Julia Hart, seorang wanita 28 tahun terpaksa bekerja menjadi penyanyi di sebuah klub malam. Demi menghidupi ibunya yang sakit - sakitan. Serta harus menyekolahkan dua orang adiknya yang masih sekolah.
Setidaknya semua berjalan normal. Julia berusaha menjalani harinya dengan baik. Ia juga mengabaikan tatapan sinis penuh penilaian buruk, dari setiap orang yang menghujat pekerjaannya sebagai penyanyi klub malam.
Tapi kehadiran seorang lelaki berwajah malaikat nan polos, berhasil memasuki hidupnya. Namun sayang, Julia tertipu oleh lelaki yang ternyata seorang playboy dan suka mempermainkan hati wanita.
Mampukah Julia mempertahankan cintanya untuk lelaki itu?
Apakah lelaki itu memiliki perasaan yang sama, atau hanya ingin mempermainkan dan mencampakkannya seperti wanita murahan?
Ataukah memang takdir akan berpihak pada Julia dengan mendapatkan kebahagiaannya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Elis Hasibuan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Matt dan Xander
"Julia akan berangkat malam ini bersama Sera." Xander menatap temannya yang berada tepat di hadapannya itu.
"Jadi pastikan jika anak buahmu akan menjaga Julia selama berada disana hingga ia kembali ke kota ini lagi." Xander juga memperingatkan.
"Tidak perlu bereaksi terlalu besar seperti itu Xander." Matt menjawab dengan santai.
"Julia adalah wanita baik - baik Matt. Jangan menganggapnya sama dengan wanita yang selama ini menghiasi hidupmu." Sedikit tajam, tapi Xander merasa perlu menegaskan ini kembali pada temannya itu.
Xander sedang sibuk meninjau beberapa berkas sejak tadi. Namun ia harus menemui Matt yang mendatanginya ke klub ini.
Alhasil mereka duduk berhadapan di sofa yang di sediakan di ruangannya.
"Aku mengerti Xander. Tapi aku ingin memastikan jika kamu tidak membuka mulut soal ini bukan?" Matt melirik Xander cukup tajam.
"Julia sama sekali tidak tahu. Jika acara ini di adakan olehmu. Ia bahkan tidak tahu jika orang yang akan membayarnya semahal itu adalah kamu." Xander berdecak.
"Bagus." Matte mengangguk puas.
"Tapi bukan berarti kamu bisa mempermainkannya Matt. Aku akan memantau Julia selama berada di sana." Xander tidak mau kalah.
"Aku tidak akan melakukan itu!" Matt dengan cepat membantah.
"Begitu aku tahu ia sepolos itu. Aku tidak tertarik dengannya lagi. Wanita yang polos sangat membosankan Xander. Dan aku jelas tidak akan melakukan sesuatu yang membosankan." Matt tersenyum smirk melihat Xander yang tidak percaya akan ucapannya.
"Aku hanya merasa sedikit bersalah padanya. Pertemuan terakhir kami pasti membuatnya sedikit sedih. Karena itu aku ingin menebusnya dengan memberikan kesempatan ini padanya." Matt menjelaskan.
"Ia bisa tampil menggantikan penyanyi yang semula aku kontrak. Dan ia mendapatkan bayaran yang besar. Itu akan mengobati sedikit rasa bersalahku." Matt memilih jujur.
Pekerjaan yang akan di lakukan oleh Julia, adalah perbuatan Matt. Perusahaannya menggalang dana untuk anak - anak panti dan anak yatim. Memberikan bantuan dengan mengundang beberapa relasi perusahaan Burmann.
Matt sebenarnya telah memilih seorang penyanyi terkenal tanah air untuk mengisi acara itu. Tapi bintang utama untuk acara itu, ia berikan pada Julia melalui Xander.
Itu semua karena sikapnya yang buruk saat terakhir kali bertemu Julia. Ia gelisah mengingat wajah sedih Julia saat itu. Dan ia berharap dengan memberikan kesempatan ini pada Julia, bisa mengobati rasa bersalahnya.
Matt meminta Julia untuk pekerjaan ini. Dengan catatan Xander tidak akan mengatakan jika ini semua dari Matt.
Matt ragu Julia akan menerima pekerjaan ini, jika ia tahu Matt yang memberikannya. Karena itu Matt memilih sembunyi sebagai pemilik acara.
"Sejak kapan kamu memikirkan perasaan para wanita yang kamu sakiti Matt?" Xander tersenyum sinis mendengar kalimat Matt.
"Bukankah biasanya kamu hanya akan berlalu dan tidak mempedulikan para wanita itu?"
Xander mengenal betul watak Matt. Mengganti wanitanya semudah mengganti pakaian bagi seorang Matthew Burmann. Ia adalah pemain wanita sejati.
Tidak terhitung berapa banyak wanita yang ia buang setelah merasa bosan. Sifat yang bahkan tidak ada pada Xander dan juga Theo.
Matt tidak betah dengan satu wanita. Terlebih jika wanita itu mulai meminta perhatiannya. Matt akan langsung meninggalkannya, jika ada wanita yang mulai menuntut perhatiannya.
Matt tidak suka terlibat perasaan emosional dengan seorang wanita. Dan tentu saja ini membuat Xander sangat penasaran.
Seorang Matt merasa bersalah pada Julia?
