NovelToon NovelToon
Di Waktu 24 Jam

Di Waktu 24 Jam

Status: sedang berlangsung
Genre:Horor / Rumahhantu / Mata Batin / Kumpulan Cerita Horror / Hantu / Roh Supernatural
Popularitas:2.4k
Nilai: 5
Nama Author: ashputri

Kumpulan Cerita Pendek Horor

Tidak terlihat bukan berarti tidak ada. Mereka selalu memperhatikan kita, setiap waktunya. Tidak peduli itu pagi, siang, sore, atau malam. Selama 24 jam kita hidup bersama mereka.

Jangan merasa tenang ketika matahari masih muncul di hadapan kita. Mereka tetap akan memberitahu jika mereka ada, walaupun ketika matahari masih bertugas di langit atas. Bukan hanya malam, mereka ada setiap waktunya. 24 jam hidup berdampingan bersama kita.

Mereka ada, melakukan kegiatan layaknya manusia. Mereka bisa melihat kita, tetapi kita belum tentu bisa melihat mereka. Hanya ada beberapa yang bisa merasakan kehadiran mereka, tanpa bisa melihatnya.

Apa yang akan kamu lakukan, jika kamu bersama mereka tanpa sadar. Apa yang akan kamu lakukan, jika mereka menampakkan dirinya di depan kamu. Mereka hanya ingin memberitahu jika mereka ada, bukan hanya kita yang ada di dunia ini.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ashputri, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

26. Kuntilanak di Waktu Subuh

"Kamu mau beli sarapan sekarang Dil?"

Dengan menuruni anak tangga perempuan bernama Dila menganggukkan kepalanya untuk menjawab pertanyaan dari sang Ibu.

"Tapi di masjid masih suara ngaji loh, ini juga terlalu pagi buat beli sarapan," ujar Vina selaku Ibu dari Dila.

"Gapapa, lagian deket kok," jawab Dila.

"Kamu gak pake jaket? Dingin loh," tanya Vina saat melihat anak perempuannya hanya menggunakan piyama tidur panjang serta kerudung bergo berwarna hitam.

"Oh iya." Dila berlari naik ke atas untuk mengambil cardigan yang tergantung di kamarnya. Setelah itu ia berlari turun kembali dengan cardigan hitam yang sudah terpasang di tubuhnya, "aku keluar ya Bu."

Vina menghembuskan napasnya pelan mendengar jawaban Dila, "ya udah, kamu mau sendiri apa dianterin."

"Sendiri aja," jawab Dila seraya mencari sandal di rak depan, "sandal aku mana Bu."

"Sandal yang mana?"

"Warna pink."

"Gak tau, Ibu gak liat. Pakai yang ada aja dulu," ujar Vina seraya pergi ke dapur.

Dila menghela napas pelan, ia mengambil sepasang sendal jepit berwarna merah milik ibunya.

"Kamu mau ke mana Kak?"

Dila tersentak kaget dan langsung menoleh ke arah belakang. Ia mengelus dadanya yang berdetak dengan kencang karena terkejut, "mau beli sarapan."

"Pagi banget belinya," ucap ayah Dila seraya menatap langit yang masih menggelap, "masih gelap, emang udah buka?"

Dila menganggukkan kepalanya pelan, "udah, dia subuh buka. Biar aku belinya pas masih anget, lebih enak." Ia menatap ayahnya yang baru saja pulang. "Ayah tumben gak sampai selesai di masjid."

"Gapapa," jawab ayahnya singkat.

"Kamu mau lewat mana Dil?" tanya Vina yang keluar dari area dapur dengan membawa teh hangat di tangannya.

"Lewat gang samping."

"Sepi lewat sana Kak," ucap ayah Dila seraya meminum teh hangatnya.

"Gapapa lah, lagian udah pagi kok. Mana ada hantu pagi-pagi," ujar Dila.

"Kan ada jalan besar, mending lewat situ aja. Sedikit ramai, kalau gak ada orang lewat kan pasti ada kendaraan yang lewat karena deket jalan raya," jelas ayahnya.

Dila menggelengkan kepalanya beberapa kali, menolak penjelasan ayahnya, "gak ah, kejauhan. Takut kehabisan nanti."

"Kamu beneran mau lewat gang samping?" tanya ayahnya lagi.

"Iya," jawab Dila seraya menganggukkan kepalanya beberapa kali.

"Beneran?"

"Iya," jawab Dila tidak sabaran, "sepi doang kok, gak bakal ada apa-apa."

Ayah Dila menghela napas pelan mendengar jawaban dari putrinya, "horor lewat sana, kan banyak yang diliatin kalau lewat sana sendiri pas lagi sepi," jelas ayah Dila sekali lagi.

"Gapapa, gak bakalan ada kok. Nanti aku baca doa pas lewat sana," ujar Dila menenangkan.

"Kamu gak pake kacamata? Emang keliatan?" tanya Vina lagi.

Dila menggelengkan kepalanya, "gapapa, masih keliatan kok."

"Ya udah hati-hati."

"Ibu sama Ayah mau nitip gak?" tawar Dila.

"Gak, biasanya yang lain sarapan agak siang. Nanti aja biar Ibu yang beli," ujar Vina.

Dila menganggukkan kepalanya, "ya udah, aku jalan ya."

"Iya hati-hati, baca doa. Jangan takut, biar beneran gak diliatin."

"Iya," balas Dila seraya melangkah keluar untuk mencari sarapan pagi ini.

