NovelToon NovelToon
From Hell To Absolute

From Hell To Absolute

Status: sedang berlangsung
Genre:Crazy Rich/Konglomerat / Epik Petualangan / Perperangan
Popularitas:3.9k
Nilai: 5
Nama Author: Radapedaxa

Ia dulu adalah Hunter Rank-S terkuat Korea, pemimpin guild legendaris yang menaklukkan raid paling berbahaya, Ter Chaos. Mereka berhasil membantai seluruh Demon Lord, tapi gate keluar tak pernah muncul—ditutup oleh pengkhianatan dari luar.

Terkurung di neraka asing ribuan tahun, satu per satu rekannya gugur. Kini, hanya dia yang kembali… membawa kekuatan yang lahir dari kegelapan dan cahaya.

Dunia mengira ia sudah mati. Namun kembalinya Sang Hunter hanya berarti satu hal: bangkitnya kekuatan absolut.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Radapedaxa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 28

Udara di dalam ruangan terasa seperti beku.

Leonard duduk kaku di kursinya, napasnya berat. Meski keringat dingin masih membasahi pelipisnya, dia memaksa dirinya untuk terlihat berwibawa.

Dia berdeham keras, mencoba meruntuhkan rasa takut yang sempat menguasai dirinya beberapa menit lalu.

“Hmph,” Leonard menggeram pelan.

“Aku… hanya terlalu lelah. Stres karena kurang tidur. Itu tadi hanyalah… kebetulan semata.”

Matanya menatap Jinwoo, mencoba menenangkan dirinya sendiri.

“Jinwoo, ada sesuatu yang harus aku tanyakan padamu.”

Jinwoo, yang sejak tadi duduk santai dengan ekspresi datar, hanya menggerakkan dagunya sedikit.

“Katakan.”

Leonard bersandar di kursinya, mencoba berbicara dengan nada penuh kuasa.

“Beberapa hari yang lalu, anak laki-lakiku diganggu… dan dipermalukan oleh seorang gelandangan.”

Nada suaranya mengeras penuh amarah.

“Kehormatan keluarga Leonard tidak boleh jatuh. Aku harus membalas dan mencari tahu siapa orang itu.”

Mata Jinwoo sedikit menyipit, kemudian ia berbicara pelan, namun setiap kata seperti pisau yang menusuk.

“Dan karena itu,” ucap Jinwoo, “kau melukai orang-orang yang tidak bersalah… dengan mengirim anjing-anjing pemburu untuk mengejar mereka?”

Suasana ruangan langsung membeku.

Alex yang berjaga di sudut ruangan tanpa sadar menahan napas. Kata-kata Jinwoo terdengar seperti penghinaan langsung ke wajah Leonard.

Leonard terdiam sesaat, lalu tertawa pendek penuh sinis.

“Bukan begitu.”

Dia memandang Jinwoo dengan tatapan tajam.

“Kau seharusnya tahu cara kerja dunia ini. Yang lemah hanya ada untuk diinjak-injak oleh yang kuat.”

Mata Jinwoo perlahan berubah dingin.

“Lalu?”

Suaranya datar, namun mengandung ancaman.

“Kau ingin mengatakan… orang lemah selalu bersalah, begitu?”

Dia bersandar ke kursinya, menyilangkan tangan.

“Aku selalu berpikir orang kuat memiliki otak yang cemerlang.”

Senyum tipis muncul di sudut bibirnya.

“Tapi kejadian ini membuka mataku. Rupanya, kalian tidak punya otak sama sekali.”

Ucapan itu membuat udara di ruangan terasa berat.

Leonard tak mampu berkata-kata, wajahnya memerah antara marah dan malu.

Alexander menggertakkan giginya, hendak berbicara, tetapi pintu ruangan terbuka keras.

BRAK!

“Ayah!”

Semua kepala menoleh. Seorang pemuda dengan rambut pirang yang tertata rapi masuk dengan langkah cepat.

Wajahnya tampan, namun penuh amarah dan keangkuhan.

Dialah Kevin, anak tunggal Leonard.

“Kevin,” Leonard berseru kesal. “Apakah kau tidak bisa mengetuk dulu sebelum masuk?”

