Di tengah kekacauan ini, muncullah Black Division—bukan pahlawan, melainkan badai yang harus disaksikan dunia. Dipimpin oleh Adharma, si Hantu Tengkorak yang memegang prinsip 'hukum mati', tim ini adalah kumpulan anti-hero, anti-villain, dan mutan terbuang yang menolak dogma moral.
Ada Harlottica, si Dewi Pelacur berkulit kristal yang menggunakan traumanya dan daya tarik mematikan untuk menjerat pemangsa; Gunslingers, cyborg dengan senjata hidup yang menjalankan penebusan dosa berdarah; The Chemist, yang mengubah dendam menjadi racun mematikan; Symphony Reaper, konduktor yang meracik keadilan dari dentuman sonik yang menghancurkan jiwa; dan Torque Queen, ratu montir yang mengubah rongsokan menjadi mesin kematian massal.
Misi mereka sederhana: menghancurkan sistem.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Saepudin Nurahim, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Formula Vs Prajurit Perang
"Dia memancing kita, Darma," desis Tika, kristal di lengannya menyala lebih terang dari sebelumnya. "Dia mau kita datang."
"Kalau begitu, Tika," balas Adharma, cerulitnya diacungkan. "Kita masuk ke dalam perangkap itu—"
Tiba-tiba, Kaiser bergerak. Kecepatannya mematahkan semua ekspektasi. Ia tidak melesat ke arah Adharma. Ia justru memanfaatkan kekeliruan perhitungan Tika. Target utamanya terungkap: The Chemist dan Symphony Reaper, dua aset yang paling rapuh dalam pertarungan fisik.
Bukan perangkap untuk petarung, tapi untuk strategis.
"Sial! Tika, kau salah!" raung Adharma, saat Kaiser melompat melewati mereka, meninggalkan angin kencang yang membawa debu. "Dia mengincar titik paling lemah!"
Saat itulah serangan datang dari segala arah. Dua puluh pasukan GATRA yang sempat lumpuh oleh frekuensi Nadira kini reboot total, mata visor mereka berkedip hijau, dan mereka menyerbu posisi Adharma dan Tika. Pasukan ini bergerak dalam formasi half-circle, tujuannya bukan menahan, tapi mengisolasi.
"Dua puluh orang! Armor Kaliber-5! Mereka mengepung!" teriak Melly (Torque Queen) dari posisi tebingnya. Jaraknya terlalu jauh untuk tembakan efektif.
"Gunslingers, kita harus cover mereka!" seru Melly.
"Tidak, Melly. Dengarkan aku," balas Gunslingers (Edy), suaranya dingin dan ditekan. "Itu adalah pengorbanan yang disengaja. Puja tahu. Adharma tahu. Tugas kita bukan menyelamatkan, tapi menyelesaikan misi. Jika kita gagal, semua akan mati sia-sia. Lupakan Kaiser sejenak. Fokus pada kontainer!"
Di tengah kekacauan itu, Adharma dan Harlottica sudah terjebak dalam pusaran tembakan.
"Fokus, Tika!" teriak Adharma, meliuk menghindari rentetan peluru. Ia memutar cerulitnya, memotong wire komunikasi salah satu boneka GATRA, membuatnya lumpuh. Gerakannya cepat, efektif, dan penuh amarah.
"Aku tahu, Darma, aku tahu!" Tika balas berteriak. Energi sensualnya kini memanifestasi dalam perisai kristal merah muda yang mengelilingi dirinya. Setiap pukulan yang ia lepaskan meledak dengan daya hancur yang mampu meretakkan pelat baja, tapi ia sendirian, dikelilingi oleh dua puluh musuh.
"Mereka terlalu banyak! Aku hanya bisa bertahan!" seru Tika, tinjunya menghantam perisai GATRA, tapi hanya mampu melumpuhkan dua boneka sebelum yang lain menembaki titik butanya. Adharma harus bergerak cepat, membunuh tiga boneka lain hanya untuk membeli waktu bagi Tika agar bisa bernapas.
Sementara Adharma dan Harlottica berjuang dalam neraka jarak dekat, Kaiser Jatindra sudah mencapai The Chemist dan Symphony Reaper.
Yama dan Nadira tahu persis apa yang akan terjadi. Mereka adalah kecerdasan, bukan otot.
"Aku butuh waktu 10 detik, Yama! Aku bisa membuat gelombang sonic yang merusak sistem internalnya!" teriak Nadira, jari-jarinya menari di atas portable keyboard, mencoba menyusun chord yang tepat. Wajahnya pucat, keringat dingin membanjiri pelipisnya. Ini bukan pertarungan harmonis; ini adalah pertarungan untuk bertahan hidup, yang paling ia benci.
