Cinta, benarkah cinta itu ada? kalau ya, kenapa kamu selalu mempermainkan perasaan ku.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Erny Su, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 27
Satu minggu telah berlalu Dion tidak kunjung kembali, dan Jiwa pun sibuk dengan pekerjaannya saat ini yang tengah menggantikan Dion meeting penting bersama beberapa klien nya.
Pria yang kini tengah mempersiapkan pesta pernikahan nya yang begitu megah itu pun mempercayakan semuanya pada Jiwa meskipun sesekali dia masih bekerja di luar kantor.
Bukan Rudy tega tapi itu juga sebagai hukuman karena gara-gara Jiwa tidak jadi pergi dia pun harus terjebak di pernikahan nya saat ini.
Jika saja wanita yang Rudy tiduri bukan gadis baik-baik mungkin saat itu dia lebih memilih membayar denda daripada harus menikah, tapi mendapati reaksi keluarganya yang langsung menerima gadis itu dengan baik dan mereka bahagia karena ternyata anak mereka tidak belok dan mereka mengadakan syukuran besar-besaran atas rasa syukur mereka saat ini.
Rudy sudah menikahi Wina secara resmi, dan saat ini adalah persiapan pesta pernikahan nya. Pria itu boleh menolak dan mengatakan bahwa ia tidak ingin menikah, tapi kenikmatan yang dia dapatkan dimalam pengantin nya itu kini telah mematahkan egonya.
Sementara Jiwa yang juga mendapat job bernyanyi pun akhirnya harus menyelesaikan pekerjaan nya secepat mungkin beruntung asisten ayah Rudy datang membantunya.
Dengan wajah lelah Jiwa pun datang ke cafe dan seperti biasanya dia numpang mandi di ruangan pribadi milik Devan.
Saat ini dia harus menghibur orang yang sedang berulang tahun, dan Jiwa pun diminta untuk menggunakan dress yang telah disediakan.
Dia tidak tau bahwa saat ini yang tengah berulang tahun adalah Alvaro kakak dari Alvin yang kini mengundang teman-teman nya untuk reunian di cafe super mewah itu.
Tidak hanya teman dan kerabat dari matan istrinya yang kini hadir disana tapi juga Alvin dan putri satu-satunya pun tidak ketinggalan dengan segala kehebohan nya.
Jiwa bahkan tidak menyadari bahwa dibagian outdoor cafe tersebut sudah disulap menjadi lantai dansa untuk pasangan yang hadir disana.
Dia juga tidak tahu bahwa salah satu tamu kehormatan di acara ulang tahun Alvaro adalah Dion dan istrinya juga keluarga Kasandra yang merupakan kerabat mantan istri Alvaro.
Sila juga hadir di sana dia langsung menghampiri putrinya yang sejak tadi anteng duduk bersama Alvin dan Alvino.
Dia adalah mantan istri Alvaro yang merupakan seorang dokter spesialis di sebuah rumah sakit, dia mengikuti jejak kakak iparnya yang tidak lain adalah Kirani ibunya Kasandra.
"Jiwa yang kini masih tidak percaya bahwa dia menggunakan gaun pesta yang sangat mewah berwarna merah maroon dengan belahan punggung yang lebar hingga hampir ke pinggang, dan juga anting berlian yang kini berkilauan.
Dia sempat protes pada Devan karena dia merasa tidak pantas menggunakan itu, dan lagi saat ini dia didandani oleh MUA hingga dia sendiri pangling dan tidak mengenali dirinya sendiri jika saja dia tidak bertahan untuk tetap waras.
Jiwa pun keluar dan berjalan menuju panggung disana sudah ada teman duet barunya selain Rudy, namanya Fathir.
"Selamat malam semuanya saya maaf jika saya datang terlambat, oh iya Fathir siapa kiranya yang sedang berulang tahun saat ini hmm..."ucap Jiwa yang kini menatap kearah Fatir dengan sengaja.
"Oh tuhan ku kira kamu tau tamu kehormatan kita saat ini...."ucap Fathir.
