Semenjak kematian 'DIA' Aqila makin brutal dan makin bringas. Ia tak segan-segan untuk membunuh mereka yang sudah mengusik ketenangannya. Dia tak akan pernah menyerah dan berhenti untuk mencari seseorang yang sudah membunuh 'DIA.
"Darah dibalas dengan darah."
"nyawa dibalas dengan nyawa."
"penghianat tetaplah penghianat, mereka hanya sampah masyarakat yang hanya bisa membuat meresahkan. Jika hidupnya tak guna kenapa tidak mati saja?"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yuniar Febriyanti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 27
"AQILA TURUN GAK LO," teriak Alea yang suaranya memenuhi Mansion Mahendra dan langsung mendapatkan geplakan dari Wilona.
"Lu malu-maluin anjir," kesal Wilona.
"Ya kalem dong nyet, sakit nih tangan gua ditabok sama lo," kesal Alea sambil mengelus lengan nya yang ditabok oleh Wilona.
"Udah - udah, kalian ini berantem aja terus," lerai Jesika.
Di saat mereka sedang ribut, datanglah Aqila dan Tara yang sedang berjalan di tangga.
"Hai teman - teman bangsatku," ucap Aqila membuat teman-temannya kesal.
"Lu yang bangsat, sialan. Kita-kita udah pada khawatir sama lo, eh tau-taunya lo malah enak-enak 'kan sama nih cowo," sinis Alea.
"Enak-enak 'kan pala lo, gua jatuh dari ketinggian anjir," kesal Aqila dan dia pun duduk di sofa.
"Dih anjir gua kira lu pas udah jatuh dari ketinggian ada perubahan, eh taunya masih aja nyebelin," sinis Alea.
"Lu napa dah? perasaan sinis-sinis mulu ke gua. Gak kangen gua gitu?" tanya Aqila dan dia pun bangkit dari duduknya dan merentangkan tangannya.
"Ya kangen lah, anjir," ucap Alea, Jesika, dan Wilona secara bersamaan dan langsung memeluk Aqila dengan eratnya.
"Udah woy sesek gua," ucap Aqila yang memang dia sesak karena dipeluk begitu erat oleh mereka bertiga.
"Bodo amat, siapa lu maen terjun di tebing," ucap Alea yang enggan melepaskan pelukannya yang diangguki oleh Jesika dan Wilona.
"Udah hei lepasin Aqila nya, kasian dia sesak napas. Kalo misalnya dia meninggal, kalian loh yang pertama kali dia gentayangin," ucap Hutan membuat mereka menoleh ke arahnya dan melepas peluk 'kannya.
"Lo Rimba?" tanya Alea menyelidik kepada Hutan atau Tara.
"Rimba? siapa Rimba? aku Tara," ucap Tara yang masih belum mengerti.
"Namanya bukan Tara, tapi Hutan," jelas Aqila membuat ketiga temannya bingung.
"Hah? maksudnya gimana ini?" tanya mereka yang masih tak paham.
"Jadi nama dia tuh Hutan, tapi dia maunya dipanggil Tara. Terus, mukanya emang mirip sama Rimba," jelas Aqila membuat mereka menganggukan kepalanya paham.
"Eh guys kayanya kita harus telepon Kiara, gua yakin dia pasti seneng banget," ucap Alea.
"Ya udah sih, telpon aja," ucap Wilona dan diangguki oleh semua orang, kecuali Tara.
Alea pun langsung menelpon Kiara dari ponsel bergambar apel setengah digigit.
"Gimana nyambung gak?" tanya Jesika.
"Nyambung, tapi gak diangkat," ucap Alea.
"Coba telpon lagi, mungkin dia lagi tidur. Kan jam Indonesia sama London beda," ucap Aqila yang bener adanya.
"Tumben lo ngomong bener," kata Alea.
"Bacot lo," sinis Aqila tapi dihiraukan oleh Alea.
"Hallo," ucap Alea yang sudah menyambung dengan nomor Kiara.
"Apa sih Nyet? lu nelpon gak tau waktu amat. Lagi bocan nih gua," kesal Kiara di sebrang sana yang merasa terganggu oleh telpon dari Alea.
"Dih gua mah udah tau diri kali, wong di sini udah siang," ucap Alea.
"Tapikan di sini udah malem anjir," kesal kiara.
"Hah? masa udah malem?" tanya Alea dengan polosnya. Ah tidak, lebih tepatnya so polos.
"Serah lo dah, stress gua lama-lama debat sama lo. Btw kenapa lo nelpon gua? tumben-tumbenan," cibir Kiara di sebrang sana.
"Emm gua nelpon lo karena ada sesuatu hal yang pengen gua omongin," ucap Alea mode serius.
"Ngomongin apa?" tanya Kiara.
"Ada orang yang mirip banget sama Rimba," ucap Alea membuat Kiara diam sesaat.
"Lo ga usah boong Le, lo tau 'kan Rimba udah gak ada dan gak mungkin juga dia masih hidup atau pun ada yang mirip dengannya," lirih Kiara.
"Iya gua tau, tapi kalo lo gak percaya lo bisa dateng ke sini. Mansion keluarga Mahendra," kata Alea.
"Oke, malam ini juga gua bakalan ke Indonesia," ucap Kiara.
Pip
Kiara mematikan panggilan sepihak.
"Gimana?" tanya Aqila.
"Dia bakalan langsung kesini," ucap Alea.
