NovelToon NovelToon
Suami Dadakan Super Aneh

Suami Dadakan Super Aneh

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Cintamanis / Cinta setelah menikah / Pernikahan Kilat / Cinta Seiring Waktu / Menikah dengan Kerabat Mantan
Popularitas:197.9k
Nilai: 4.9
Nama Author: Mizzly

Pernikahan Mentari dan Bayu hanya tinggal dua hari lagi namun secara mengejutkan Mentari memergoki Bayu berselingkuh dengan Purnama, adik kandungnya sendiri.

Tak ingin menorehkan malu di wajah kedua orang tuanya, Mentari terpaksa dinikahkan dengan Senja, saudara sepupu Bayu.

Tanpa Mentari ketahui, Senja adalah lelaki paling aneh yang ia kenal. Apakah rumah tangga Mentari dan Senja akan bertahan meski tak ada cinta di hati Mentari untuk Senja?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mizzly, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Gantungan Kunci

Senja

"Makan, Ja! Jangan cuma liatin aku terus!" protes Mentari.

Kuambil tisu lalu kubersihkan kening Mentari yang berkeringat. "Habis, seru banget sih lihat kamu makan. Pedas banget ya? Sampai keringetan."

Mentari mengambil es teh manis dan meneguknya. Wajahnya memerah karena kepedasan. "Banget, tapi aku suka. Enak, ngilangin mumet."

Aku tersenyum melihatnya. Kuambil lagi tisu dan kini mengelap hidung dan atas bibirnya yang juga berkeringat. "Pelan-pelan saja makannya. Aku tungguin kok."

"Ja, udah ah, jangan ngelap muka aku terus! Memang aku kaca? Tuh, kita diliatin orang-orang, nanti dikira pengantin baru lagi!" gerutu Mentari.

Kulirik kiri dan kanan, benar yang dikatakan Mentari, banyak yang menatap ke arah kami. "Biarkan saja! Mungkin mereka iri melihat kamu diperhatikan olehku."

Mentari menatapku tajam. "Ja, makan!"

Cepat-cepat kutaruh tisu dan kuambil sendok lalu kumasukkan bakso ke mulutku. "Siyyaap, Nyonyiah!"

Mentari tertawa kecil melihatku. Akhirnya... akhirnya dia mulai bisa tertawa lagi. Yess!

"Kamu kerja jadi apa di kantor? Ngerjain apa saja? Kok kamu terlihat mumet sih?" tanyaku.

"Mm... tugasku mengerjakan laporan penjualan dan pembelian barang. Mudah sih, tinggal input di komputer. Yang buat aku mumet itu jenis barangnya. Aku susah sekali menghafalnya, semua pakai kode. Ah... andai yang kuhafal nama-nama sayur dan buah, pasti aku tidak mumet seperti ini." Akhirnya Mentari mau bercerita juga padaku. Perlahan ia mulai terbuka. Aku harus sabar menghadapinya.

"Jadi menurutmu, kalau menghafal nama sayur dan buah, lebih mudah?" tanyaku.

"Tentu. Aku anak kampung yang hidup berdampingan dengan para petani, tentu saja menghapal jenis sayur dan buah lebih mudah bagiku daripada menghapal kode barang yang aku sendiri tak tahu bentuknya seperti apa," jawab Mentari dengan mulut penuh dengan bakso. Lahap sekali ia makan.

"Kalau begitu, nanti kamu kerja di perusahaanku saja. Kamu bisa input sayur dan buah tanpa pusing," kataku sungguh-sungguh.

"Ya... ya... ya... memangnya di masjid ada input nama sayur dan buah?" ledek Mentari.

Aku tersenyum kecil. "Mm... entah. Habiskan makanmu, aku bayar dulu!"

Mentari... Mentari...

Masih saja kamu meragukan pekerjaanku.

.

.

.

"Ja, nanti kalau aku terima gaji pertamaku, kamu mau aku traktir apa?" tanya Mentari saat aku mengantarnya ke kantor.

Lalu lintas pagi ini nampak padat dan tersendat. Banyaknya galian membuat kemacetan terjadi dimana-mana. Entah apa yang digali, mungkin mencari emas?

"Hmm... apa ya?" Aku belum tahu mau minta ditraktir apa. Melihat Mentari tak lagi murung saja sudah merupakan suatu kebahagiaan untukku.

"Jangan yang mahal!" ancam Mentari.

"Aku belum jawab loh! Enaknya ditraktir apa ya?"