Rumah Dila berada di area padat penduduk yang masuk ke dalam gang kecil. Ia melirik ke kanan dan kirinya yang masih terlihat sepi. Bahkan beberapa rumah terlihat tertutup rapat dengan penghuni yang masih tertidur.

Suara pengajian dan doa-doa setelah subuh masih terdengar di telinganya. Dila menatap langit subuh yang masih terlihat gelap. Ia melanjutkan langkahnya seraya merapatkan cardigan yang ia pakai pagi ini.

Lampu-lampu jalanan masih menyala dengan terang, tanpa niatan untuk dimatikan sebelum matahari terbit. Dila masih terus melangkah di jalanan yang sepi seorang diri demi membeli sarapan pagi yang masih hangat.

"Tumben sepi banget," gumamnya.

Dila memegang dadanya yang terasa tidak enak. Ia melirik sekitarnya yang sepi karena perasaannya sedikit mengganjal, "kok perasaan gue kaya gak enak gitu ya? Tapi kenapa?"

Dila tetap melangkah dengan pelan seraya menikmati udara pagi. Ia mencoba untuk mengabaikan perasaan tidak enak pada dadanya. Dirinya sedikit tidak yakin jika harus memutar balik ke arah rumahnya.

Dila menoleh ke sekitar, biasanya ada beberapa Bapak-bapak yang melintas di area tersebut setelah pulang dari masjid. Tapi hari ini jalanan terlihat sepi dan hanya Dila seorang diri yang berada di sana.

"Biasanya ada beberapa orang yang lewat, kok sekarang gak ada ya?" gumamnya lagi untuk menghilangkan rasa resah di dadanya.

Dila berbelok ke arah gang kecil yang tidak jauh dari gang rumahnya. Ia menghentikan langkahnya sebentar, menatap gang tersebut yang terlihat tampak sepi. Dengan perasaan setengah takut, ia melangkah masuk ke dalam gang tersebut.

Ia terus melangkah pelan di gang sepi tersebut. Tangannya menggenggam dompet dan ponselnya dengan erat. Sesekali Dila melirik sekitarnya dan beberapa rumah yang tampak sepi.

"Anjir beneran," umpatnya.

Langkah Dila memelan saat matanya melihat sesuatu di depan. Matanya terus memicing untuk memastikan jika dirinya tidak salah melihat. Ia terus melangkahkan kakinya mendekat ke arah sesuatu yang ia lihat tersebut. Seketika langkahnya terhenti saat tau di depannya terdapat sosok yang sering diceritakan oleh warga sekitar rumahnya.

Di depan Dila terdapat perempuan berambut panjang dan kusut yang berdiri membelakanginya. Baju putih panjang dan longgar serta dibeberapa bagian terdapat bercak kotoran membuat Dila yakin jika perempuan di depannya bukanlah manusia.

Ia terdiam sebentar untuk mencerna apa yang sedang ia lihat saat ini. Dalam hati Dila sedikit menyesali jika dirinya tidak mendengarkan apa yang ayahnya katakan tadi. Pantas saja selama ia keluar dari rumah perasaan tidak enak itu muncul. Apa yang ia takutkan dari perasannya tadi terjadi juga saat ini.

"Aduh."

Dengan langkah pelan tapi pasti Dila melangkah mundur menjauhi sosok tersebut. Untung bagi Dila jika sosok tersebut membelakangi dirinya. Saat dirasa sudah sedikit jauh dari sosok tersebut, Dila berbalik dan berlari menjauh keluar dari area gang sepi.

Setelah keluar dari gang sepi tersebut Dila menghentikan langkahnya. Ia berbalik dan menatap ke belakang, tempat di mana ia menemukan sosok dengan baju putih dan rambut panjang kusut itu.

"Sumpah tadi gue liat apaan?!"

Dila masih mengatur napasnya yang tidak beraturan. Ia memegang dadanya yang terasa sesak karena berlari. Selain itu jantungnya juga masih terus berdetak dengan kencang saat tau dirinya bertemu dengan sosok yang sering dibicarakan.

"Jadi tuh hantu yang sering dibicarain sama warga?" Dila menghembuskan napasnya pelan untuk menetralkan rasa terkejut dan takutnya. "Untung dia gak ketawa atau nengok, bisa lebih takut lagi gue."

Ia melangkah berbalik ke arah yang berlawanan. Dirinya akan memutar lebih jauh daripada harus bertemu dengan sosok perempuan tadi. Sebenernya dirinya tidak yakin jika tadi merupakan hantu, tapi ia terlalu panik dan takut sehingga langsung berlari.

"Parah tuh kunti, gue cuman mau beli sarapan. Malah muncul, udah subuh juga," gumamnya dengan suara sedikit gemetar.

Pengalaman yang baru saja ia alami selama hidupnya. Ia juga tidak akan melewati gang tersebut lagi jika keadaannya terlalu sepi. Seharusnya ia belajar banyak dari warga sekitar yang selalu menceritakan sosok gang samping rumahnya itu.

"Anjir sumpah, deg-degan lihat hantu. Sedikit kaget, sisanya kaget banget."

•••

1
Desmar Sagitarius Chiputry Thanjung
Tiap bab beda orang dn ceritaa..
Desmar Sagitarius Chiputry Thanjung
Aneh ini cerita tip bab beda2 orang..
ashputri: halo kak, setiap bab beda cerita karena ini cerpen ya kak. Bukan novel, cerpen akan habis di satu bab aja. Jadi di sini setiap babnya beda-beda ceritanya 😊
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!