NovelToon NovelToon
Cincin Peninggalan Kakek

Cincin Peninggalan Kakek

Status: sedang berlangsung
Genre:Identitas Tersembunyi / Kebangkitan pecundang / Menjadi Pengusaha / Anak Lelaki/Pria Miskin / Balas Dendam / Mengubah Takdir
Popularitas:24.9k
Nilai: 5
Nama Author: RivaniRian21

Di sebuah desa kecil di lereng Gunung Sumbing, Temanggung, hidup seorang pemuda bernama Arjuna Wicaksono. Sejak kecil, ia hanya tinggal bersama neneknya yang renta. Kedua orang tuanya meninggal dalam sebuah kecelakaan saat ia masih balita, sementara kakeknya telah lama pergi tanpa kabar. Hidup Arjuna berada di titik terendah ketika ia baru saja lulus SMA. Satu per satu surat penolakan beasiswa datang, menutup harapannya untuk kuliah. Di saat yang sama, penyakit neneknya semakin parah, sementara hutang untuk biaya pengobatan terus menumpuk. Dihimpit keputusasaan, Arjuna memutuskan untuk merantau ke Jakarta, mencari pekerjaan demi mengobati sang nenek. Namun takdir berkata lain. Malam sebelum keberangkatannya, Arjuna menemukan sebuah kotak kayu berukir di balik papan lantai kamarnya yang longgar. Di dalamnya tersimpan cincin perak kuno dengan batu safir biru yang misterius - warisan dari kakeknya yang telah lama menghilang. Sejak menggunakan cincin itu, kehidupanNya berubah drastis.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon RivaniRian21, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 27 Ucup Iseng?

Keheningan yang pekat menyelimuti area proyek. Para preman telah lenyap, hanya menyisakan debu yang perlahan turun kembali ke tanah. Para pekerja masih membeku di tempat mereka, menatap Arjuna seolah ia adalah sebuah penampakan.

Orang pertama yang tersadar dari keterkejutannya adalah Pak Tarno. Ia mendorong tubuhnya dari pilar beton, mengambil napas dalam-dalam seolah baru saja ikut menahan napas selama pertarungan berlangsung. Ia menatap Arjuna, pemuda kurus yang kini berdiri tenang di tengah-tengah mereka, lalu sebuah senyum haru dan penuh kekaguman perlahan terukir di wajahnya yang letih.

PROK...

Pak Tarno mulai bertepuk tangan. Pelan pada awalnya, hanya satu tepukan.

PROK... PROK... PROK...

Tepukannya semakin cepat dan mantap. Satu per satu, para pekerja lain seolah tersadar dari hipnotis. Mereka melihat pemimpin preman yang tak berdaya, lalu menatap Arjuna yang berdiri tegak. Ketakutan di wajah mereka meleleh, digantikan oleh luapan emosi yang tak tertahankan.

Salah seorang pekerja ikut bertepuk tangan, lalu disusul oleh yang lain. Dalam hitungan detik, seluruh area proyek yang tadinya sunyi senyap kini dipenuhi oleh gemuruh tepuk tangan yang riuh dan sorak-sorai yang membahana.

"HIDUP ARJUNA!" teriak salah seorang kuli dengan suara serak.

"TERIMA KASIH, JUN!" sahut yang lain.

Kerumunan pekerja itu tidak lagi menjaga jarak. Mereka semua berlari menghampiri Arjuna. Mereka mengerumuninya, menepuk-nepuk pundaknya, menjabat tangannya dengan erat. Suasana yang tadinya mencekam kini berubah menjadi sebuah perayaan yang gegap gempita.

"Kamu pahlawan kami, Jun!"

"Utang budi kami semua sama kamu!"

"Gila, hebat banget kamu, Nak!"

Arjuna, yang tidak pernah mendapatkan perhatian seperti ini seumur hidupnya, merasa kewalahan. Ia hanya bisa tersenyum canggung, wajahnya memerah karena malu.

"Eh, sudah, Pak, jangan begini..." katanya, mencoba menenangkan.

"Angkat! Angkat pahlawan kita!" seru Budi KW-nya proyek, seorang pekerja yang paling jenaka.

Beberapa tangan kekar langsung mencoba mengangkat tubuh Arjuna ke atas bahu mereka.

"Eh, eh, jangan, Pak! Turunkan saya!" pinta Arjuna, panik sekaligus geli. Ia tidak terbiasa menjadi pusat perhatian seperti ini.

Melihat itu, Pak Tarno tertawa keras lalu maju untuk menenangkan anak buahnya. "Sudah, sudah! Kasihan dia, jangan diganggu terus! Turunkan!"