"Jangan minta steak!"

"Bagaimana kalau-"

"Jangan minta beliin ponsel atau gadget!" potong Mentari lagi.

"Ish, pelit! Kebanyakan aturan. Terserah kamu sajalah mau traktir apa!" balasku.

Mentari tak menjawabku lagi. Ponselnya berbunyi, Mentari menjawab telepon yang masuk dan aku diam-diam menguping percakapannya.

"Purnama mau menginap di Jakarta? Untuk apa?" tanya Mentari dengan nada sebal.

"Aku tanya Senja dulu, Bu. Kalau Senja mengijinkan, Tari akan kirim alamatnya." Mentari memutus sambungan teleponnya. Kulirik dari kaca spion, wajahnya berubah keruh. Hilang sudah keceriaan saat membayangkan akan terima gaji pertamanya tadi.

"Kenapa?" tanyaku.

"Ibu telepon, katanya Purnama ada tugas dari kampusnya untuk kunjungan ke perusahaan di Jakarta. Dia... mau menginap di rumah bersama seorang temannya. Mm... boleh tidak, Ja?" tanya Mentari dengan ragu-ragu.

"Terserah kamu. Kalau kamu nyaman adikmu menginap di rumah, aku sih oke saja," jawabku.

Mentari terdiam beberapa saat baru kemudian berkata lagi, "Aku tak tahu apakah harus mengijinkannya menginap atau tidak, Ja. Entahlah. Aku merasa... hatiku masih sakit."

Jelas saja hatimu sakit, Tari, kamu dikhianati oleh adikmu sendiri. "Jadi... kamu tak akan mengizinkan adikmu menginap?"

"Kalau tidak kuizinkan, dia akan menginap dimana?" Sifat tidak tegaan Mentari tetap saja tidak berubah sejak dulu. Meskipun hatinya sakit dan pernah dikecewakan tapi ia tak tega melihat adiknya sendiri sengsara. "Apa... kuizinkan saja ya, Ja?"

"Saranku, izinkan saja. Walau bagaimanapun dia itu adikmu. Kalau terjadi apa-apa dengan adikmu, nanti kamu sendiri yang menyesal. Terlepas dari apa yang sudah ia lakukan, kamu tetap kakaknya. Mentari yang kukenal adalah sosok seorang kakak yang amat menyayangi adiknya. Aku jadi ingat waktu kita kecil dulu, kamu selalu mengajak adikmu bermain walau dia agak menyebalkan," jawabku.

"Jangan berkata seperti itu!" Mentari memukul bahuku pelan. "Bukan Purnama yang menyebalkan tapi kamu! Kamu suka sekali membuatku kesal dan menangis!"

"Cie... sayang sekali kakak sama adiknya? Dibelain terus loh! Jadi gimana, kamu izinin Purnama nginep?"

"Mau bagaimana lagi?"

"Asyik! Kita satu kamar lagi dong? Yes!"

.

.

.

Cuaca siang ini begitu terik. Rasanya matahari seperti berada di atas kepalaku. Jika kartu ATM-ku tidak expired, sebenarnya malas aku pergi ke bank. Terlalu sibuk dengan banyak urusan membuatku lupa kalau kartu ATM-ku harus diperbaharui.

Dengan mengendarai motor bututku, aku pergi ke Bank dekat kantorku. Aku langsung menuju bagian prioritas. Sebagai nasabah prioritas dengan saldo tabungan yang lumayan fantastis, aku tentu disambut dengan ramah. Aku bahkan bisa menggunakan kursi pijat sambil menunggu ATM-ku diganti.

Hampir saja mataku terpejam saat aku mendengar namaku disebut. "Loh, Senja?"

Aku membuka mataku dengan malas. "Pelangi?"

Pelangi menghampiriku sambil tersenyum. "Kamu sedang apa di sini?" tanya Pelangi.

"Ada yang harus aku urus," jawabku. "Kamu... bekerja di sini?"

"Iya. Aku jadi customer service di banking." Pelangi menunjuk sayap sebelah kiri gedung.

"Bapak Senja?" Namaku kembali disebut, kali ini oleh bagian prioritas yang mengurus kartuku yang expired.

"Iya." Aku menerima kartu milikku yang baru.

Aku merasa ada sorot mata yang terus menatapku saat aku menandatangani tanda terima kartu. Ternyata benar dugaanku, Pelangi terus menatapku dengan tatapan menyelidik. Tak mau ditatap seperti itu, aku langsung pamit dan meninggalkan bank.

