NovelToon NovelToon
The Secret Of Possessive Man

The Secret Of Possessive Man

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Diam-Diam Cinta
Popularitas:5.4k
Nilai: 5
Nama Author: Citveyy

Devan Arenra Michael adalah Laki-laki berumur 21 tahun yang menyukai sahabatnya sejak tiga tahun yang lalu. Takut ditolak yang berujung hubungan persahabatan mereka hancur, ia memilih memendamnya.

Vanya Allessia Lewis, perempuan dengan sejuta pesona, yang sedang berusaha mencari seorang pacar. Setiap ada yang dekat dengannya tidak sampai satu minggu cowok itu akan menghilang.

Vanya tidak tahu saja, dibalik pencarian dirinya mencari pacar, Devan dibalik rencana itu.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Citveyy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Part 27 Kamu Penting

Anis sudah dijemput oleh supir pribadi ayahnya sedangkan Vanya sendiri diantar pulang oleh Devan. Didalam mobil Vanya terus bernyanyi dengan suara falsnya membuat Devan terkekeh melihat sahabatnya itu.

"Dev berhenti!"

"Astaga Vanya," Gerutu Devan karena Vanya mengangetkan dirinya. Untung motor yang hampir menabrak mobilnya dari belakang bisa bergerak cepat menghindari mobil Devan. Pemotor itu memarahi Devan bahkan meneriaki Devan karena tidak becus membawa mobil.

"Kita dimarahin tuh."

"Hehe maaf," Vanya hanya menyengir lebar." Dev mau itu," Vanya menunjuk gerobak telur gulung yang dikerumuni orang.

"Kita cari penjual telur gulung yang lain ya."

Vanya menahan tangan Devan dan menggeleng tidak mau. Dirinya mau telur gulung yang ada didepan mobilnya. Entah mengapa melihat banyak orang Vanya jadi ngiler.

"Itu pasti higenis kok. Gerobaknya aja yang tua tapi pasti bersih kok. Ayolah Dev, kalau gak mau yaudah gue aja yang turun."

Vanya hendak turun membuat Devan menahan cewek itu sebentar  sebelum menyetujuinya. Dengan amat terpaksa karena melihat tampang gerobaknya Devan merasa penjual telur gulung itu tidaklah higenis.

"Neng mau berapa,"

"100 ribu yang bang,"

"Oke siap neng,".

"Pak ini gak ada tempat duduknya ya?" Tanya Devan sehingga mendapatkan tatapan protes dari Vanya.

"Maaf dek, kursinya sudah diisi semua orang,"

"Lah jadi kita disuruh berdiri terus?"

"Dev ih, maaf ya pak," Ucap Vanya merasa tak enak hati. Untung abang-abang penjualnya baik hati dan memaklumi.

"Maaf ya dek, nanti saya beli kursinya yang banyak soalnya abang mau beli gerobak dulu, sudah jelek ini. Belum lagi biayain anak kuliah aduh pusing sayang. Untung-untung kalau pelanggannya banyak kalau enggak ya...dibawa pulang."

Curhat Abang penjual itu membuat Vanya merasa kasian. Jadi begini rasanya jadi tulung punggung keluarga. Pasti ayahnya juga seperti itu kalau usahanya lagi anjlok. Lah dirinya tinggal nikmatin hidup buang-buang duit beli kebutuhan yang tidak penting.

"Sudah selesai bang."

"Makasih, ini uangnya bang."

"Loh-loh banyak banget. Neng ambil uangnya saya gak enak atuh."

"Ini rejeki bapak, ambil aja."

"Neng gak usah neng, aduh," Abang penjual telur gulung itu pusing sendiri.

"Bapak gak usah nolak. Ini tuh rejeki pak. Rejeki bapak hari ini tuh gak dipatok ayam. Jadi ambil, oke."

"Neng yaallah makasih banyak neng. Semoga neng sehat, rejekinya lancar dan langgeng sama pacarnya ya."

Vanya melirik Devan yang sejak tadi terdiam. Cowok itu sama sekali tidak ngomong apa-apa padahal kan tadi lagi sedih-sedihnya, dasar.

"Dia bukan pacar saya pak, dia mah sahabat saya."

"Oh maaf neng, saya salah ucap."

"Gak papa bang, yaudah saya balik dulu. Semangat ya pak. Ayo Dev."

Vanya jalan duluan sambil tersenyum melihat jajanan yang ia pegang. Dirinya juga bangga pada dirinya sendiri karena bermanfaat untuk orang lain.

"Nih buat Abang,"

"Loh-loh dek tadi kan sud---"

"Gak usah nolak ini rasa terimakasih saya karena sudah doain saya."

"Maksudnya?" Tanyanya kebingungungan. "Oh....saya ngerti. Jadi Abang," Sambil menunjuk Vanya yang masih berjalan kemobil.

"Iya pak, doain ya semoga saya jodoh sama dia."

