Nayura, gadis SMA yang belum pernah mengenal cinta, tiba-tiba terikat janji pernikahan di usia yang penuh gejolak. Gavin juga remaja, sosok laki-laki dingin dan cuek di depan semua orang, namun menyimpan rasa yang tumbuh sejak pandangan pertama. Di balik senja yang merona, ada cinta yang tersembunyi sekaligus posesif—janji yang mengikat hati dan rasa yang sulit diungkapkan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nadin Alina, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 28 : Di Balik Pintu 26
Matahari begitu terik, membuat siapapun yang terkena sinarnya akan kepanasan. Akan tetapi teriknya matahari tidak menghentikan langkah tiga gadis cantik itu. Siapa lagi kalau bukan Nayura, Stevi dan Tessa yang baru saja keluar dari kelas.
“Panas banget, deng!” celetuk Tessa dengan tangan yang sibuk mengipasi wajahnya yang berkeringat.
Nayura menganggukkan kepala, setuju dengan Tessa. “Minum yang dingin enak,nih!”
Entah kenapa, bayangan ice mixue melintas begitu saja. Menggoda pikiran Nayura, apalagi cuaca yang sangat mendukung. Ice boba coklat, sepertinya sangat cocok untuk menyegarkan jiwa.
“Jajan Mixue, kuy!” ajak Stevi yang kebetulan pengen beli Mixue.
“Gaskan!” seru Tessa dan Nayura serentak, lalu tertawa barengan.
Masa-masa remaja itu memang sangat menyenangkan. Apalagi, kalau punya teman yang kompak dan solid begini. Jadi makin seru cerita remajanya. Hehehe
Ting!
Suara notifikasi dari ponsel Nayura berdenting nyaring, membuat sang empu langsung mengeceknya.
Dahi Nayura berkerut tipis saat melihat nomor tak di kenal muncul di pop-up pesan. Bahkan, langkahnya sampai terhenti. Membuat Stevi dan Tessa menoleh heran melihatnya.
“Kenapa Nay?” tanya Tessa namun tak di hiraukan oleh Nayura.
Cepat tangan Nayura membuka pesan dari nomor asing tersebut. Matanya sedikit melebar dengan mulut yang sedikit terbuka saat membaca pesan tersebut.
Stevi dan Tessa saling pandang satu sama lain, sebelum akhirnya mendekat dan mengintip ponsel Nayura.
Klik!
Layar ponsel Nayura menggelap, membuat dua insan itu mendelik kesal.
“Apaan, sih?” protes Tessa.
“Bu-bukan apa-apa, kok!” Jawab Nayura pelan, suaranya hampir tenggelam di tengah terik matahari.
Jemari yang menggenggam ponsel itu kian erat bersamaan dengan detak jantungnya yang tak tenang. Ia berusaha menyembunyikan rasa gelisah yang tidak bisa di definisikan.
“Seriusan lo?” selidik Stevi dengan memicingkan mata, menatap Nayura penuh intimidasi.
Nayura mendecih, “Benaran ah!” kesalnya, berusaha menutupi rasa gelisahnya.
Akhirnya, Stevi dan Tessa percaya. Mereka kembali melanjutkan langkah menuju parkiran sekolah.
"Kuy lah, Mixue menanti!" seru Tessa.
Langkah kaki Nayura terasa berat. Seketika semangat membara itu padam bagai api yang di siram oleh air. Bahkan dua temannya sudah jauh di depan sana, membuatnya tertinggal.
“Ck, tu anak, lama banget, dah!” sungut Tessa yang sudah duduk di motornya.
Stevi yang tengah mengeluarkan motornya, berceletuk santai. “Sabar, deng!”
“Nay, cepetan!” sorak Tessa tak sabaran.
Nayura yang tersadar dari lamunannya, buru-buru mempercepat langkahnya.
“Nih, pake!” suruh Tessa, menyerahkan helm bogo berwarna merah pada Nayura.
Nayura menatap helm itu dengan ragu, membuat Stevi jadi heran dengan tingkah anehnya.
“Lo kenapa lagi sih, Nay?” desah Stevi terdengar lelah.
Cukup ya, ini cuacanya lagi panas. Ehh…Nayura malah bertingkah aneh. Kan, emosinya makin kebakar.
Nayura menggaruk pelipisnya yang sudah basah oleh keringat. Tampak bingung, memandangi Tessa dan Stevi secara bergantian.
“Hmm…gu-gue kagak jadi, ikut.” Katanya gugup.
“Haa!” Seru Stevi dan Tessa serentak, mereka melongo tidak percaya.
“Lah, tadi lo yang paling semangat. Kenapa, kagak jadi?” tanya Tessa heran.
“Pokoknya, nggak bisa.” Ucap Nayura cepat, kemudian berlari menuju gerbang.
“Bay, gue duluan yaa!” soraknya, melambaikan tangan kepada Tessa dan Stevi yang tampak kebingungan.
Stevi mengerjap “Kesambet apa tuh, anak?”
Tessa mengedikkan bahunya tak acuh. Ia lebih memilih untuk menyalakan motornya, lalu melaju menuju gerbang. Tidak mau ketinggalan, Stevi ikut menyusul.
