kisah sekretaris yang nikah sama bos nya
⚠️ mengandung scene dewasa ⚠️
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kholifah NH2, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Hazel Ketar-Ketir
Di bawah sinar matahari yang cukup terik, Hazel terpaksa berjemur dihadapan tanah lapang yang ada dihadapannya. Siang itu, dia menemani Dave bertemu dengan rekannya, membahas proyek kerja sama yang akan mereka bangun diatas tanah itu. Meski Dave sudah menutupi kepala Hazel dengan jasnya, rasanya Hazel masih ingin menyerah. Dia tidak kuat berlama-lama berdiri disana, kepalanya mulai pusing.
Hazel menarik-narik kemeja Dave, memberi kode sebab pusing di kepalanya semakin tidak tertahankan.
"Akibat gak pernah olahraga, ini alasannya kenapa saya minta kamu ngegym, biar kamu kuat."
"Huh? Jadi ini alasannya."
"Emangnya buat apa?."
"Enggak, pikiran saya yang kotor, hehehe."
"Dasar."
Dave pun melirik Samuel yang duduk didalam mobil, sepertinya dia harus membiarkan Hazel kembali ke mobil untuk beristirahat. Dave pun mengambil alih kertas-kertas dari tangan Hazel tanpa permisi.
"Kamu ke mobil aja, istirahat."
"Nggak mau, nanti Bapak cemburu saya dekat-dekat Samuel, Bapak tantrum lagi."
"Jangan ngejek, dari pada kamu pingsan disini? Udah sana" Dave sedikit mendorong Hazel menjauhinya, mengarahkan Hazel pada mobil yang terparkir.
Melihat Hazel berjalan, Samuel pun turun dari mobil. Dia perhatikan langkah Hazel yang pelan dan lemas, dia tahu, Hazel tidak kuat panas-panasan. Samuel sudah menduga dari awal, tidak mungkin Hazel bisa terus mendampingi Dave disana. Samuel pun membuka pintu dan Hazel langsung menjatuhkan diri didalamnya.
"Nggak kuat kan panas-panasan?."
"Hm, pusing banget."
"Minum dulu" Ucap Samuel setelah mengambil botol minum berwarna pink milik Hazel,
Hazel pun menerimanya dengan buru-buru, haus sekali rasanya. Dinginnya air mineral sedikit menurunkan suhu panas ditubuhnya. Hazel pun bernafas lega dan bersandar dengan nyaman. Samuel pun menutup pintu dan melangkah menjauhi mobil, dia tidak mau berada di sekitar Hazel sebab tidak mau Hazel kembali dalam masalah.
Mengingat perihal kopi tadi pagi, dia tahu Hazel tidak sengaja mengatakannya, tetapi melihat sikap Dave pada Hazel, membuat Samuel tidak tega. Dia masih ingat saat Dave turun dari mobil dan meninggalkan Hazel begitu saja.
Semua pemandangan itu membuat Samuel memahami bahwa Hazel mempunyai suami yang amat pencemburu, akan lebih baik jika dia menjaga jaraknya dengan Hazel. Dia hanya tidak mau Hazel mendapat masalah yang serupa atau masalah yang lebih besar dari itu.
••••
"Sher? Are you okay?."
"Hiks, hiks, Ajel, my baby."
"hiks...hiks...hiks."
Hazel menautkan kedua alisnya mendengar isak tangis Sherly disambungan telfon, "Kamu kenapa, Sher?."
"Ajel, aku mau ketemu kamu, mau cerita."
"Okeee, aku baru pulang kerja, kamu kesini aja."
"Tapi nyetirnya jangan sambil nangis ya, takut kenapa-napa, tenangin dulu."
"Okey, my baby. Tunggu aku."
Selesai dengan telfonnya, Hazel kembali melanjutkan kegiatannya. Menghapus make up dengan kapas dan sebotol cairan pembersih wajah ditangannya. Dave yang baru selesai mandi, menghampiri Hazel hanya dengan handuk yang melilit pinggangnya.
Dari pantulan cermin dimeja riasnya, Hazel bisa melihat jelas butiran air segar yang membasahi tubuh kekar lelakinya. Hazel terpaku, Dave terlihat sangat seksi. Mata Hazel menangkap butiran air yang meluncur bebas di dada suaminya yang kokoh, turun melewati perutnya yang kencang dan menghilang diikatan handuknya. Melihat kearah bawah, Hazel sontak mengalihkan pandangannya, menghindari tonjolan besar dibalik handuk putih yang menutupinya. Akan sangat berbahaya jika area itu dia lihat terus-menerus.
"Sayang? Air hangatnya udah siap" Bisik Dave saat membungkuk kearah telinga Hazel,
"I-iyaaa, sebentar" Hazel gugup, dia berusaha menyembunyikan rona merah dipipinya. Hazel pun terburu-buru melanjutkan kegiatannya yang tertunda. Sungguh, pemandangan menyegarkan itu membuatnya hilang kendali.
"Mau saya mandiin?."
"Eh, Jangan, aku bisa sendiri. Lagian kan kamu baru selesai."
