Hail Abizar, laki-laki mapan berusia 31 tahun. Belum menikah dan belum punya pacar. Tapi tiba-tiba saja ada anak yang memanggilnya Papa?
"Papa... papa...!" rengek gadis itu sambil mendongak dengan senyum lebar.
Binar penuh rindu dan bahagia menyeruak dari sorot mata kecilnya. Pria itu menatap ke bawah, terpaku.
Siapa gadis ini? pikirnya panik.
Kenapa dia memanggilku, Papa? Aku bahkan belum menikah... kenapa ada anak kecil manggil aku papa?! apa jangan- jangan dia anak dari wanita itu ....
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Realrf, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Siapa?
Siang yang terik, tapi sama sekali tidak menyurutkan semangat Cakra untuk pergi ke rumah sang calon tante, untuk mengambil boneka kesayangan calon keponakannya, Cala. Gadis kecil itu tidur tidak begitu nyenyak semalam, karena dia tidak memeluk boneka pausnya. Maka sebagai calon paman kecil yang tampan dan imut, Cakra harus mengambilkan boneka itu.
Dia tidak ingin Cala merasa tidak nyaman, putri kecil itu harus mendapatkan service yang terbaik selama menginap di bengkel bersamanya. Berbeka alamat yang diinformasikan Om Hail, motor pemuda berambut ungu itu melaju pelan di jalanan perumahan. Mata Cakra awas, melihat setiap nomer rumah yang tertempel di tembok pagar.
"13 B ... nah ini 15 B," gumam Cakra lega.
Si hitam kesayangannya berhenti, Cakra lalu turun menginjakkan kakinya di depan pagar rumah Evelyn. Di tangannya membuka gerbang rumah yang tidak terkunci. Awanya ia terkejut saat pagar rumah it bisa di dorong dengan mudah. Tapi Cakra berpikir mungkin memang calon tantenya tidak sempat mengunci pitu pagar. Suasana rumah sepi. Terlalu sepi. Tapi kan, memang lagi tidak ada orang, pantas saja sepi.
Setelah pagar ia buka, Cakra mendorong motornya masuk. Lalu berjalan pelan kearah teras, merogoh saku untuk mengambil anak kunci yang Om-nya berikan saat pertama kali Cakra menjemput Cala di gang perumahan itu.
"Lho ... kok!" Cakra melotot saat pintu itu tidak terkunci, bahkan tidak tertutup dengan baik.
Hembusan pelan angin berhasil mendorongnya, hingga sedikit terbuka. Cakra mengigit bibirnya, mengerutkan satu alis, melihat ketidak wajaran ini.
"Aneh ...," gumamnya pelan.
Cakra mengenggamkan tangan dengan sangat erat pada handle pintu, jantung pemuda itu berdetak cepat. Setelah mengambil nafas dalam, Cakra mendorong pintu itu dengan cepat.
"Astaga…"
Ruang tamu terlihat berantakan. Gelas-gelas kertas sekali pakai berserakan di lantai. Botol minuman keras berdiri miring di atas meja, sebagian masih berisi. Beberapa lembar dolar asing tergeletak acak di karpet, seperti terlempar begitu saja. Aroma alkohol yang menyengat menusuk hidungnya.
Cakra menelan ludah. Rasa tidak enak mulai menggelayuti dada.
"Apa ini?"
"Perampokan?"
Cakra menggeleng dengan mata yang masih melebar kaget.
"Ini lebih mirip after party daripada perampokan."
Dia menatap sekeliling. Tidak ada suara, tidak ada tanda-tanda orang lain. Tapi rumah itu seperti habis dipakai untuk pesta kecil—atau sesuatu yang lebih mencurigakan dari itu.
Dengan langkah hati-hati, ia menyusuri ruangan itu. Kekacauan ini benar-benat tidak beres. Cakra pun mengambil foto dan mengirimkannya pada Hail sebagai laporan.
📱Cakra : (foto) Om ruang tamu tante Evelyn kayak gini.
📱OM Hail : Kamu tanya Pak Rt, Om nitipin keamanan rumah itu ke Pak Rt langsung
📱Cakra : Siap Om
Cakra menyimpan benda pipih miliknya saku. Pemuda berkemeja pink itu hendak keluar, tapi langkahnya terhenti. Cakra harus mengamankan boneka milik Cala dulu sebelum pergi. Ia pun berjalan menyusuri lorong pendek menuju kamar yang kedua, seperti kata Hail. Lampu remang, dan detak jantungnya makin kencang. p
Begitu pintu kamar didorong pelan… Cakra membeku.
Di sana, di ranjang yang sedikit berantakan, terbaring seorang wanita. Rambutnya pirang panjang, mengenakan baju tidur yang terlalu terbuka. Ia tampak tertidur lelap—atau pingsan—dengan posisi miring membelakangi pintu.
Cakra langsung mundur setengah langkah, panik. “Kenapa ada cewek?”
"Siapa dia? Bukannya kata Om Hail, Tante Eve tinggal sendiri?" gumam Cakra kebingunan.
Ia melongok pelan. Matanya menatap liar ke sekeliling kamar, sampai ia menemukan boneka Paus biru dan Kuda Poni duduk manis di rak kecil, seperti tidak tahu apa-apa tentang kekacauan di sekeliling mereka. Cakra buru-buru masuk, mencoba tidak membuat suara. Ia meraih dua boneka itu, lalu menoleh sekali lagi ke arah ranjang.
Wanita itu masih tak bergerak. Tapi… saat Cakra hampir keluar, wanita itu bergumam.
"Mana anak itu Eve!" gumamnya setengah berteriak
Cakra mendelik terkejut dan langsung pergi dari sana. Nafasnya berat, tangannya menggenggam erat dua boneka kesayangan Cala, dan pikirannya mulai dipenuhi tanda tanya. Cakra mengeluarkan ponselnya lagi dan mengirim pesan singkat pada Hail sambil berjalan keluar dengan cepat.
Siapa wanita itu? Kenapa rumah Evelyn bisa begitu? Dan… apa maksudnya anak? Tanpa berpikir panjang dia langsung mengendarai motornya meninggalkan rumah itu untuk pulang tanpa mampir ke rumah Pak RT seperti perintah Om-nya. Tapi setidaknya, Hail tahu keadaan rumah Evelyn dan keberadaan wanita itu.
yuk bisa bersihkan nama ayahnya eve..