NovelToon NovelToon
Mahar Untuk Nyawa Ibu

Mahar Untuk Nyawa Ibu

Status: tamat
Genre:CEO / Beda Usia / Nikah Kontrak / Romansa / Tamat
Popularitas:106.7k
Nilai: 5
Nama Author: Asmabila

Raina tak pernah membayangkan bahwa mahar pernikahannya adalah uang operasi untuk menyelamatkan ibunya.

Begitupun dengan Aditya pun tak pernah bermimpi akan menikahi anak pembantu demi memenuhi keinginan nenek kesayangannya yang sudah tua dan mulai sakit-sakitan.

Dua orang asing di di paksa terikat janji suci karena keadaan.


Tapi mungkinkah cinta tumbuh dari luka, bukan dari rasa????

Tak ada cinta.Tak ada restu. Hanya diam dan luka yang menyatukan. Hingga mereka sadar, kadang yang tak kita pilih adalah takdir terbaik yang di siapkan semesta.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Asmabila, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chapter 28

Raina baru saja menyalakan televisi besar di ruang tamu. Hari ini, berbeda dari biasanya, ia tidak mengantar bekal ke kantor. Ia tak ingin mengganggu suaminya yang sedang fokus mempersiapkan kerja sama penting.

Begitu televisi menyala, sebuah acara gosip spesial langsung muncul di layar, menampilkan berita heboh soal kepulangan seorang model internasional ke tanah air. Para penggemar menyerbu bandara, antre untuk sekadar meminta foto, dan terlihat beberapa fans berat datang dari jauh demi memberikan hadiah kepada selebritas sekaligus bintang iklan itu.

“Larasati,” gumam Raina pelan. Ia mengerjap, mencoba menepis gejolak di dadanya. Tapi ia tak bisa memungkiri—hatinya berdebar luar biasa. Ia tahu betul pesona mantan suaminya, dan kini mereka sedang terlibat dalam kontrak kerja sama.

Meski kemarin Raina sudah menyatakan pendapatnya—meyakinkan suaminya tentang ketulusan cintanya, bahwa ia akan terus percaya dan mendukungnya—namun hati kecilnya tak bisa berbohong. Rasa cemburu itu nyata. Ada ketakutan, ada kekhawatiran kehilangan. Perasaan buruk itu terus menghantui pikirannya.

Tanpa sadar, mata Raina mulai berkaca-kaca.

Lalu, muncul pertanyaan dari seorang wartawan kepada Larasati yang tengah tersenyum manis di layar:

"Bagaimana dengan hubungan Anda dengan Tuan Muda keluarga Prawira? Bukankah kalian sudah pacaran sejak masih berseragam SMA?"

"Kapan kalian akan menikah?"

Larasati tersenyum tenang, menampilkan kesan wanita lembut dan anggun.

"Kami baik-baik saja. Mungkin secepatnya. Ditunggu saja, ya. Maaf, saya harus pergi karena masih ada meeting," jawabnya singkat, sebelum melenggang pergi.

...----------------...

Raina mengurungkan niatnya untuk bersantai dan menonton TV. Ia merasa tak nyaman berada di rumah sendirian, terlebih setelah melihat berita Larasati yang membuat pikirannya kembali kacau. Ia segera bergegas mandi, lalu bersiap pergi. Tanpa banyak pikir, ia mengambil motor kesayangannya yang sudah lama tak ia sentuh. Sudah lama sekali ia tidak keluar rumah naik motor kesayangannya untuk mencari angin, seperti hari ini.

Sore itu, Raina mengenakan kaus oblong lengan pendek yang simpel dan celana kargo longgar. Gaya khas anak muda yang tak dibuat-buat. Pakaian yang ia kenakan bukan keluaran butik-butik mahal, melainkan tren sederhana yang tengah populer di TikTok. Tas selempangnya pun hanya keluaran brand lokal yang dikenal di kalangan menengah. Tak ada kesan istri konglomerat pada dirinya hari itu—dan Raina menyukainya. Ia merasa menjadi dirinya sendiri.

Udara sore terasa sejuk, angin sepoi-sepoi menyentuh kulitnya yang lembut, seolah membisikkan ketenangan yang telah lama ia cari. Untuk beberapa saat, Raina merasa bebas. Tak ada kewajiban, tak ada tekanan. Hanya dirinya, motor, dan jalanan yang luas.

