Siapa yang tidak menginginkan harta berlimpah. Segala keinginan dapat diraih dengan mudah. Tak heran banyak orang berfoya-foya dengan harta.
Berbeda dengan keluarga Cherika. Mereka menggunakan hartanya untuk menolong sesama dan keluarga.
Tapi tidak disangka, karena harta lah Cherika kehilangan harta keluarganya. Orang tuanya menghilang sejak mendapatkan kecelakaan. Hanya Cherika yang selamat.
Cherika kemudian tinggal bersama saudara ibunya. Dan tanpa sengaja, Cherika mendengar penyebab tentang kecelakaan orang tuanya.
Kabar apakah itu?
Ikuti jalan ceritanya !
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yenny Een, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 28 Duka dan Bahagia
Susi dan Laudya menangis di depan jenazah Cakra. Susi kemudian kembali melihat keadaan tokonya yang sebagian terbakar. Dhika terlihat bersama petugas kepolisian di lokasi.
Susi menanyakan kepada petugas kepolisian penyebab terjadinya kebakaran. Ditemukan puntung rokok di antara karpet yang terbakar. Kebakaran itu murni kelalaian pemilik toko.
Susi meminta bantuan petugas polisi agar membantu menyelidiki kebakaran tokonya. Susi takut ada yang sengaja membakar tokonya.
"Apa Ibu mencurigai seseorang?" tanya petugas kepolisian.
"Mungkin saja Pak ada yang iri sama saya," jawab Susi.
Di saat itu, beberapa mantan karyawan Susi yang mendengar kebakaran di toko Susi langsung menuju toko Susi. Niat mereka untuk membantu karena mereka sempat beberapa tahun bekerja di sana. Mereka juga pernah menjadi bagian dari toko Susi.
Tapi, setiba mereka di sana, Susi malah menuduh mereka yang membakar tokonya. Tentu saja mereka semua membantahnya.
"Kalian senang kan melihat tokoku terbakar!" Teriak Susi.
"Tenang Bu, tolong ceritakan apa yang sebenarnya terjadi?" Petugas polisi mencari informasi.
Empat orang mantan karyawan Susi memberikan keterangan kepada petugas polisi, mereka baru beberapa hari yang lalu berhenti bekerja di toko Susi karena Susi tidak membayar gaji sebulan mereka.
"Iya, karena itu mereka dendam kepada saya. Tangkap mereka Pak polisi!" Tunjuk Susi.
"Sumpah Pak Polisi, kami tidak ada sedikit pun niat membalas dendam. Tidak seperti Bu Susi, dia ingin mencelakai teman kami. Buktinya ada dan viral di media sosial," sahut Ardi.
Petugas polisi memandangi Susi. Tubuh Susi sedikit bergetar dan wajahnya nampak kaget. Susi takut polisi akan menangkapnya. Susi langsung berbalik badan ketika mendengar suara sirine ambulans. Susi menarik tangan Dhika agar kembali ke mobil dan menyusul ambulans yang tengah melaju jauh di depan.
Dari seberang jalan, Nayyara mencoba mencari-cari informasi. Berita meninggalnya Cakra, Nayyara dapatkan dari salah seorang petugas pemadam kebakaran. Dan menurut informasi, Cakra akan dibawa pulang ke rumahnya.
Nayyara menatap mobil ambulans yang membawa jenazah Cakra. Disusul Dhika dengan mobilnya. Selamat jalan Om Cakra, Nayyara mengucapkan perpisahan dalam hati.
Nayyara masuk ke dalam mobil, meninggalkan lokasi kebakaran dan kembali ke kantor AZ. Di dalam ruangannya, Satria sudah menunggu. Satria menyampaikan kabar duka. Cakra telah meninggal dunia.
"Innalillahi wa inna ilaihi raji'un," ucap Nayyara.
"Apa kamu gak sedih?" Satria memandangi Nayyara.
"Air mata dan sedihku sudah habis beberapa tahun yang lalu Kak. Aku sudah lihat kondisi toko Tante Susi. Tokonya hanya terbakar sebagian tapi barang-barangnya habis terbakar. Akhirnya Tante Susi dan Laudya merasakan kehilangan toko dan orang yang mereka sayang."
"Iya, musibah tidak dapat diprediksi. Apa kita harus ke rumah duka?"
"Gak usah. Aku sudah memutuskan hubungan dengan mereka," ucap Nayyara.
Pintu ruangan Nayyara diketuk. Nayyara dan Satria menoleh ke arah pintu. Vian datang dan juga mengabarkan berita duka kepada Nayyara dan Satria. Sama seperti Nayyara bilang sebelumnya, Nayyara tidak akan hadir ke pemakaman Cakra.
"Satria, Sayang, kedatanganku ke sini juga ingin menyampaikan hal yang sangat penting. Orang tuaku ingin segera melamarmu. Mereka ingin segera melangsungkan pernikahan kita. Bagaimana menurut kalian?"