"Hmm... bos tidak beritahu aku tapi sepertinya aku lihat bukan orang sembarangan."bisik Jiwa yang kini terlihat intim dengan Fathir hingga membuat dua orang pria mengepalkan tangannya.
"Tuan Alvaro Wijaya sayang."ucap Fathir yang kini membuat semua orang terkekeh.
"Oh my God Fathir, aku sampai tidak lupa jika seperti itu mari kita ucapkan selamat bertambah usia bagi tuan Alvaro Wijaya semoga semakin berjaya dan sukses."ucap Jiwa yang kini diaminkan oleh semua orang.
"Kakak cantik! Kakak cantik kenapa tidak mengucapkan selamat pada ku, dan kenapa tidak menyapa aku kakak sombong."ucap Alice yang kini berlari kearah Jiwa yang masih sangat ia kenali dan saat dia rindukan setelah bertahun-tahun lamanya.
"Alice jadi daddy mu yang berulang tahun?"ucap Jiwa yang kini menyambut Alice dan mensejajarkan dirinya dengan anak berusia tujuh tahun itu.
"Semua orang terlihat kagum karena melihat kedekatan mereka hingga Sila menatap tidak suka pada Jiwa.
"Hmm... Alice mau bernyanyi untuk daddy bersama kakak?"tanya Jiwa.
"Tentu saja."ucap Alice.
"Baiklah sekarang kita nyanyikan lagu selamat ulang tahun untuk daddy Alice."ucap Jiwa yang kini mulai bernyanyi dan dia membawa Alice kearah tamu undangan sambil menyanyikan lagu selamat ulang tahun yang diikuti oleh semua orang yang ada di sana atas ajakan dari Jiwa kecuali Dion yang kini masih diam sambil menatap kearah istrinya yang kini tampil lebih cantik dari biasanya dan melihat gaun Jiwa yang terbuka itu membuat Dion menyimpan kemarahan dalam jiwanya.
Sampai lagu ulang tahun itu selesai Jiwa pun kembali ke panggung sendirian karena saat ini Alice diambil alih oleh Sila yang tampak tak suka.
Jiwa masih tidak menyadari kehadiran Dion diantara deretan tamu undangan tersebut, dia pun kembali menyanyikan sebuah lagu cinta yang merupakan request dari salah satu rekan bisnis Alvaro saat ini yang meminta lagu tersebut.
Suasana pun semakin semarak kala Jiwa menyanyikan lagu tersebut dengan penuh penghayatan.
"Cinta..."sambung Fathir.
Jiwa pun duduk di samping tamu undangan yang meminta lagu tersebut dan sesekali mengajak nya berduet saat Fathir terdiam di panggung meskipun suara wanita itu sungguh sangat pas-pasan jauh jika dibandingkan dengan jiwa tapi itu mampu menghangatkan suasana.
Jiwa pun kembali kearah panggung tapi kali ini dia tidak untuk bernyanyi melainkan hendak memberikan kado sebelum acara ulang tahun benar-benar mulai oleh pemilik acara, karena tadi Jiwa hanya menyanyikan lagu untuk menyambut mereka.
"Selamat ulang tahun tuan Alvaro Wijaya maaf terlambat mengetahui nya hmm... ini kado ulang tahun dari kami semua semoga anda suka."ucap Jiwa yang kini membuat semua orang berseru.
"Buka-buka!"suaranya semakin menggema.
Alvaro pun berterimakasih pada Jiwa dan semuanya, dan kini dia membuka kado tersebut. tapi itu belum selesai karena ternyata kado itu masih dibungkus berlapis-lapis dan Alvaro tidak menyerah hingga kado tersebut menjadi kado terkecil dan.
Semua orang tertawa karena isi didalamnya ternyata kosong."Wah ini sih parah sabotase nih."ucap Jiwa yang membuat Alvaro terkekeh.
"Wah kenapa kadonya ada di punggung mu."ucap fatir yang kini menarik tangan Jiwa yang menggenggam sebuah bolpoin.