"Emang sih ya Kiara itu tipe-tipe cewe setia," ucap Jesika.
"Setia-setia biji mata lo, dia cabangnya banyak anjir," cibir Alea.
"Ya gak apa-apalah banyak cabang, yang penting gak banyak cowonya," ucap Aqila.
"Apa bedanya anjir cabang sama cowo?" tanya Alea.
"Ya cabang ya cabang aja, cowo ya cowo," ucap Aqila membuat Alea mendengus sebal.
"Udah heh, kalian ini berantem terus," omel Wilona.
Di saat Alea ingin membalas perkataan Wilona, ucapannya terpotong oleh seseorang.
"AYANGGG," teriak Gibran.
Yaps, yang datang dan berteriak itu adalah Gibran. Gibran berserta kawan-kawannya.
Gibran pun langsung memeluk erat Aqila.
"Kangen," bisik Gibran.
Aqila yang mendengar ucapan Gibran pun tersenyum tipis, dan membalas pelukan Gibran.
"Aku juga kangen kamu," ucap Aqila makin mempererat pelukannya.
Gibran pun tersenyum tipis saat Aqila memeluknya erat, Gibran pun melepas pelukannya.
"Kamu kemana aja selama ini heh?" tanya Gibran sembari mengomel kepada Aqila.
"Habis berduaan sama cowo," bukan Aqila yang menjawab melainkan Alea.
"Serius Yang? kamu jangan gatel deh ke cowo. Kalo gatel sini aku yang garuk jangan ke cowo lain," omel Gibran.
"Kamu ngomong apa sih Gib? mana ada aku gatel sama orang," kesal Aqila.
"Terus tuh cowo siapa? kok mirip Rimba?" tanya Gibran sambil melirik ke arah Tara.
"Kenalin nama saya Tara," ucap Tara memperkenalkan dirinya.
"Ralat, namanya Hutan. Tapi dia suka dipanggil Tara," ucap Aqila membenarkan ucapan Tara.
"Kamu tuh kenapa sih? suka banget nistain saya," ucap Tara dengan kesalnya tapi tak dihiraukan oleh Aqila.
"Oh namanya Hutan, untung dipanggilnya Tara bukan Tan," ucap Arga.
"Emang kenapa kalo dipanggilnya Tan?" tanya Wili penasaran.
"Kalo Tan-Tan malah bisa jadi Mantan, atau gak ya Orang Utan," jawab Arga dengan polosnya, sangking polosnya. Ingin rasanya Wili menampol wajah Arga.
"Yang sopan dong sama orang," cibir Wili.
"Maafin temen gua ya Tar, dia emang agak kurang waras," ucap Wili meminta maaf kepada Tara karena tak enak dengan perkataan Arga.
"Iya gak apa-apa kok, sans aja. Lagian juga aku paham kok, muka temen kamu emang kaya orang yang minus ahlak," ucap Tara dengan santainya, dan itu membuat yang lain tertawa. Kecuali Alland dan Wilona yang hanya tersenyum tipis.
"Aduh ngakak gua," ucap Alea sambil memegang perutnya yang sakit karena tertawa.
"Gua sleding juga ya kalian semua," gerutu Arga.
"Aduh-aduh kalian ini malah berdiri aja, duduk dulu dong. Nih Mommy ambilin cemilan," ucap Mommy Siska sambil membawa cemilan dan minuman yang dibantu oleh ART di sana.
"Aduh Mommy jangan repot-repot, aku 'kan jadi malu," ucap Alea tapi tetap mengambil cemilan yang dibawa oleh Mommy Siska.
"Malu-malu biji mata lo, ngemeng malu masih aja lo ambil makanannya," cibir Wili, "eh Mom, kalo bisa sih dibanyakin lagi makanannya," sambung Wili yang malah ikutan mencomot makanan itu.
"Yee sama aja lu dugong," cibir Alea.
"Sudah-sudah jangan pada ribut, nanti Mommy bawain lagi. Sekalian kalo kalian mau bawa pulang juga gak masalah," ucap Mommy Siska membuat yang lainnya senang.
"Uh Mommy Siska emang paling pengertian," puji Wili dan dibalas senyuman oleh Mommy Siska.
"Ya sudah Mommy ke dapur lagi, kalian duduk dan nikmati cemilannya," ucap Mommy Siska.
"Iya Mom," ucap mereka dan duduk di sofa.
Mommy Siska dan ART pun masuk lagi ke dapur.
"Oh ya yang mendorong lo siapa?" tanya Alland.
"Monica," jawab Aqila membuat yang lain mengerutkan keningnya.
"Bukannya-,' ucapan Alea terpotong oleh perkataan Aqila.
"Monica, Tera, sama Dewi itu masih hidup, dan mereka masih berkeliaran di sekitar kita," ucap Aqila.
"Berkeliaran, lo kira hewan apa," ucap Alea.
"Iya, hewan berbentuk manusia," ucap Alland dengan santainya.
"Nih anak kalo ngomong suka bener," cibir Arga dan Alland hanya memutar bola matanya malas.
"Apa maksud lo dari yang lo omongin mereka berkeliaran?" tanya Jesika.
"Lo tau murid baru yang masuk ke sekolah kita?" tanya Aqila dan yang lainnya pun menganggukan kepala kecuali Tara.
"Mereka itu, Monica, Dewi, dan Tara," ucap Aqila membuat yang lain diam tak bergeming.