Setelah Arjuna kembali menapak di tanah, Pak Tarno berdiri di hadapannya, menatapnya dengan tatapan penuh rasa terima kasih yang mendalam.

"Saya... saya tidak tahu harus bilang apa lagi, Nak Arjuna," kata Pak Tarno dengan tulus. "Kamu tidak hanya menyelamatkan proyek ini dari kerugian. Kamu... kamu sudah menyelamatkan kami semua. Menyelamatkan harga diri kami sebagai pekerja."

Ia berbalik menghadap semua pekerjanya. "Dengar semua! Selama anak ini ada bersama kita, saya jamin tidak akan ada lagi preman mana pun yang berani menginjakkan kaki di sini! Hari ini, kita semua berutang pada Arjuna!"

Sorak-sorai kembali terdengar.

Arjuna hanya bisa menunduk, merasa terharu oleh penerimaan dan kehangatan mereka. "Sudah kewajiban kita untuk saling menolong, Pak," bisiknya pelan.

"Betul," kata Pak Tarno. "Dan sebagai rasa terima kasih, pekerjaan hari ini kita sudahi sampai di sini! Kita semua bisa pulang lebih awal!"

Ia lalu menatap Arjuna. "Dan upahmu hari ini, ditambah bonus dariku nanti," katanya sambil tersenyum.

Arjuna duduk di antara para pekerja, berbagi botol air minum dan beberapa potong gorengan yang tiba-tiba muncul entah dari mana. Ia bukan lagi sekadar kuli angkut semen. Di mata mereka, ia adalah pelindung. Seorang pahlawan yang lahir dari debu dan semen. Dan di tengah kehangatan persaudaraan yang baru ia temukan itu, Arjuna merasa bebannya sedikit lebih ringan. Ia mungkin penyendiri dalam rahasianya, tapi ia tidak lagi berjuang sendirian.

Arjuna tiba kembali di kosan jauh lebih cepat dari biasanya. Matahari bahkan belum condong ke barat. Perasaannya campur aduk antara lega, bangga, dan sedikit sisa adrenalin dari kejadian di proyek. Ia bersyukur Pak Tarno memaksanya pulang lebih awal untuk beristirahat.

Saat ia melangkah ke teras, ia melihat Ucup sedang duduk sendirian di bale-bale bambu, secangkir kopi hitam mengepul di sampingnya. Ucup tampak santai, menikmati harinya.

"Lho, Jun?" sapa Ucup, alisnya terangkat karena terkejut. "Tumben jam segini udah pulang? Proyeknya libur?"

Arjuna tersenyum dan menggeleng. "Enggak, Mas Ucup. Cuma disuruh pulang cepat hari ini," jawabnya, memilih untuk tidak merinci alasannya. "Mas sendiri libur kerja?"

"Iya, dapat jatah libur hari ini," kata Ucup sambil menyeruput kopinya. Ia mengamati Arjuna sejenak. "Muka lo kelihatan capek tapi senang gitu. Ada kabar baik ya?"

Arjuna hanya tertawa kecil. Ia memutuskan untuk tidak membahas pertarungannya atau bahkan kabar beasiswanya saat ini. Terlalu banyak untuk diceritakan.

Ucup sepertinya mengerti. Ia tidak mendesak lebih jauh. Ia meletakkan cangkir kopinya dan menatap Arjuna dengan tatapan yang berbeda, lebih serius.

"Jun, gue mau tanya," katanya. "Lo... punya uang, nggak?"

Pertanyaan itu terdengar aneh, tapi Arjuna tahu maksudnya baik. Mengingat tiga lembar uang ratusan ribu yang tersimpan aman di sakunya, pemberian dari Pak Tarno, Arjuna mengangguk dengan mantap.

Melihat anggukan itu, wajah Ucup langsung berubah cerah. Ia berdiri dengan semangat.

"Oke, bagus. Nggak ada tapi-tapian," katanya dengan nada memerintah yang ramah, tanpa basa-basi. "Sekarang lo masuk kamar, ganti baju yang paling rapi yang lo punya. Kita mau pergi."

Arjuna mengerutkan kening, bingung. "Pergi ke mana?"

"Belanja," jawab Ucup singkat. "Perlengkapan perang buat lo di kampus nanti. Nggak mungkin kan calon mahasiswa UNG nggak punya buku tulis, pulpen, sama tas yang layak? Ayo, cepat!"

Arjuna tertegun sejenak. Ia tidak pernah memikirkan hal itu. Ia terlalu fokus pada bagaimana cara mendapatkan uang untuk hidup, hingga lupa bahwa untuk menjadi mahasiswa pun butuh persiapan. Melihat kesungguhan di mata Ucup, Arjuna tidak bisa menolak. Kebaikan hati temannya ini begitu tulus. Ia pun mengangguk setuju.