"Amin,"

"Dah saya pergi dulu. Jangan lupa doain saya pak." Devan berlari pergi dari sana menyusul Vanya yang sudah berdiri didepan pintu mobil.

"Iya dek makasih banyak! Aduh rejeki nomplok. Makasih ya Allah, semoga mereka berjodoh."

•••

Cowok itu menyeka darah yang keluar dari hidungnya. Ia tersenyum miring memandang laki-laki yang berdiri menjulang dihadapannya. Keadaan cowok itu jauh berbeda dengannya yang wajahnya sudah babak belur.

"Banci."

"Apa Lo bilang?"

"Banci."

Devan ingin maju lagi meninju wajah laki-laki yang berbaring diatas tanah namun ditahan cepat oleh kedua sahabatnya.

"Jangan Dev, nih anak sudah bonyok."

Devan melepas kedua tangan sahabatnya yang menahan dirinya. Kemudian ditatapnya cowok yang selalu iaintai karena terus mengikuti Vanya bahkan selalu mengirim pesan pada gadisnya itu.

"Jangan dekatin Vanya lagi."

"Lo cuma sahabatnya kalau Lo lupa," Ucap Jevier mengingatkan. Anak teknik yang pernah diceritakan oleh Vanya.

Jevier berhasil memancing emosi Devan. Devan yang merasa terhina menarik Jevier untuk berdiri kembali.

"Sayangnya Lo bukan tipe Vanya."

"Oh ya? Jadi maksudnya, tipe Vanya itu Lo?" Jevier memandang Devan tak takut. come on jika saja Vanya punya pacar dia juga tahu diri untuk mundur dan tidak menganggu cewek itu. Tapi posisinya Vanya masih single gak ada salahnya bukan? Devan saja yang pengecut tidak mengatakan perasaannya yang sebenarnya pada Vanya.

"Ayolah Dev, Vanya itu single jadi gak salah dong gue dekatin."

"Tapi gue yang keberatan anjing!"

"Pengecut."

Buk

Buk

Buk

"Dev udah anjing, Miko tahan!"

"Dev udah ayo kita pergi," Miko dan Noah menarik Devan yang terus memberontak ingin kembali memukul Jevier yang berbaring di tanah dengan tersenyum miring. Ia menertawakan kebodohan Devan yang menurutnya benar-benar pengecut.

"Gue gak akan diam Dev."

•••

Devan, Miko, dan Noah berhenti berjalan di fakultasnya tepatnya di lantai satu. Noah dan Miko sebenarnya ingin mengantar Devan ke UKS akan tetapi mereka berhenti melangkah saat melihat Vanya dan Vegas berdiri berduaan di loby.

"Masalah baru lagi," Miko menepuk dahinya pusing melihat kisah percintaan sahabatnya.

"Dah kita cepat ajak pergi nih anak ," Ajak Miko berbisik takut kena masalah lagi apalagi ini diarea kampus.

"Dev kit---"

Devan berjalan cepat menuju Vanya dan langsung menarik cewek itu mendekat. Vanya yang kaget begitupun dengan Vegas lantas memandang Devan dengan bingung.

"Obati gue,"

"Ini kenapa?"

Devan tak menjawab, cowok itu terus menarik Vanya ke UKS fakultas hingga mereka mendapatkan tatapan dari seluruh mahasiswa yang ada di lantai satu.

Sampai di UKS Vanya tak langsung menanyakan mengapa wajah Devan luka-luka. Ia cukup mengerti bahwa Devan terlibat masalah lagi.

"Selesai."

Vanya membereskan kotak P3k yang ia pake untuk mengobati Devan. Sedangkan Devan sendiri tak lepas memandang Vanya yang sejak tadi sibuk sendiri.

"Ngobrol apaan sama Vegas?"

Vanya menghentikan aktivitasnya Dan menoleh menatap Devan.

"Justru gue yang nanya Muko Lo kenapa bisa kayak gini lagi?"

"Alihin pertanyaan?"

"Dev ayolah gak penting tentang gue. Gue tuh mau tahu lo kenapa selama ini selalu datang-datang muka bonyok kayak gini,"

Tersirat dari ucapan Vanya bahwa ia frustasi mengapa wajah Devan yang selalu tiba-tiba datang padanya meminta padanya untuk diobati. Laki-laki ini punya musuh kah atau dia hanya adu panco?

"Gak penting tentang gue."

"Ya Allah Dev, Lo gak mau jujur sama gue?"

Tak ada jawaban dari Devan cowok itu sama sekali tak peduli dengan pertanyaan Vanya.

"De---"

"Gak penting tentang gue Vanya, jawab pertanyaan gue sebelumnya!"

"Lo itu penting Dev."

"Tapi yang lebih penting dihidup gue itu Lo!"

Vanya terdiam mendengar teriakan Devan yang menggema di ruangan UKS. Tidak biasanya Devan seperti ini. Ada apa sebenarnya dengan sahabatnya ini.

"Jadi please jawab pertanyaan gue. Itu penting banget buat gue."