“Aku sudah lelah menunggu, Ayah!” bentak Kevin.

“Aku sudah cukup dipermalukan oleh bajingan itu! Aku dengar kau membawa seseorang yang bisa memberikan informasi tentang dia.”

Suasana mendadak tegang.

Kevin berjalan maju, lalu berhenti ketika matanya menangkap sosok Jinwoo yang duduk santai di kursi.

Alisnya berkerut dalam-dalam.

“Kenapa…” gumamnya pelan.

“Wajah orang ini terasa… familiar?”

Leonard berdiri, mencoba menghalangi Kevin.

“Tuan Kevin, jangan bertindak gegabah—”

Namun Kevin mengabaikannya. Dengan penuh amarah, dia melangkah cepat ke arah Jinwoo dan menghentakkan kakinya ke atas meja di depan pria itu.

Meja besar itu berguncang keras.

“Woi, orang udik!” teriak Kevin, nadanya penuh penghinaan.

“Cepat berikan informasi yang kau tahu, kalau tidak ingin mendapatkan masalah!”

Jinwoo menatapnya datar.

Tatapan itu sama sekali tidak menunjukkan rasa takut, justru membuat Kevin semakin tersulut emosi.

Alexander maju setengah langkah, hendak menghentikan Kevin.

“Kevin, tunggu! Jangan—”

Namun Leonard mengangkat tangan, menghentikannya.

“Biar saja,” katanya dingin. “Anakku berhak melampiaskan kemarahannya.”

“Kalau begitu,” Kevin menggeram,

“jangan salahkan aku kalau kasar.”

Dalam sekejap, Kevin mengaktifkan inventory-nya.

Flash!

Sebuah pedang perak dengan ukiran naga muncul di tangannya, auranya memancarkan kekuatan Rank A.

Dengan gerakan cepat, dia menempelkan mata pedang itu di leher Jinwoo.

Semua orang di ruangan, termasuk Leonard dan Alexander, terkejut.

“KEVIN!” seru Leonard, berdiri dengan panik.

Namun Kevin hanya tersenyum miring, penuh kesombongan.

“Aku sedang bertanya, bajingan.”

Suaranya tajam seperti belati.

“Cepat jawab! Jangan sok jadi pahlawan di hadapanku!”

Jinwoo hanya menatap Kevin dengan mata dingin.

Lalu… senyum tipis muncul di sudut bibirnya.

“Sepertinya aku benar,” katanya pelan, hampir seperti gumaman.

“Seharusnya waktu itu… kubunuh saja kau.”

Kata-kata itu menghantam Kevin seperti palu.

Dia tertegun, tidak memahami maksud Jinwoo.

Leonard dan Alexander juga saling berpandangan, tak percaya dengan apa yang mereka dengar.

“Apa… apa maksudmu?” Kevin bergetar.

Namun Jinwoo hanya mengangkat kepalanya, dan tatapannya berubah menjadi seperti pisau yang menembus jiwa.

Mata itu… dingin.

Mata yang penuh niat membunuh.

Di saat yang sama, Kevin melihat sesuatu di punggung Jinwoo—holy staff usang yang tersandang di sana.

Memori yang selama ini ia tekan muncul kembali seperti gelombang pasang.

Mata itu.

Tongkat itu.

Rasa takut yang menusuk tulang.

Kevin tersentak, napasnya tercekat.

Tidak mungkin… tidak mungkin!

“Tidak…!!” Kevin berteriak histeris sambil melompat mundur.

Dia bahkan terjatuh ke lantai, tubuhnya gemetar hebat.

“Ayah!!!” teriaknya ketakutan.

“Dia orangnya!”

Jari Kevin menunjuk Jinwoo dengan gemetar.

“Si gelandangan bajingan itu! Meskipun dia mengubah penampilannya, aku tahu tatapan itu! Tatapan penuh niat membunuh!”

Leonard dan Alexander terbelalak, tak percaya dengan pengakuan Kevin.

Kevin merangkak mundur, hampir menangis.

“Alex! Apa yang kau tunggu?! Bunuh dia!!”

Leonard berdiri dengan kaget, belum sepenuhnya memproses situasi.