"Wah ternyata kadonya masih berupa permohonan tuan, bagaimana dong? Ada yang punya kertas disini?"ujar Jiwa yang kini melirik kearah lain bertepatan dengan tatapan mata dari seseorang yang sangat ia kenali saat ini yang menatap datar kearahnya.
...*****...
"Begini saja karena tidak ada yang bawa buku catatan saya akan mengabulkan permintaan anda secara langsung di tangan anda."ucap Jiwa yang kini masih berusaha untuk tetap profesional meskipun hatinya terluka.
"Hmm..."balas Alvaro.
"Katakan anda ingin kado apa?"tanya Jiwa sambil tersenyum.
"Aku ingin cintaku kembali bersama ku."ucap Alvaro tanpa melirik pada siapapun.
"Hmm... itu sih sangat mudah tuan ucap Jiwa kini menulis sesuatu di telapak tangan Alvaro.
"Tutup tangannya dan buka setelah hitungan ketiga ya."ucap Jiwa.
Alvaro pun bingung karena Jiwa membuat pola abstrak di tangan nya.
"Bantu di hitung ya ladies and gentleman."ucap Jiwa yang kini mulai berhitung.
"Satu!
"Dua!
"Tiga!
"Buka!!"teriak semua orang.
"Apa ini?"ucap Alvaro yang kini berdiri di hadapan semua orang sambil kebingungan.
"Apa anda bingung?"tanya Jiwa.
"Ya aku bingung apa ini?!"ucap Alvaro lagi.
"Anda saja bingung apalagi saya!"ucap Jiwa yang membuat semua orang tertawa terbahak-bahak.
Alvaro pun geleng-geleng kepala sambil tersenyum tipis."Bini ya tuan Al, siapapun tidak akan pernah bisa mengembalikan cinta yang sudah pergi. Tapi keajaiban dunia terkadang datang tak diduga dengan begitu sebaiknya kita pasrahkan saja pada yang maha kuasa, tapi jika anda berani sih mending tembak ulang mumpung masih berada di acara spesial dia pasti tidak akan pernah bisa menolak, dijamin meskipun nanti setelah nya antara kembali ditinggal atau kembali untuk selamanya."ucap Jiwa sambil terkekeh kecil dan kembali membawa tawa para tamu undangan.
"Hmm..." lirih Alvaro.
"Jangan bingung semua butuh pembuktian, ayo buktikan dan tunggu sebentar."ulang Jiwa lagi yang kini mencari sesuatu.
Tangan Jiwa meraih bunga yang ada di pas bunga di meja tamu dan buru-buru membawanya kearah Alvaro yang masih berdiri kokoh di hadapan para tamu undangan.
"Ini saya jamin dia tidak akan menolak, kalo menolak pepet saja bukankah laki-laki seperti itu iya gak."ucap Jiwa yang kini kembali membawa tawa semua orang yang kini merasa terhibur.
"Ayo hampiri dia saya jamin itu bunga ajaib kalau tidak mempan biar saya yang menjadi ibu sambung untuk Alice hehehe."ucap Jiwa.
"Mulai modus! Udah ada yang punya juga sadar woy."ucap Fathir.
"Ya dibilangin, gak papa kan cari lagi. Masa laki-laki boleh men lima wanita enggak kan gak adil."ucap Jiwa yang kini duduk di tangga panggung sambil pura-pura sedih.
"Curhat...!"ucap Fathir.
"Tau ajah hahaha... jangan dengarkan dia yang tuan dan nyonya dia mah terkadang benar ucap Jiwa lagi yang kini kembali menantang Alvaro untuk menyatakan cinta.
Alvaro pun terpaksa mendekat, dia menghampiri Sila yang kini terlihat salah tingkah.
"Tembak...!! Tembak!!"ucap Jiwa dan diikuti oleh semua orang.
"Sila, aku mungkin tidak sempurna dan kamu tau semua kekurangan ku. Tapi aku tidak akan pernah menyerah dengan cinta ini, cinta pertama dan terakhir yang tetap sama yaitu dirimu... maukah kamu kembali bersama ku, bersama kita kembali membesarkan putri kita."ucap Alvaro yang kini menyodorkan bunga pada Sila yang kini menatap lekat wajah Alvaro mencari keseriusan disana.