Tidak jauh dari gerbang, Tessa tiba-tiba menghentikan motornya.
“Stev, itu Nayura nggak, sih!” tunjuk Tessa melihat seorang gadis yang naik ke atas boncengan motor bersama…seorang cowok.
Stevi mengikuti arah tunjuk Tessa. “What! Iya…” sahutnya,kaget bukan main.
“Kejar nggak, nih?” tanya Tessa penuh penasaran.
“Besok aja, lah. Kuy, mixue.” Putus Stevi.
Cukup ya, cuaca yang panas begini mau mengikuti drama Nayura. Mending ngadem di mixue, kali!
Tessa dengan berat hati menganggukkan kepala. Jauh dari lubuk hatinya, ia ingin mengikuti Nayura. Ia penasaran siapa cowok itu dan…kenapa Nayura pulang bersamanya.
Sementara itu, motor sport berwarna hitam itu melaju dengan kencang. Di bawah terik matahari yang kian membakar kulit sementara laki-laki itu kian terbakar dengan perasaannya.
Jantungnya berdebar tak tenang, saat tangan mungil itu melingkar di depan perutnya. Tubuh yang menempel ketat dengan punggungnya menciptakan sensasi yang tak biasa.
Gavian…sesekali ia melirik Nayura dari kaca spionnya. Tampak gadis itu, menyadarkan kepalanya yang tidak terbungkus helm itu di bahunya. Rambut panjangnya berterbangan, mengikuti arah angin.
“Gue belum mau mati!” seru Nayura sedikit berteriak, tangannya kian erat memeluk Gavian. Berusaha untuk tetap bertahan di situasi yang…mengancam nyawa dan jantungnya.
“Pegangan yang erat.” ucap Gavian nadanya terdengar tegas.
Tangan Gavian menarik gas lebih dalam, membuat motornya melaju lebih cepat.
“Ya Allah, gue takut bangett!” jerit batin Nayura.
Ini pertama kalinya ia naik motor sport, kemudian langsung di bawa ngebut begini. Apalagi, bersama cowok misterius yang semalam pergi lalu tidak ada kabar setelahnya.
Setelah beberapa menit, motor Gavian berhenti di sebuah gedung tinggi yang sering di sebut apartemen.
“Turun!” titah Gavian. Mata yang terpejam itu, perlahan terbuka.
Nayura menatap sekeliling yang tampak asing baginya. Belum usai dengan debaran jantung yang masih memacu, kini ia harus di kejutkan lagi oleh…
“Betah banget, pelukin gue!” cibir Gavian setengah menggoda. Menatap tangan Nayura yang masih memeluk dirinya erat.
Duar!
Nayura melirik ke bawah dan…buru-buru ia melepaskan pelukan tersebut.
“Apaan, sih!” jutek Nayura, padahal dalam hatinya ia malu setengah mati.
“Ck!” Gavian berdecih, seolah mencibir ucapan Nayura barusan.
Tidak mau berlama-lama berada di dekat cowok aneh itu, Nayura segera turun. Gavian jalan lebih dulu membuat Nayura mengikutinya. Nayura tetap diam, meskipun di pikirannya berkecamuk.
Ting!
Pintu lift terbuka, mereka segera masuk. Di dalam keduanya hening. Hanya suara detak jantung Nayura yang terdengar kian kencang.
Gavian berdiri setengah bersandar. Ia menatap pantulan dirinya dan Nayura pada dinding lift. Gavian tidak bisa beralih dari sosok yang akhir-akhir ini memenuhi isi hatinya.
Ting!
Pintu lift terbuka, membuat Gavian buru-buru mengalihkan pandangannya. Ia melangkah bersama Nayura menuju salah satu unit yang ada di lantai 26.
Bip!
Sensor pintu itu berbunyi dengan pintu yang mulai terbuka. Gavian melangkah masuk duluan.
Sementara itu, Nayura hanya berdiri bingung di ambang pintu. Nayura melihat sekitar, yang tampak sepi dan…ia tidak bisa berhenti memikirkan “Ngapain kita di sini?”
Gavian yang menyadari hal tersebut berdecak gemas. Ia membalikkan tubuhnya dan berjalan cepat ke arah Nayura.
“Ngapain lo berdiri di sana. Masuk!” ajaknya, menarik tangan Nayura.
“Ehh…” pekik Nayura saat tubuhnya tertarik paksa untuk masuk.
“Kita ngapain di sini?” akhirnya, pertanyaan itu terlontar juga dari bibir Nayura.
Gavian yang tengah menutup pintu itu tersenyum miring, lalu menoleh untuk menatap Nayura.
“Making baby.” ucap Gavian pelan, senyum miring tercetak jelas di wajahnya. Ia semakin memangkas jarak antara dirinya dengan Nayura. Hingga…
...----------------...
Jangan lupa meninggal jejak dengan komentar di bawah 👇
Untuk visual tokoh bisa cek Instagram nadin_alinaa18
Terimakasih 🤗
mampir di ceritaku juga ya ..
makasih 😊
always always bagus!!
hebat!!! Udah cocok itu open comision
kondangan kita! Semur daging ada gak?