"Tunggu sebentar ya, Mas," kata Arjuna sebelum masuk ke kamarnya.

Sembari menunggu Arjuna berganti pakaian, Ucup kembali duduk sambil tersenyum sendiri. Pikirannya mulai menyusun rencana. Awalnya, ia hanya berpikir untuk mengajak Arjuna ke toko ATK (Alat Tulis Kantor) besar di dekat pasar. Tapi kemudian, ia berpikir lagi. Arjuna bukan hanya butuh perlengkapan, ia butuh pengalaman. Ia butuh melihat dunia yang akan segera ia masuki. Anak sepintar dan sekuat Arjuna tidak boleh terus-menerus merasa minder karena hal-hal sepele seperti penampilan atau barang yang ia miliki.

‘Toko ATK biasa nggak seru,’ batin Ucup. ‘Sekalian aja gue ajak dia ke mall. Biar dia lihat suasana di sana, biar dia tahu ada banyak pilihan. Anggap aja ini ucapan terima kasih gue yang sesungguhnya.’

Tak lama, Arjuna keluar dari kamarnya. Ia sudah berganti dengan kemeja flanel satu-satunya yang ia bawa dari desa, yang sudah ia cuci bersih, dipadukan dengan celana panjang hitamnya. Terlihat sangat sederhana, namun rapi dan bersih.

Ucup tersenyum lebar melihatnya. "Nah, gitu dong! Ayo berangkat!"

"Kita mau ke mana sebenarnya, Mas?" tanya Arjuna lagi, masih penasaran.

Ucup hanya menepuk pundaknya sambil nyengir. "Ke tempat yang lantainya mengkilap dan ada tangga jalan sendirinya," jawabnya misterius. "Udah, ikut aja. Hari ini, lo serahin semua sama gue."