Namun Alexander bereaksi cepat. Tanpa pikir panjang, dia melesat dengan kecepatan Rank S, pedangnya sudah terhunus dan siap membelah Jinwoo.

“Mampus kau, bajingan!!”

Pedangnya berkilat, udara di ruangan terbelah oleh kekuatan luar biasa.

Pedang itu ditempa dari tulang Wyvern King, binatang legendaris yang hampir tak bisa dihancurkan.

Namun yang terjadi berikutnya membuat semua orang membeku.

CLANG!

Pedang Alexander tertahan.

Tidak oleh armor, tidak oleh perisai…

melainkan oleh holy staff usang yang dipegang Jinwoo dengan satu tangan.

Alexander terpaku.

Matanya membelalak tak percaya.

“Ba… bagaimana bisa…?!”

Dia menarik pedangnya kembali dan mengayunkannya lagi, lebih kuat dari sebelumnya

.

CLANG! CLANG! CLANG!

Tiga kali berturut-turut pedangnya menghantam tongkat itu, namun hasilnya sama. Tidak ada goresan sedikit pun.

“Ini… tidak mungkin!!” Alexander berteriak.

“Pedang ini… ditempa dari tulang Wyvern King! Mustahil bisa ditahan oleh tongkat usang sepert—”

Dia berhenti bicara, napasnya terengah.

Pikiran yang lebih mengerikan muncul.

“Tidak… lebih dari itu.”

Alexander memandang Jinwoo dengan mata penuh teror.

“Bukankah kau ini healer!? Kenapa… kau memiliki kekuatan sebesar ini?!”

Jinwoo hanya tersenyum tipis, senyum yang terasa lebih dingin daripada kematian itu sendiri.

“Yang bilang aku healer…”

Dia memutar holy staff di tangannya dengan gerakan santai.

“Itu kalian, bukan aku.”

Dalam sekejap, aura hitam yang padat meledak dari tubuh Jinwoo, menekan seluruh ruangan.

Leonard hampir terjatuh, napasnya terputus. Kevin langsung pingsan di tempat, tubuhnya gemetar tak terkendali.

Alexander tidak sempat bereaksi ketika Jinwoo menghempaskan tongkatnya.

BOOOM!

Satu ayunan sederhana, namun kekuatannya seperti hantaman palu raksasa.

Tubuh Alexander terlempar seperti boneka, menabrak dinding ruangan yang kokoh dan menciptakan lubang besar.

Debu dan reruntuhan beterbangan di udara.

Ketika debu mulai mengendap, hanya Jinwoo yang masih berdiri tegak.

Dia memutar tongkatnya sekali lalu menyandarkannya di bahu, ekspresinya tetap santai seolah tidak ada yang terjadi.

“Sekarang,” ucap Jinwoo pelan namun tegas,

“mungkin kita bisa bicara baik-baik, Leonard.”

Leonard hanya bisa berdiri terpaku, tubuhnya gemetar hebat.

Untuk pertama kalinya dalam hidupnya, dia benar-benar merasakan teror murni.

1
abyman😊😊😊
Lanjutkan thor.... Mantap
RDXA: oke siap💪
total 1 replies
abyman😊😊😊
Over power jinwoo💪💪💪
abyman😊😊😊
Bantai💪💪💪💪
abyman😊😊😊
Jossss👍👍👍👍👍/Determined/
Rudik Irawan
sering² up thor
RDXA: siap diusahakan
total 1 replies
abyman😊😊😊
/Determined//Determined//Determined/
Rudik Irawan
min sering sering up
selenophile
next...
mxxc
sudah saya ksih kopi
RDXA: oke siap terimakasih atas dukungannya, maaf ya untuk novel ini sering telat up hehe🙏
total 1 replies
selenophile
next
Rudik Irawan
nanggung banget
RDXA: hehe/Blackmoon/
total 1 replies
Rudik Irawan
up terus Thor
Ilham bayu Saputr
mantap
Ilham bayu Saputr
crazy up thor
RDXA: insyaallah, terimakasih atas dukungannya 💪
total 1 replies
Rudik Irawan
sangat menarik
Rudik Irawan
lanjutan
mxxc
lanjut bg
Rudik Irawan
lanjutkan
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!