Bukankah itu suatu keajaiban besar?
"Kamu hanya perlu melakukan bagianmu Xander. Tidak perlu sibuk mengorek apapun dariku." Matt melirik Xander tajam. Tidak suka melihat Xander yang menyorotnya penuh selidik.
"Hahahaha."
Xander tertawa puas melihat Matt yang risih oleh sikapnya.
"Ingat! Kamu harus tutup mulut soal ini." Matt kembali menegaskan.
"Baiklah." Xander akhirnya mengangguk.
Ia juga tidak memiliki niat untuk memberitahu Julia soal ini. Mengingat Matt yang berkata jika ia merasa bersalah atas pertemuan terakhir mereka.
Xander yakin ada kejadian yang tidak baik di antara keduanya. Dan ia tidak mau Julia tahu jika ia membantu Matt, untuk memberikan pekerjaan ini pada Julia.
"Apa kamu akan langsung berangkat ke kota itu malam ini?" Xander bertanya saat melihat Matt berdiri dari duduknya.
"Iya. Aku akan langsung berangkat malam ini juga. 4 orang anak buahku akan mengawal perjalanan Julia malam ini. Mengingat ia tidak peenah ke kota itu sebelumnya." Matt menjawab sekaligus menjelaskan pada Xander.
Ia sudah tahu semua dari Xander, jika ini akan menjadi perjalanan pertama Julia ke kotanya. Dan ia tidak ingin terjadi hal buruk pada wanita itu. Mengingat Xander sangat melindunginya selama ini.
Xander membuka mulut hendak berbicara kembali. Namun perhatiannya teralihkan pada ponselnya yang berbunyi.
'Tring...... Tring...... Tring."
Xander meraih ponselnya. Mengerutkan kening melihat panggilan dari sekretarisnya di klub ini.
"Ada apa?" Xander langsung bertanya.
"Pak. Ada seorang wanita muda yang mengaku adik Julia, datang ke klub ini. Ia meminta bertemu dengan anda. Dan saat ini ia berada di depan pintu masuk klub. Para penjaga pintu melarangnya masuk ke dalam." Sekretaris itu memberitahu.
"Adik Julia datang ke klub?!" Xander langsung berdiri dari duduknya. Wajahnya sedikit menegang mendengar info itu.
Itu semua tidak luput dari perhatian Matt. Xander terlihat gelisah dan panik.
Adik Julia?
Matt sesikit penasaran dengan adik Julia yang ia dengar dari mulut Xander. Julia sang penyanyi klub ini bukan?
"Antarkan ia ke ruanganku langsung. Jaga ia! Jangan sampai ada orang yang mengganggunya!" Xander memperingatkan dengan tegas.
"Damn it!"
Xander mengumpat dan menyugar rambutnya. Mematikan panggilan itu. Ia berdehem saat melihat Matt masih memperhatikannya.
"Kenapa kmau telrihat gelisah seperti itu? Kamu punya hubungan spesial ya dengan Julia? Hingga kedatangan adiknya ke klub ini membuatmu panik seperti itu?!" Matt mencoba menebak perasaan Xander.
"Bukan seperti itu Matt!" Xander membantah cepat.
"Adik Julia baru tamat SMA. Seorang gadis! Bukan hal baik jika ia datang ke klub! Julia paati tidak tahu soal ini." Xander menjelaskan dan yakin dengan firasatnya.
Tidak mungkin Julia mengijinkan adiknya menginjak klub ini. Ia sangat protektif pada kedua adiknya itu.
"Sepertinya ada sesuatu yang mau ia bicarakan." Xander bergumam perlahan.
"Apa aku harus pergi dari sini sekarang?" Matt bertanya penasaran.
Ia sebenarnya juga ingin tahu apa yang membuat adik Julia datang ke klub ini. Dan meminta bertemu Xander.
Mereka sekeluarga seolah memiliki hubungan spesial dengan Xander. Matt semakin yakin dengan feelingnya. Terlihat dari reaksi Xander yang begitu panik dan gelisah.
'Tok!'
'Tok!'
'Tok!'
Ketukan di pintunya membuat perhatian Xander teralihkan. Ia berseru dan menyuruh seseorang itu masuk.
"Masuk!"
Seruan itu diiringi pintu yang terbuka perlahan. Sekretaris Xander mempersilahkan seorang gadis muda memasuki ruangan itu.
Seorang gadis yang mengenakan celana jeans yang lumayan longgar. Dengan croptop yang pas membalut perutnya.
Yang membuat Xander tersentak adalah tatapan tajam yang di layangkan gadis muda itu untuknya dan juga Matt.
"Selamat sore." Suara tegas dan feminim itu menyapa kedua lelaki berusia 30 tahun lebih itu.
Gadis ini masih terlalu kecil menurut mereka. Namun ia memiliki keberanian dengan mendatangi klub ini. Khusus bertemu Xander, pemilik klub.
"Pak Xander?" Jena melirik kedua lelaki itu bergantian, penuh tanya.
"Saya." Xander menjawab perlahan.
Seketika aura permusuhan terasa pekat mengelilingi gadis itu. Dan tentu saja itu membuat Matt dan Xander semakin kebingungan.
Keduanya saling lirik. Menunggu wanita itu menyemburkan api lahar permusuhannya.
...................
jadi strong woman Thor