1
agus purnomo
kopi plus vote suhu
biar nulisny makin lancar...💪
Was pray
kalau merasa terbebani dengan cincin warisan kakeknya ya dilepas saja Juna, daripada kamu mengeluh terus, kayaknya gak ikhlas menerima takdirmu juna
Aman Wijaya
jooooz jooooz gandos lanjut terus
Aman Wijaya
lanjut terus Thor
Aman Wijaya
top markotop ceritanya Thor lanjut
Aman Wijaya
jooooz pooolll lanjut terus
4U2C
𝘆𝗮 𝗶𝗻𝗴𝗮𝘁 𝗮𝘀𝗮𝗹 𝘂𝘀𝘂𝗹𝗺𝘂 𝗔𝗥𝗝𝗨𝗡𝗔 𝗯𝗶𝗮𝗿 𝗽𝗮𝗿𝗮 𝗿𝗲𝗮𝗱𝗲𝗿 𝘀𝘂𝗸𝗮 𝗺𝗲𝗺𝗯𝗮𝗰𝗮 𝗸𝗶𝘀𝗮𝗵𝗺𝘂..
4U2C
𝗷𝗮𝘂𝗵𝗶 𝗼𝗿𝗮𝗻𝗴-𝗼𝗿𝗮𝗻𝗴 𝗸𝗼𝗻𝗴𝗹𝗼𝗺𝗲𝗿𝗮𝘁 𝗔𝗥𝗝𝗨𝗡𝗔 𝘀𝗲𝗯𝗲𝗹𝘂𝗺 𝗸𝗮𝗺𝘂 𝘀𝗲𝗻𝗱𝗶𝗿𝗶 𝗷𝗮𝗱𝗶 𝘀𝗼𝘀𝗼𝗸 𝗸𝗼𝗻𝗴𝗹𝗼𝗺𝗲𝗿𝗮𝘁 𝘀𝗲𝘀𝘂𝗻𝗴𝗴𝘂𝗵 𝗻𝘆𝗮,,𝗶𝘁𝘂 𝘀𝗲𝗺𝘂𝗮 𝗺𝗲𝗺𝗽𝗲𝗿𝘀𝘂𝗹𝗶𝘁𝗸𝗮𝗻 𝗵𝗶𝗱𝘂𝗽𝗺𝘂 𝗻𝗮𝗻𝘁𝗶𝗻𝘆𝗮,,𝗹𝗶𝗵𝗮𝘁 𝗯𝗲𝗹𝘂𝗺 𝗮𝗽𝗮-𝗮𝗽𝗮 𝘀𝘂𝗱𝗮𝗵 𝗮𝗱𝗮 𝗺𝘂𝗻𝘀𝘂𝗵𝗺𝘂 𝗔𝗥𝗝𝗨𝗡𝗔 𝗱𝗶𝗺𝗮𝗻𝗮-𝗱𝗶𝗺𝗮𝗻𝗮..𝘁𝗲𝘁𝗮𝗽𝗹𝗮𝗵 𝗿𝗲𝗻𝗱𝗮𝗵 𝗵𝗮𝘁𝗶 𝗯𝗮𝗻𝘁𝘂 𝗺𝗲𝗺𝗯𝗮𝗻𝘁𝘂 𝘆𝗮𝗻𝗴 𝗸𝘂𝗿𝗮𝗻𝗴 𝗺𝗮𝗺𝗽𝘂..𝗷𝗮𝗻𝗴𝗮𝗻 𝘁𝗲𝗿𝗴𝗶𝘂𝗿 𝗱𝗲𝗻𝗴𝗮𝗻 𝗼𝗿𝗮𝗻𝗴 𝘆𝗮𝗻𝗴 𝗸𝗮𝘆𝗮 𝗿𝗮𝘆𝗮..
4U2C
𝗽𝗮𝗰𝗮𝗿 𝗺𝗶𝗮 𝗥𝗜𝗔𝗡 𝗱𝗶𝗮𝗺𝗯𝗶𝗹 𝗦𝗜𝗡𝗧𝗔 𝗱𝗮𝗻 𝘀𝗲𝗸𝗮𝗿𝗮𝗻𝗴 𝗗𝗜𝗢𝗡,,𝗮𝗽𝗮 𝗮𝗱𝗮 𝗵𝘂𝗯𝘂𝗻𝗴𝗮𝗻 𝗷𝘂𝗴𝗮 𝗗𝗜𝗢𝗡 𝘀𝗮𝗺𝗮 𝗠𝗜𝗔 𝘆𝗮,,𝗱𝗮𝗻 𝗹𝗮𝗴𝗶 𝗸𝗲𝗺𝗮𝗻𝗮 𝗷𝘂𝗴𝗮 𝗽𝗲𝗻𝗴𝗮𝘄𝗮𝗹 𝗶𝗯𝘂 𝗟𝗜𝗔𝗡𝗔 𝘀𝗮𝗺𝗮 𝗠𝗜𝗔,,𝗺𝗲𝗹𝗮𝗺𝘂𝗻,𝗮𝗽𝗮 𝗺𝗮𝘀𝗶𝗵 𝗺𝗲𝗹𝗼𝗻𝗴𝗼..𝗮𝗸𝘂 𝘀𝗮𝗿𝗮𝗻𝗸𝗮𝗻 𝗷𝗮𝗻𝗴𝗮𝗻 𝗯𝘂𝗮𝘁 𝗔𝗥𝗝𝗨𝗡𝗔 𝗱𝗲𝗸𝗮𝘁 𝘀𝗮𝗺𝗮 𝗼𝗿𝗮𝗻𝗴 𝗸𝗮𝘆𝗮 𝘀𝗲𝗱𝘂𝗻𝗶𝗮..𝗺𝗮𝘂 𝗻𝘆𝗮𝗸 𝗔𝗥𝗝𝗨𝗡𝗔 𝗯𝗶𝗮𝘀𝗮 𝗮𝗷𝗮 𝘁𝗮𝗽𝗶 𝗸𝗲𝗿𝗮𝘀,,𝗱𝗮𝗻 𝗱𝗮𝗽𝗮𝘁𝗶 𝗴𝗮𝗱𝗶𝘀 𝘆𝗮𝗻𝗴 𝘀𝗮𝗺𝗮 𝗼𝗿𝗮𝗻𝗴 𝗯𝗶𝗮𝘀𝗮,,𝗯𝘂𝗸𝗮𝗻 𝗠𝗜𝗔 𝗮𝘁𝗮𝘂 𝗔𝗨𝗟𝗜𝗔,,𝗽𝘂𝘁𝗿𝗶 𝗼𝗿𝗮𝗻𝗴 𝗸𝗮𝘆𝗮..
agus purnomo
kopi lagi suhu
Aman Wijaya
lanjut terus Thor semangat semangat ditunggu lagi updatenya 💪💪💪 sehat selalu untukmu Thor sehingga bisa berkarya terus
Aman Wijaya
Arjuna rasa disidak seperti seorang terpidana lanjut terus Thor lanjut
Aman Wijaya
jooooz pooolll Thor 💪💪💪
Aman Wijaya
babat semuanya Juna jangan beri ampun bikin mereka semua tidak bisa bangun
Aman Wijaya
top top markotop lanjut terus Thor semangat semangat semangat
Aman Wijaya
lanjut terus Thor lanjut
Aman Wijaya
jooooz jooooz pooolll Thor lanjut terus
Rita Natalia
Dion siapa ya ?
Achmad
ayo Thor lanjut semangat jangan kendor
Achmad
semangat Thor lanjut semangat
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!