Setibanya di depan kantor Frida, sahabatnya, Raina memarkir motor dan menyeberang ke sebuah kafe kecil. Ia duduk di sudut dekat jendela sambil mendengarkan musik dari ponselnya. Ia mencoba bersantai, mencoba meredam amarah dan rasa cemburu yang sejak pagi bergelayut di hatinya. Daripada terus terjebak dalam pikiran-pikiran buruk di rumah, duduk sendirian di sini rasanya jauh lebih menenangkan.

Namun suasana kafe itu tak benar-benar membuatnya nyaman. Terlalu ramai, terlalu bising. Raina memutuskan keluar, mencari udara lebih segar. Namun langkahnya mendadak terhenti. Tanpa sengaja, ia menabrak seseorang. Kopi yang Ia bawa tumpah, mengenai jas yang tampaknya mahal. Raina terkejut dan buru-buru meminta maaf.

“Maaf, maaf Tuan… saya nggak sengaja… aduh,” ucapnya panik.

Tapi pria itu tak marah. Justru tersenyum—lebar dan hangat, seperti mentari yang muncul tiba-tiba di hari mendung.

“Ibu CEO, ngapain di sini?” suara itu familiar, sangat akrab. Raina menoleh perlahan dan ternganga. Suara itu… …

“Mas… Adit?” gumamnya pelan, setengah tak percaya.

Aditya tertawa kecil. Matanya menatap Raina dengan lembut, . Ia tampak terkejut sekaligus terpesona.

Raina , mengenakan topi sederhana dan earphone di telinga. Rambutnya sedikit terurai dari bawah topi, tertiup angin ringan. Ada sesuatu dalam ketenangan itu yang membuat dada Aditya sesak—bukan karena marah, tapi karena terpikat.

Raina terlihat seperti versi dirinya yang paling jujur: bebas, sederhana, dan tetap memikat. Dan Aditya, seperti biasa, kembali jatuh cinta.

Namun bukan senyum yang Raina berikan padanya, melainkan cemberut yang jelas menyiratkan kekesalan. Ia membalikkan tubuh, membelakangi suaminya.

Aditya mengerutkan kening, tak paham. Pagi tadi, semuanya terasa baik-baik saja. Mereka bahkan sempat berpamitan dengan pelukan singkat sebelum ia berangkat kerja.

“Sayang… ada apa, hem?” bujuk Aditya dengan suara pelan.

Raina menolak menoleh, seperti anak kecil yang sedang merajuk. Padahal biasanya ia selalu bersikap lebih dewasa daripada umurnya..

“Mas ngapain ke sini?” tanyanya ketus.

Aditya tersenyum, mencoba mencairkan suasana. “Menurut kamu?”

“Mana kutahu,” jawab Raina dingin, menahan amarah yang nyaris meledak.

Aditya menghela napas panjang, lalu dengan cepat mengirim pesan pada asistennya agar menggantikan dirinya di pertemuan bisnis. Ia tak ingin melewatkan momen ini—momen untuk memperbaiki keadaan.

Tanpa menunggu persetujuan, ia menggenggam tangan Raina dan menuntunnya ke arah mobil.

“Kita selesaikan di rumah, ya. Gak enak dilihat orang…” bisiknya, sebelum mencubit gemas hidung istrinya.

Namun Raina menarik tangannya, menolak. “Kita pulang masing-masing saja. Aku naik motor ke sini.”

Aditya tertegun. Ekspresinya berubah serius. “Tunggu.”

Nada suaranya sedikit meninggi, dan itu membuat Raina tersentak. “Sudah Mas bilang, jangan naik motor! Kalau terjadi sesuatu di jalan gimana?!”

Meskipun ia tahu itu adalah bentuk kepedulian, cara Aditya mengatakannya membuat Raina merasa seperti dibentak. Ia menunduk, matanya mulai berkaca.

“Nanti kujual saja motornya! Biar Mas puas!” balasnya dengan suara bergetar. Air matanya jatuh, membanjiri pipinya bersama amarah dan sakit hati yang selama ini ia pendam.

Raina membuka pintu mobil dan keluar tanpa memedulikan Aditya yang memanggilnya berulang kali.