"Nggak masalah, saya juga belum pakai baju."
"No! No! Aku mandi sendiri aja ya, Sayang. Makasih tawarannya" Hazel berlarian memasuki kamar mandi, meninggalkan Dave yang sedang tertawa lantang ditempatnya. Dia senang membuat Hazel tersipu malu, istrinya itu terlihat sangat lucu dan menggemaskan.
"Tumben pakai piyama? Mau kemana?" Dave bertanya saat melihat Hazel berpakaian di depan lemarinya.
"Huh? Apa setiap malam aku harus pakai baju kurang bahan? Aku bisa masuk angin lama-lama."
"Serius, kamu mau kemana?."
"Mau pergi."
"Kamu mau ninggalin saya?."
"Iya."
"Tapi kenapa? Saya buat kesalahan apa?."
"Udah deh, jangan banyak nanya."
"Hazel? Jawab yang benar, kamu mau pergi kemana?."
"Aku mau pergi ke bawah. Sherly udah nunggu diruang tamu."
"Apa?! Kamu ngerjain saya, ya?."
"Hahaha, kena kamu! Wleeee!" Hazel berlari setelah menjulurkan lidahnya. Sambil menggenggam sisir ditangannya, dia hampiri Sherly yang sudah menunggunya.
Keduanya berpelukan erat, Hazel mengusap lembut punggung Sherly saat perempuan itu bersandar dibahunya. Hazel bisa merasakan kesedihan Sherly lewat pelukannya yang terasa berat, seakan Sherly sedang membagi beban dari keresahan yang ada dihatinya.
"Ajel, kamu habis mandi? Duh, maaf ya, suami kamu pasti ngomel karena aku ganggu waktu kalian."
"Eh, kenapa bahas kesitu? Ayo duduk."
Hazel memberi ruang pada Lala untuk menyajikan minuman dan makanan ringan lebih dulu sebelum meminta Sherly menceritakan masalah yang membuatnya sampai menangis. Hazel menunggu sambil menyisir rambutnya.
"Ajel, my baby...aku hamil."
"APA?!" Hazel berteriak tanpa sadar dan Sherly pun membungkam mulutnya dengan cepat.
"Jangan teriak, Ajel, jangan sampai suami kamu atau pelayan kamu dengar."
"Aku malu kalo orang lain tau soal ini, malu banget."
Hazel mendengarkan cerita Sherly dengan seksama, cerita yang sangat rumit menurutnya. Hazel tahu pekerjaan Sherly sangat beresiko, berhubungan in tim dengan pria tidak mungkin jika kehamilan bukan lah jawabannya. Ditambah sudah banyak sekali pria yang tidur dengan temannya ini. Kemungkinan tidak terjadi kehamilan akan sangat-sangat kecil.
Tetapi satu hal yang membuat Hazel terkejut. Terkejut sekaligus takut lebih tepatnya, Sherly memberi fakta bahwa dia selalu memastikan setiap pria untuk memakai alat pengaman atau kon dom sebelum berhubungan. Sherly tidak pernah terjebak atau kecolongan, dia benar-benar memastikannya. Dan kehamilan ini membuat Sherly bingung setengah mati, sebab dia tidak tahu siapa ayah dari janin di rahimnya sekarang.
Reaksi Hazel cukup jelas, tetapi Sherly tidak menyadarinya. Hazel mulai gusar, dia teringat saat menghabiskan malam bersama Jean. Meski malam itu Jean memakai pengaman, Hazel merasa takut seketika. Dia tidak mau mengandung anak Jean, sangat-sangat tidak mau. Akan menjadi bencana besar kalau itu sampai terjadi. Sekarang Hazel mulai gundah, perasaannya tidak tenang.
"Sher? Kamu serius...pakai kon dom nggak menjamin aman?" Hazel memberanikan diri untuk memastikan ucapan temannya itu,
"Iya, Ajel, barusan aku kontrol, dokter bilang begitu..."
"Nggak ada yang benar-benar aman, kemungkinan hamil pasti ada meski sedikit."
"Dan aku udah kecolongan."
"Oh Tuhan, jangan sampai aku hamil anak Jean, aku nggak mau"
Setelah beberapa jam menghabiskan waktu dengan Sherly, Hazel pun kembali ke kamar. Dia mengambil kalender kecil diatas meja dan menghitung tanggal datang bulannya yang akan tiba beberapa minggu lagi. Hazel semakin takut, jika dia tidak datang bulan, dia akan dihantui bayang-bayang kehamilan. Dia akan memastikannya jika itu benar terjadi.
"Tenang Hazel, tenang."
"Cuma sekali, nggak mungkin langsung hamil kan?."
"Toh, Jean pakai kon dom. Nggak bakal terjadi apa-apa."
...•••••...
...Bersambung ...
.
.
Duhhh jadi ikutan takut, gimana kalo Hazel hamil? Kasian Dave kuuuu 😭
yg penasaran kelanjutannya, klik love ya, klik like dan komentarnya juga.
Makin seruuu!!!
buat hazel si cwek gatel semoga dave ninggalin lu,lu gk pantes jd istrinya😡😡😡