"10 detik adalah selamanya, Nadira!" balas Yama, yang buru-buru mengeluarkan pistol acid modifikasinya. Ia menembakkan cairan pelarut asam keras ke arah kaki Kaiser, berharap bisa melumpuhkan persendian armor itu.
Cairan asam itu menghantam boot Kaiser dengan asap tebal dan mendesis.
Kaiser hanya berhenti sebentar, matanya yang oranye meredup seolah sedang menganalisis kerusakan. Ia mengabaikan rasa sakit dan panas yang disebabkan oleh asam Yama. Armor Kaiser dirancang untuk menahan serangan kimia level tinggi.
"Kesalahan perhitungan, Profesor," suara Kaiser bergema dari helmnya. Suara itu kini lebih dekat, lebih mengancam. "Formula Anda 99% murni, tapi lapisan polymer saya adalah anti-kimia 99,9%. Anda hanya membuang waktu."
Kaiser melangkah maju, lalu melesat.
Nadira tidak punya waktu untuk menyelesaikan chord terakhirnya. Ia hanya sempat memukul senar biolanya dengan kasar, melepaskan sonic blast yang liar dan tidak terstruktur. Gelombang kejut itu menghantam dada Kaiser.
BAM!
Kaiser terhuyung sedikit, tetapi segera kembali tegak. Kekuatan sonic Nadira, yang biasanya bisa membuat tulang retak, kini hanya memberinya waktu satu detik.
"Anda menghancurkan jiwa, Nona," ujar Kaiser, suaranya mengandung sedikit ejekan. "Saya hanya menghancurkan instrumen."
Kaiser mengayunkan pisau tempurnya yang besar. Gerakannya begitu cepat sehingga Nadira hanya melihat kilatan baja sebelum biola neuro-link-nya—satu-satunya senjatanya—terpotong menjadi dua. Papan nada kayu dan kabel optik berserakan di tanah.
Nadira terkesiap, rasa sakit emosional akibat kehilangan senjatanya lebih parah dari rasa sakit fisik.
Yama, melihat rekan timnya dilumpuhkan, tahu ia harus melakukan sesuatu yang drastis. Ia mengeluarkan dua tabung reaksi penuh nitro-gliserin cair. "Kau ingin Seni Kimia, Kaiser? Aku akan memberikannya!"
Yama melemparkan kedua tabung itu langsung ke dada Kaiser.
DUAK!
Tabung itu pecah, namun nitro-gliserin yang seharusnya meledak hebat di udara hanya menempel pada armor Kaiser. Armor Kaiser, selain anti-kimia, juga dilengkapi dengan sistem shock-absorption yang menetralkan energi kinetik awal.
"Ledakan itu tidak akan mencapai inti saya, Profesor," kata Kaiser, kini berada tepat di depan Yama. Ia meraih kerah Yama dengan cengkeraman baja.
"Tidak... tidak mungkin!" Yama berbisik, rasa frustrasi dan keputusasaan terlihat jelas di matanya. Formula yang seharusnya sempurna, gagal total.
Di tebing, Gunslingers melihat semuanya melalui thermal scope-nya. Ia melihat api kemarahan Adharma dan pertahanan Tika yang mulai goyah, dan yang paling parah, ia melihat Yama dicengkeram dan biola Nadira hancur.
"Mereka sudah kalah, Melly," desis Edy. "Kaiser terlalu cepat. Dia tidak bisa diatasi tanpa GearSpine atau Full-armor. Kita tidak bisa membiarkan Yama dan Nadira mati!"
Torque Queen (Melly) mengawasi pergerakan kontainer lapis baja itu. Kontainer itu tetap diam di jalan. Melly tahu, kargo itu adalah umpan, tapi juga kunci.
"Kontainer adalah leverage kita, Edy! Jika kita selamatkan mereka sekarang, kita membuang misi dan Puja akan mengaktifkan Torque Cuffs!" teriak Melly, mencoba mengaktifkan drone terberatnya. "Keputusan ada di tanganmu, Edy. Misi atau nyawa dua orang jenius yang rapuh?"
Gunslingers merasakan tekanan tak hanya dari medan perang, tetapi juga dari GearSpine yang berdenyut di punggungnya, memberinya kekuatan, tetapi juga mengikatnya pada keharusan menyelesaikan tugas.
"Dua orang jenius yang rapuh itu yang akan memberi kita kemenangan di masa depan, Melly!" kata Edy, nadanya kini dingin, strategis, dan mematikan. "Rencananya berubah. Kita harus mengambil kontainer itu dengan paksa. Kita buat kekacauan yang memaksa Kaiser mundur."