•••

Kalau bukan ancaman maminya yang mengatakan bahwa uang jajannya akan dipotong mana mau Devan datang ke apartemen Senja. Malas sekali rasanya bertemu dengan cewek aneh itu. Belum lagi ia kena omel gara-gara datang dengan wajah penuh luka.

"Nih cewek kenapa gak buka pintu sih."

Kata Lena Senja ada diapartemennya sedang menata barang-barangnya makanya Devan disuruh kesini untuk membantu cewek itu.

"Gila gue sudah setengah jam nunggu cewek itu,"

Devan terus memencet bel apartemen Senja memencetnya dengan emosi yang menggebu-gebu.

Klek

"Lo---"

"Apa sih anjir? Ganggu orang tidur aja,"

Devan menganga tak percaya mendengar suara khas bangun tidur Senja. Bisa-bisanya cewek itu enak-enak tidur sedangkan dirinya seperti orang gila didepan apartemen cewek aneh ini.

"Gue disuruh sama mami gue bantu beres-beres apartemen Lo."

"Oh yaudah," Jawab cewek itu enteng.

Buset

Satu kata mendefinisikan apartemen Senja. JOROK. Dalam kamus kehidupan Devan untuk pertama kalinya ia bertemu dengan cewek sejorok Senja. Gak mencerminkan banget sebagai perempuan.

"Mau bantu kan? Sana beresin apartemen gue."

"Tadi Lo ngapain aja Senja Wati!"

"Berisik banget sih, doyan banget teriak-teriak kayak monyet. Sana beresin, katanya mau bantu."

"Tapi ini ah! Sumpah Lo jorok banget anjir!"

Senja memutar bola matanya malas. Ini yang namanya perjodohan? Senja rasanya ingin tertawa melihat laki-laki yang katanya akan dijodohkan dengannya. Bukan typenya banget.

"Sana beresin gue mau lanjut tidur."

"Lah-lah Tornado anjir! Bantuin gue!"

Devan mengacak rambutnya frustasi dan mencek-mencak kesal pada Senja yang sudah mengunci kamarnya.

"Anjing!"

•••

Malam-malam Vanya datang ke apartemen Devan. Memang dirinya belum memberi kabar pada cowok itu karena pasti Devan ada diapartemennya bermain bersama Devin.

"Eh Vanya,"

Vanya mencium punggung tangan Michel yang membukakan pintu untuknya.

"Bawa apa tuh?"

"Ini Vanya bawa kue buatan Vanya buat Mami sama Papi. Sekalian mau main sama Devin hehe."

"Wah makasih banyak loh. Repot-repot banget sih."

"Gak kok Pi."

"Papi siapa?!"

"Vanya Mi."

"Mami!" Pekik Devin berlari dan langsung memeluk Vanya.

Michel memandang istrinya takut-takut jika istrinya mengatakan yang tidak-tidak pada Vanya. Kan kasihan jika Vanya merasa dirinya mulai tidak mendapatkan respon yang baik dari Lena.

"Mami," Panggil Michel dengan berbisik sambil memperingati. Lena yang mendapatkan tatapan itu hanya mengerlingkan matanya malas.

"Papi buat minum deh buat Vanya."

"Kok jadi Papi?"

"Ya siapa lagi kalau bukan papi, Devin?"

"Iyaya."

Vanya hanya terkekeh melihat bagaimana patuhnya Michel pada Lena. Kata Devan Michel itu terlalu kecintaan pada Lena jadinya seperti ini.

"Ini kamu yang buat?"

"Iya Mi, pake resep baru. Kan Vanya ikut kelas masak."

"Wah bagus itu. Gak repot apa pikiran kamu sudah ikut kelas masak, kuliah juga."

Vanya menggeleng pelan. Malahan ketika pulang kuliah rasanya Vanya pusing jika tidak melakukan apapun. Makanya Vanesa mamanya menyarankan untuk ikut kelas masak 2 kali seminggu.

"Gimana kuliah kamu?"

"Ya gitu Mi, banyak tugas tapi ya dijalanin aja. Tapi eh--"

Vanya lupa ia mengedarkan pandangannya keseluruh penjuru ruangan. Devan ada dikamarnya kah? Tapi jika cowok itu ada pasti ia bisa mendengar suaranya bukan diruang tamu?

"Cari Devan?"

"Iya Mi, Devan mana ya?"

"Devan keluar bantuin beres-beres anak teman mami."

"Loh siapa?"

"Cewek tapi. Seumuran kalian, cantik juga terus menarik."

"Ohw..." Vanya mengangguk mengerti akan tetapi ia masih bingung dan masih belum mengerti.

"Dan Bdw rencananya Mami juga mau jodohin Devan sama anak itu."

1
Istiy Ana
Perempuan tuh butuh kepastian Dev, lebih baik nyatakan ke Vanya apapun yg terjadi
Risfani Nur: Halo terimakasih sudah membaca karyaku, tolong dukung terus karyaku ya terimakasih 😀
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!