"Ah aku mau!"teriak Jiwa yang kini membuat semua orang tertawa dalam suasana tenggang.
"Woy yang lagi ditembak yang ono."ucap Fathir yang kini menempelkan punggung tangan nya di kening Jiwa.
"Ah pantas saja panas."ucap Fathir lagi.
"Gak panas gimana orang aku sudah banting tulang seharian bekerja sekarang kerja lagi."ucap Jiwa.
"Untuk apa kerja bukankah sudah memiliki suami yang kaya raya?"ucap Fathir.
"Untuk membeli dunia ini beserta isinya agar tidak ada lagi yang namanya perbedaan karena aku akan meratakan nya."ucap Jiwa.
"Oh my God, sepertinya dia semakin demam."ucap Fathir.
"Woy itu diterima nggak lama nih nunggunya!"ucap Jiwa yang kini kembali membuat mereka tertawa.
Gaya Jiwa yang ceria dan ceplas-ceplos saat ini, sungguh terbaik dengan sifat jiwa yang asli. Tapi itu adalah tuntutan kerja.
"Woy kalau kamu ngoceh terus kapan kesempatan itu datang."ucap Fathir.
"Hmm... aku bersedia untuk kembali tapi kamu harus janji satu hal, untuk lebih terbuka."ucap Sila yang kini membuat semua orang bertepuk tangan termasuk Jiwa saat Alvaro menyetujui syarat yang diajukan oleh Sila.
"Ah so sweet peluk"ucap Jiwa yang kini hendak memeluk Fathir tapi."Tunggu tadi dia bilang untuk lebih terbuka oh my God"ucap Jiwa yang langsung mendorong Fathir yang kini tertawa.
"Dasar otak konslet."ucap Fathir yang kini membuat mereka kembali ditertawakan.
Jiwa pun langsung menyanyikan lagu one love berduet dengan Fathir yang kini membuat semua orang kembali dibuat baper tapi sayang lagu itu tidak dilanjutkan karena Jiwa pergi begitu saja ke belakang entah apa yang terjadi tapi kini Devan langsung mengikuti nya.
"Ada apa?"ucap Devan yang kini terlihat sangat khawatir melihat Jiwa mimisan.
"Ah ini bos sedikit pening mungkin karena belum makan."ucap Jiwa yang kini tengah berusaha untuk menghentikan pendarahan di hidung nya.
"Ayo ke rumah sakit."ucap Devan.
"Tidak bos tunggu sebentar sebentar lagi juga berhenti kok, oh my God darah nya semakin banyak."lirih Jiwa dan Devan secara bersamaan.
Jiwa pun menengadah sambil meminta tolong pada Devan untuk mengambil tas miliknya, Devan pun meminta Fathir untuk lanjut bernyanyi lewat asisten pribadinya sementara dia membantu Jiwa menyeka darah yang kini semakin bercucuran.
"Obat apa itu?"ucap Devan.
"Obat yang dulu bos, sakit kepala ku terkadang masih kambuh."ucap Jiwa berbohong.
"Tunggu, kamu tidak tengelam lagi kan, dan apa kamu dalam keadaan tertekan."ucap Devan yang kini terlihat panik.
"Hmm... tidak bos mungkin hanya cape saja, tapi kalau aku tidak bekerja aku makan apa aku tidak mungkin menjadi pengemis."ucap Jiwa yang kini berhasil menghentikan pendarahan nya, dia dibantu Devan membersihkan darah yang mengalir di area bibir nya tadi.
"Apa yang terjadi?"ucap dua orang pria yang datang hampir bersamaan dan yang satunya maju kedepan menghampiri Jiwa.
"Oh my God babe kamu kenapa?"tanya Dion yang terkejut melihat ceceran tissue yang kini bercampur darah.
Jiwa langsung meraih botol obat dan memberikan itu diam-diam ke tangan Devan yang kini berdiri di belakang nya.
Devan awalnya sempat mematung, tapi kemudian dia mengerti dan langsung memasukkan itu kedalam sakunya.