Edy mengaktifkan sistem Sniper-Arm di lengan kanannya, mengubah lengan mekaniknya menjadi laras senapan anti-material yang besar. "Aku akan memberi tembakan cover kepada Darma dan Tika. Kau siapkan Heavy Drone untuk menarik kontainer itu. Kita bawa kontainer itu ke udara!"
"Kau gila, Edy! Kontainer itu beratnya puluhan ton!" teriak Melly.
"Gunakan Jet Pack kita sebagai dorongan ekstra! Lakukan sekarang, Melly!"
Di bawah, Adharma baru saja melumpuhkan pasukan GATRA ke-sepuluh dengan satu ayunan cerulit yang mematikan, tetapi tubuhnya sudah penuh luka sayatan. Tika, yang telah kelelahan karena mempertahankan perisai kristalnya, kini harus bertarung dalam jarak dekat, setiap pukulan kristalnya terasa berat.
"Aku lelah, Darma! Aku tidak bisa menahan mereka lagi!" seru Tika, wajahnya sudah babak belur, kristal di lengannya mulai retak.
Adharma melihat kengerian itu, lalu ia melihat Kaiser Jatindra yang mengangkat Yama di udara, seperti boneka kain yang tak berdaya. Yama meronta, ekspresinya dipenuhi frustrasi karena kegagalan ilmiahnya.
Kaiser menoleh ke arah Nadira yang terguncang di tanah, biolanya hancur. Ia mengayunkan pisau tempurnya, mengarahkannya ke jantung Yama.
"Operasi selesai," ujar Kaiser. "Prajurit GATRA tidak meninggalkan saksi."
Adharma berteriak, amarah murni yang tak tertahan meledak dari dadanya. Ia meninggalkan Tika dan sisa 10 pasukan GATRA yang tersisa, ia berlari seperti singa gila ke arah Kaiser.
Pada saat yang sama, tembakan Gunslingers meledak dari tebing. DUAARRR! Tembakan anti-material itu menghantam tepat di kepala Kaiser. Armornya tidak hancur, tetapi Kaisar terhuyung, cengkeramannya pada Yama melonggar.
Yama jatuh ke tanah, terbatuk-batuk. Nadira, meski gemetar, segera menyeret Yama menjauh.
Kaiser, yang kini marah karena interupsi, menoleh ke arah tebing Edy. Ia mengabaikan Adharma yang berlari mendekat.
Namun, fokusnya hanya sesaat. Melly telah memasang heavy chain dari Heavy Drone dan Jet Pack mereka ke badan kontainer.
"TARIK!" teriak Melly.
Dengan suara raungan mesin Jet Pack dan dengungan GearSpine Edy, kontainer senjata Rhausfeld yang masif itu terangkat perlahan, menciptakan kekacauan logistik yang diharapkan Edy.
Kaiser menyadari kekalahan strategis. Kargo itu terangkat.
Ia tidak punya waktu untuk membunuh Yama atau Nadira. Ia harus mengejar kargo.
Tapi sebelum ia meluncur ke atas, Kaiser melepaskan tendangan yang sangat cepat dan kuat ke arah Yama dan Nadira yang masih terkapar.
CRASH!
Tendangan itu menghantam Nadira tepat di dada dan Yama di rusuk. Mereka berdua terlempar belasan meter, menabrak bongkahan batu dengan benturan yang mematikan. Punggung Yama mengeluarkan darah pekat.
"Tugas selesai," suara Kaiser bergema sekali lagi. Ia meluncur ke udara, mengejar kontainer yang perlahan diangkat oleh Edy dan Melly.
Adharma berhenti berlari. Ia melihat Yama dan Nadira terkapar tak berdaya, darah menyebar di pasir gurun. Ia melihat Tika, yang kini kelelahan, harus kembali menghadapi 10 pasukan GATRA yang tersisa. Ia melihat Gunslingers dan Melly berhasil mencuri kargo, tetapi mengorbankan dua rekan mereka.
Adharma tahu: mereka menang secara objektif, tapi kalah secara telak dalam menjaga rekan.
Ia segera berlari ke arah Yama dan Nadira. Darah Yama dan rasa sakit Nadira terasa dingin di bawah sentuhan tangannya.
"Edy! Misi berhasil, tapi Yama dan Nadira... mereka lumpuh. Kita butuh evakuasi sekarang!" teriak Adharma, frustrasi dan amarah membakar tenggorokannya. Ia tahu, jika mereka tidak segera dievakuasi, Kaiser atau pasukan GATRA yang tersisa akan menghabisi mereka.
Di tengah gurun yang gelap, The Chemist dan Symphony Reaper, dua otak jenius Black Division, kini terkapar tak berdaya, dikalahkan oleh kekuatan brutal MIA yang tak terduga.
Bersambung....