"Lebih cepat lebih baik, Nayyara apalagi yang kamu tunggu? Mereka sudah dua tahun menunggumu," Satria menaruh tangannya di pundak Nayyara.
"Semua sudah siap sayang. Besok juga bisa, tinggal menentukan tanggal pernikahan," kata Vian penuh semangat.
Nayyara diam memandangi Satria dan Vian secara bergantian. Apalagi yang Nayyara tunggu. Vian dan keluarganya sangat baik. Vian juga sampai sekarang menunjukkan ketulusan dan kesetiaannya.
"Baiklah, aku siap," jawab Nayyara.
Detik itu juga, Vian menyampaikan berita gembira itu kepada orang tuanya melalui telepon. Ternyata sebelumnya, Vian dan kedua orang tuanya sudah datang berkunjung ke rumah Zidan. Vian dan kedua orang tuanya disambut kakek Alby, Zidan, Wanda dan Dokter Erlandi.
Mereka menerima lamaran Vian. Mereka bahkan sudah menyusun rencana pernikahan. Keluarga Vian sendiri sudah menyiapkan mahar, seserahan, cincin dan rumah untuk Nayyara. Mereka hanya menunggu jawaban dari Nayyara.
Setelah mendapatkan kabar gembira dari Vian, kedua orang tua Vian dan keluarga besarnya langsung menyiapkan pesta pernikahan di hotel milik keluarga Vian.
"Sayang, ayo kita fitting baju pengantin, besok kita menikah," Vian bangkit dari tempat duduknya.
"Besok?" Nayyara dan Satria saling berpandangan.
"Iya, ayo," Vian menarik tangan Nayyara.
Vian meminta izin kepada Satria untuk membawa Nayyara. Vian sangat bahagia. Vian dua tahun yang lalu mengajak Nayyara menikah tapi Nayyara menolak dengan alasan kesehatannya. Vian bersabar menunggu. Dan sebentar lagi, mereka akan menjadi pasangan yang halal.
Vian membawa Nayyara ke butik milik mamanya. Di sana sudah ada baju pernikahan mereka berdua dan juga baju untuk resepsi.
"Kapan kamu menyiapkannya?" Nayyara terpaku di depan baju pernikahan.
"Kamu ingat gak waktu mama meminta kamu memilih gaun di mall?"
Nayyara mencoba mengingat-ingat dan dengan senyuman menganggukkan kepalanya.
"Nah, setelah dari mall, mama langsung memesan baju pernikahan berdasarkan ukuran gaun itu."
"Kok bisa pas ya? Padahal timbanganku naik lho," Nayyara berputar-putar di depan kaca mengenakan pakaian pernikahannya.
"Iya, ya kok bisa pas. Gimana? Apa gak sesuai selera kamu? Nanti biar mama bikin yang baru."
"Sudah cukup, sangat cocok, pas," Nayyara kemudian mengganti pakaiannya.
"Aku antar kamu pulang. Istirahat yang cukup ya sayang. Ingat esok hari pernikahan kita."
Vian meminta karyawan butik membungkus pakaian pernikahan Nayyara. Vian langsung menuju rumah Zidan. Vian hanya mengantar sampai depan pagar.
"Sampai ketemu di pelaminan," Vian mengecup kening Nayyara.
Vian melambaikan tangannya ke arah Nayyara. Nayyara tersenyum melihat tingkah Vian. Nayyara masuk ke dalam rumah. Kakek Alby, Zidan, Wanda terlihat sibuk.
"Lho, ada apa ini?" Nayyara memperhatikan keluarganya.
"Bukannya besok pesta pernikahan kalian? Kami juga harus siap-siap," kata Wanda.
"Kakek sudah menyebar undangan ke kota Safir. Akhirnya cucu Kakek menikah," Kakek Alby memeluk Nayyara.
"Apa gak dadakan Kek? Besok nikah, hari ini sebar undangan," Nayyara terlihat khawatir.
"Vian dan keluarganya sudah menyiapkan segala sesuatunya. Tempat resepsi sudah satu bulan yang lalu dipersiapkan. Undangan juga tinggal disebar. Kamu istirahat saja yang cukup untuk acara besok," ucap Zidan.
Ada sesuatu yang disembunyikan keluarga Nayyara dan Vian. Menurut informasi yang di dapat dari orang kepercayaan Zidan, Dhika menyelidiki keberadaan Cherika.
Setelah mendengar ada yang sengaja membakar Cherika, Dhika menyebar orang untuk mencari keberadaan Cherika hingga ke kota Safir. Semua rumah sakit diperiksa Dhika termasuk rumah sakit Zidan.
Bagaimanapun caranya Dhika ingin menemukan Cherika. Hidup atau mati. Karena itulah keluarga Nayyara dan Vian mempercepat pernikahan. Mereka takut Dhika akan menemukan Cherika dan merebut Cherika dari tangan Vian. Dhika masih mencintai Cherika.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...