“Harusnya Mas gak usah nyusul! Akhirnya bertengkar, kan…” racaunya sambil terus melangkah pergi.

“Padahal aku keluar rumah cuma mau cari udara segar. Supaya emosi di kepala gak meledak. Tapi malah ketemu Mas Adit… meledak juga, kan, emosiku…”

Langit sore kini benar-benar kelam. Tak ada lagi sisa jingga. Hanya awan berat dan dua hati yang belum menemukan tempat teduhnya.

Raina sempat bingung. Jalanan yang ia lewati sore itu terasa begitu sunyi, terlalu sunyi untuk ukuran kota sekecil ini. Tak ada satu pun kendaraan melintas. Hanya suara deru motornya sendiri—dan sesekali, suara angin yang berdesir pelan.

Ia melirik spion. Di belakang, sebuah mobil hitam terus mengikutinya sejak tadi. Ia tahu betul siapa pemiliknya. Suaminya. Aditya.

Tanpa sepengetahuannya, Aditya telah memerintahkan anak buahnya untuk mengosongkan jalan—mengurus izin dari pihak berwajib hanya demi satu hal: memastikan Raina bisa pulang dengan tenang. Tanpa gangguan. Tanpa kebisingan dunia luar.

Karena bagi Aditya, jika hatinya sedang kacau, maka dunia pun harus ikut diam.

Ya, siapa yang tak kenal Aditya? Tuan muda dari keluarga Prawira. Nama yang membuat orang menunduk hanya dengan mendengarnya. Segala sesuatu bisa ia lakukan. Segala sesuatu bisa ia kendalikan.

Kecuali, mungkin, hati seorang perempuan yang kini sedang mencoba melarikan diri darinya.

Aditya bisa saja menyalip dan memaksa Raina berhenti. Bisa saja ia menghentikan semua ini dalam sekejap. Tapi ia tidak melakukannya. Ia memilih tetap di belakang, menjaga jarak, membiarkan istrinya menghabiskan amarahnya sendirian. Membiarkannya merasakan udara sore yang sejuk, yang entah bisa menenangkan atau justru menambah sesak.

Namun yang tak bisa ditenangkan adalah badai yang berputar dalam dada Raina.

Cemburu. Marah. Luka yang menumpuk tanpa pernah ia ungkapkan. Semua mendesak keluar dari sorot matanya yang tajam namun penuh luka. Sesampainya di rumah, ia turun dari motor tanpa bicara. Matanya lurus ke depan, menolak untuk sekadar melirik ke belakang.

Aditya masih mengikutinya. Sepi masih menggantung di antara mereka. Hening yang nyaring.

Taman sore itu indah, sebenarnya. Angin menerbangkan wangi bunga, dedaunan bergoyang pelan seperti menari. Tapi bagi Raina, semua itu tak lebih dari latar belakang yang tak berarti.

Langkahnya tergesa. Matanya tidak melihat jalan. Dan ketika ujung kakinya mengenai batu kecil di tengah setapak, tubuhnya oleng. Dalam sekejap, ia terjatuh ke tanah.

Telapak tangannya menahan tubuh, tapi tak cukup kuat menahan sakitnya. Luka terbuka. Darah mengalir. Bukan luka parah, tapi cukup untuk membuatnya terdiam. Menunduk.

Aditya yang sejak tadi menahan diri, akhirnya melangkah cepat. Ia menggelengkan kepala—lebih pada dirinya sendiri. Tidak habis pikir. Tidak bisa lagi diam.

Tanpa berkata sepatah pun, ia menyusul Raina dan langsung mengangkat tubuhnya ke dalam pelukan.

Raina terkejut. Ia hendak menolak, tapi tak kuasa. Tubuhnya kaku, tapi hatinya mulai runtuh. Hangat tubuh Aditya, aroma bahunya, dan keheningan yang kini berubah menjadi pelindung—semua membuat benteng emosinya goyah.

"Sudah cukup," bisik Aditya nyaris tanpa suara. "Kamu boleh marah... tapi jangan sakiti dirimu sendiri, Rain."

Raina memejamkan mata. Entah karena lelah, atau karena untuk pertama kalinya hari itu, ia merasa ingin menangis.