.

.

.

"Beres sudah!" Mentari sejak tadi sibuk memindahkan barang-barang miliknya dari kamar sebelah ke kamarku.

Aku yang sedang membalas chat bawahanku hanya memperhatikan apa yang Mentari lakukan. Kamarku kini bagai kamar kami bersama. Semoga saja akan selamanya seperti ini.

"Assalamualaikum!" Terdengar suara salam dan ketukan pintu dari depan rumah.

"Waalaikumsalam!" Mentari bergegas ke depan. Tak lama kudengar namaku dipanggil. "Ja, ada tamu!"

Tamu?

Siapa?

Aku berjalan ke luar dan melihat Pelangi berdiri di depan rumah, ia masih memakai seragam kerja miliknya. Malam sekali ia pulang kerja.

"Pelangi? Ada apa malam-malam kamu datang?" Aku berjalan menghampiri Pelangi.

"Aku mau mengembalikan ini." Pelangi memberikan gantungan kunci milikku. "Terjatuh di kantor."

Entah mengapa aku merasa ada aura tak enak saat aku menerima gantungan kunci milikku. Apakah ini karena ada sepasang mata yang melihatku dengan penuh tanda tanya?

*****

1
darsih
ya elah purnama nanti d sakitin rasa SM Bayu barubtau rasa deh
Bunda dinna
purnama ternyata.........
Putri Dhamayanti
ya ya yaaaa.... silahkan menikmati kegilaan mas bayumu ya purnama... mayanlah yaa dapet pak lurah, qiqiqii dahlah calon suami kagak cinta, calon mertua gila uang dan jabatan. Nikmati deh sono
𝐙⃝🦜尺o
purnama kan gak tau maksud terselubung nya. keluarga Bayu melamar, purnama terima Bayu selain karna masih suka juga dia mikir sama keadaannya yang sudah ternoda dia takut gak ada yang mau nerima dia dengan tulus nantinya
tehNci
Kayaknya ini hasil omongan Purnama saat bertemu Bayu kemaren deh....🙄
tehNci
Membutuhkan purnama untuk memulihkan nama baik, iya..... lain²nya sih SALAH BESAR
tehNci
Ish....selesein dulu pembicaraannya, jangannbiarkan salah paham menerpa berlarut-larut
Risa Amanta
Hhhmmm .sudah aku duga
Muhammad Dimas Prasetyo
udah sih mentari ikhlasin aja adikmu menikah dengan Bayu..lagian sekarang kamu punya senja yg aka melindungi mu dari kejahatan Bayu dan semua demi kebahagian adikmu juga
𝒩𝓎ᷱ𝑜ͥ𝓃ᷤ𝓎ͤ𝒶 𝑀𝑒𝓃𝑒𝑒𝓇
wong gemblung
wes, kita simak aja drama selanjutnya
semoga gak kalah seru dari drama tersandung nya indosemar
no 🎸 ve
Duhh Senja salah paham dehh 😅
🍃⃝⃟𝟰ˢ🫦🥑⃟🇩ᵉʷᶦbunga🌀🖌
pria seperti Bayu dan keluarga nya yang di pikir kan ambisi, tak ada ketulusan di dalam nya
🍃⃝⃟𝟰ˢ🫦🥑⃟🇩ᵉʷᶦbunga🌀🖌
mau memanfaatkan uang desa kah pak budi
🍃⃝⃟𝟰ˢ🫦🥑⃟🇩ᵉʷᶦbunga🌀🖌
pak Budi orang nya berambisi tinggi
🍃⃝⃟𝟰ˢ🫦🥑⃟🇩ᵉʷᶦbunga🌀🖌
ajaran yang menyesatkan itu pak🤦‍♀️
vivinika ivanayanti
Heemmmm karepmu purnama.....Tariii.... ternyata pengorbanan perhatian dan cinta senja blm membuat mu bersyukur
vivinika ivanayanti
Tari....jujur sama Senja, kalo si bayem itu dapat goda kamu ngajakin balikan biar senja juga ikut mikir seperti yg kamu pikirin
ani surani
nah, bagus nih. emg hrs gitu kalo emg gk suka jangan dipaksa 👍❤
Tati st🍒🍒🍒
tar giliran hari pernikahan purnama yg kabur wkwkwk
Purnama Pasedu
kenapa mentari marah,purnama cinta Bayu ya
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!