia harus pergi karena usia. Tanpa tempat tujuan dan tanpa keluarga, ia hanya berharap bisa menemukan kontrakan kecil untuk memulai hidup baru. Namun takdir memberinya kejutan paling tak terduga.
Di sebuah perumahan elit, Kinara tanpa sengaja menolong seorang bocah yang sedang dibully. Bocah itu menangis histeris, tiba-tiba memanggilnya “Mommy”, dan menuduhnya hendak membuangnya, hingga warga sekitar salah paham dan menekan Kinara untuk mengakui sang anak. Terpojok, Kinara terpaksa menyetujui permintaan bocah itu, Aska, putra satu-satunya dari seorang CEO muda ternama, Arman Pramudya.
Akankah, Kinara setuju dengan permainan Aksa menjadikannya ibu tiri atau Kinara akan menolak?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aisyah Alfatih, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 28
Kinara baru saja menutup pintu mobil ketika suara langkah cepat terdengar mendekat.
“Kinara…”
Wanita itu menoleh. Rayyan berdiri tak jauh darinya, senyum tipis terukir di wajahnya, tatapan itu lagi-lagi penuh rasa ingin tahu yang menjengkelkan. Seolah lima tahun berlalu tak pernah cukup untuk menghapus bayangan masa lalu.
Belum sempat Kinara bereaksi, Mimi yang berdiri di samping Rayyan sudah lebih dulu melangkah maju. Tatapan wanita itu tajam, penuh kebencian yang bahkan tak berusaha disembunyikan.
“Dasar perempuan murahan,” desis Mimi.
Tangannya terangkat cepat, berniat menampar Kinara. Namun refleks Kinara lebih cepat. Tangannya menangkap pergelangan Mimi di udara, mencengkeramnya kuat. Wajah Kinara mengeras, matanya menyipit dingin.
“Anjing mana yang tiba-tiba datang mau menggigit orang lain?” cibirnya tajam tanpa tedeng aling-aling.
Bu Hasna yang baru turun dari sisi lain mobil tersentak kaget, refleks hendak maju, namun langkahnya tertahan melihat ekspresi Kinara yang tak main-main.
“Lepasin!” Mimi menghentakkan tangannya, wajahnya memerah. “Kurang ajar! Kamu pikir sekarang kamu siapa, hah?!”
Kinara mendorong tangan Mimi menjauh dengan kasar. “Setidaknya aku tahu caranya berdiri tanpa menjilat orang lain untuk diakui.”
“Kinara!” Rayyan akhirnya maju, memisahkan tubuh Mimi dari Kinara. Satu tangannya menahan Mimi, sementara matanya tanpa sadar terkunci pada Kinara.
Tatapan itu membuat Kinara muak. Rayyan terdiam sejenak.
“Tenang, Mi,” ujar Rayyan pada Mimi, suaranya rendah. “Bukan tempatnya.”
Mimi menoleh tajam ke arah Rayyan. “Kamu bela dia?”
Rayyan tak menjawab. Tatapannya masih tertuju pada Kinara, seolah mencoba membaca hidup baru yang kini membungkus wanita itu.
Kinara menatap balik, datar dan dingin.
“Kalau sudah selesai drama paginya, minggir,” ucapnya singkat. “Aku tidak punya waktu untuk masa lalu yang gagal move on.”
Dia melangkah pergi, menggandeng lengan Bu Hasna yang sejak tadi terdiam.
Rayyan mengikuti langkah Kinara dengan pandangan yang semakin gelisah, sementara Mimi berdiri kaku, dadanya naik turun menahan amarah.
Tiba di dalam, Kinara mendorong troli dengan tenang, sesekali berhenti memilih kebutuhan rumah tangga sesuai catatan Bu Hasna. Wajahnya terlihat santai, seolah insiden di parkiran tadi tak meninggalkan bekas, meski hatinya masih terasa sedikit berat.
“Bu, yang ini bagaimana?” tanya Kinara sambil mengangkat satu kemasan.