Dan sore itu, taman menjadi saksi. Bahwa cinta tidak selalu tentang kata-kata. Kadang, ia hanya butuh satu pelukan—untuk meruntuhkan segala dinding yang selama ini berdiri terlalu tinggi.

 

1
Sri Wulandari
sekarang mommy berlin baru tau khan ....wanita yg ingin qm jadikan menantu ke sayanganmu ternyata dia yg sllu berusaha menghancurkan hidup putramu....
beruntung nenek menikahkan aditya dg gadis pilihannya walaupun yg awalnya terpaksa & tanpa cinta tp skrng aditya sangat bahagia dg pilihan neneknya bahwan sangat bucin😄😍😍
Sri Wulandari
akhirnya qm mendapat balasan karna sdh memfitnah aditya yg membunuh ayah mertuanya sendiri
sekarang nikmati kehancuran hidupmu laras demi sebuah ambisi qm rela mengorbankan smuanya termasuk cinta aditya yg tulus padamu yg skrng hanya utk istrinya rania😔
NNPAPALE🦈🦈🦈🦈
frida piye kakak othor... aku tantrum nih.... masak aura kegelapan dapet jodoh, frida yg berkorban gak dapet apa apa,, nangis gulinb guling nih aku...😭😭😭😭😭😭
Piet Mayong
closed yg keren Thor...
semangat berkarya kembali dgn cerita yg lebih seru dan menarik lainnya...
sampai jumpa....
NNPAPALE🦈🦈🦈🦈
skip dika aura,,, aku nunggu jodoh frida....😘😘😘😘
Yeni Wahyu Widiasih: aura udah jahat dimaafin eh malah happy dpt dika.. harusx dia dpt suami yg jahat kaya dia.. tabur tuai lah..
total 3 replies
Piet Mayong
wah wah kerja bagus Dika....
Tarwiyah Nasa
dah Frida sama mas Gilang aja deh 😄
NNPAPALE🦈🦈🦈🦈
bener frida... anak baik untuk orang baik... dika gak baik dapetnya kayak aura yg gak baik sama ssekali....
Henny Ardiani
mmg gabriella kan yg kmaren bantu frida
Bunda Dzi'3
mungkin ga sih ini Pria misterius nya buat Frida?
Bunda Dzi'3
up thor🙏
Yeni Wahyu Widiasih
harusx dika gk sama aura juga.. biar sama2 sakit.. impas kn.. firda, dika, aura.. biarkan mereka dapat jodoh masing2.. firda sama pria misterius itu.. dika dan aura juga dapat jodoh orang lain
tri Harianti
bagus bahasanya , bagus ceritanya
Asma Salsabila: Terimakasih 🥰
total 1 replies
Sri Wulandari
Tuch Aura cumburu khan... gmn rasanya orang yg cinta sm qm terus qm abaikan sprti itulah perasaan Dika saat qm lebih perhatian k Aditya
NNPAPALE🦈🦈🦈🦈
ayo frida kamu bisa... laki laki kayak dika mah buang ke laut aja.. biarin sama si aura kegelapan.... kamu kan aura nya kecerahan, jadi dika sulit menerima aura cerah karna sudah digelapkan sama aura kegelapan...🤣🤣🤣🤣🤣
Anty Niez
kasihan Frida,mending pergi jauh aja...buktiin kamu bisa move on
penapianoh: Halo kak baca juga d novel ku 𝙖𝙙𝙯𝙖𝙙𝙞𝙣𝙖 𝙞𝙨𝙩𝙧𝙞 𝙨𝙖𝙣𝙜 𝙜𝙪𝙨 𝙧𝙖𝙝𝙖𝙨𝙞𝙖 atau klik akun profilku ya. trmksh🙏
total 1 replies
Bunda Dzi'3
Dika sma Aura aja Thor kasian aura ...lagian juga kan Dika udh lama bngt mendam perasaannya ke aura ...Smoga Frida Cepet move on
NNPAPALE🦈🦈🦈🦈
aku nunggu part frida sama pria misterius itu lho... kenapa sama dika trus sih....
NNPAPALE🦈🦈🦈🦈
2 kata ... PLIN PLAN....🤭🤭🤭🤣🤣🤣
NNPAPALE🦈🦈🦈🦈
jangan sama dika ya thor... plissss....... jangan ya... sama yg misterius aja... dika mah udah cinta metong sama aura....
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!