Bu Hasna mengangguk. “Ambil saja, Nyonya.”
Kinara tersenyum kecil, lalu melangkah ke lorong berikutnya, namun langkahnya sempat terhenti.
Di ujung lorong, Rome berdiri bersama seorang wanita paruh baya berpenampilan anggun dan berwibawa. Sekali lihat saja, Kinara tahu itulah Yutika, ibu Rome.
Rome lebih dulu menyadari kehadirannya. Wajah pria itu langsung cerah.
“Kinara,” sapa Rome ramah, melangkah mendekat.
Kinara membalas dengan senyum sopan. “Tuan Rome.”
Belum sempat percakapan berlanjut, tangan Yutika tiba-tiba mencengkeram lengan Rome, menariknya mundur dengan ekspresi tak suka yang kentara.
“Rome,” ujar Yutika dingin, matanya menatap Kinara seolah melihat sesuatu yang kotor. “Menjauhlah darinya.”
Kinara menegang, dia sangat mengenal tatapan itu.
“Bu…” Rome menghela napas. “Tidak perlu seperti itu.”
“Perlu,” potong Yutika tegas. “Kamu lupa fitnah dan masalah yang mengikuti perempuan itu? Sejak ayahnya meninggal, hidupnya penuh kesialan. Dia diusir dari rumahnya sendiri. Kamu mau semua itu menempel ke hidupmu?”
Kata-kata itu seperti pisau lama yang kembali digoreskan. Bu Hasna menatap Kinara khawatir, tetapi Kinara hanya tersenyum tipis dan senyum yang lebih mirip tameng.
Rome menahan tangan ibunya. “Cukup, Bu. Lima tahun aku menjauh dari Kinara karena permintaan Ibu. Lima tahun dan sekarang biarkan aku menikmati hidupku sendiri.”
“Rome!” suara Yutika meninggi, tercampur panik dan marah. Namun Rome melepaskan pegangan ibunya, lalu melangkah mendekat ke arah Kinara.
“Maafkan sikap Ibuku, Kinara," ucapnya tulus. “Aku benar-benar minta maaf.”
Kinara menggeleng pelan. “Tidak apa-apa, Tuan Rome. Aku baik-baik saja.”
Dia melirik Yutika sekilas tanpa dendam, tanpa emosi dan hanya lelah.
“Aku permisi,” lanjut Kinara lembut. “Aku tidak ingin jadi alasan pertengkaran orang lain.”
Dia mendorong troli menjauh, langkahnya tenang, punggungnya tegak. Bu Hasna mengikuti di sampingnya, hati kecilnya miris melihat ketegaran wanita muda itu.
Rome menatap punggung Kinara lama, rahangnya mengeras. Di belakangnya, Yutika menghela napas kesal, sementara ketegangan menggantung di udara.
Tak jauh dari sana, di balik rak minuman, Mimi dan Rayyan menyaksikan semuanya. Mimi menyunggingkan senyum tipis, senyum yang penuh perhitungan.
“Menarik,” gumamnya. “Ibu Tuan Rome ternyata masih sangat membenci Kinara.”
Rayyan menatap ke arah Kinara yang menjauh, ekspresinya tak terbaca. Mimi menoleh padanya, matanya berkilat licik.
“Kalau Kinara sekarang kerja di perusahaan Tuan Rome,” lanjutnya pelan, “berarti … ada banyak cara membuat api kecil itu jadi kebakaran besar.”
Senyum Mimi melebar.
jangan dekat dekat mantan itu ibarat sampah.....masa iya kamu mau tercemar dengan aroma nya yang menjijikan....
Kini kalian telah menjadi satu...,, satu hati,, satu rasa dan satu pemikiran. Harus saling percaya dan jujur dgn pasangan,, karna ke depannya si Mak Lampir ibu kandungnya Aksa akan merongrong ketenangan,, kedamaian dan kebahagiaan keluarga kalian.
Waspada lah ....