Menikahi Pria Gila

"Firo, Cepat kemas mainan dan bajumu" Fira berjalan tergesa-gesa mendekati Firo yang sedang bermain bersama Shaka.

"Memangnya kenapa, Bu?" tanya Firo.

"Cepat gak usah banyak tanya! Nanti ibu jelaskan"

Fira mempercepat langkahnya menuju kamarnya di lantai dua.

Fira langsung masuk ke kamarnya dan mulai mengemasi pakaiannya. Sementara Firo masih terlihat bingung di halaman rumahnya.

Firo yang saat itu mengabaikan ibunya, sedang asik bermain tembak-tembakan bersama Shaka di halaman.

"Firo, Cepatlah! kita tidak punya banyak waktu" Fira meneriakinya dari atas.

Setelah itu Fira kembali berkemas.

" Ya, ibu. Sebentar!" ucap Firo.

Shaka mendekati Firo, "Ada apa dengan ibu, Firo? Kenapa ibu menyuruhmu membereskan barang-barang mu? Memangnya kalian mau pergi kemana?" tanya Shaka waktu itu.

"Entahlah aku tidak tahu, Sebaiknya aku menghampiri ibuku dulu" Firo mengangkat bahu.

Firo berjalan dengan rasa penasaran. Mengapa ibunya sampai terburu-buru menyuruhnya untuk mengemasi barang-barang nya.

Firo tahu ibunya sering mengeluh pada dirinya ketika mendapat perlakuan kasar dari Nyonya Stella. Bahkan Nyonya Stella sering menyuruhnya seperti pembantu. Mungkin perlakuan itu membuat ibunya tidak kuat dan ingin meninggalkan rumah itu, Pikir Firo dalam hati.

Firo berjalan menuju kamarnya, dibukanya pintu itu. Firo terkaget dilihat ibunya sedang terbaring di depan pintu.

Pikir Firo ibunya pingsan karena Fira memang sedang sakit. Firo cepat-cepat memanggil semua orang di rumah itu untuk menolong ibunya.

"Tolooong... tolong, Ibu pingsan"

Karena teriakan Firo semua penghuni di rumah itu berkumpul ke kamar itu.

Salah seorang diantaranya memeriksa nadi dan leher Fira.

"Nyonya Fira sudah meninggal." ucap salah seorang yang memeriksa Fira.

Semua orang tampak shock tidak percaya.

Kemudian mereka memeriksanya lagi. Dan benar Fira memang sudah meninggal.

Tuan Bram meneteskan air matanya.

"Apa, itu tidak mungkin! ibuku hanya sakit biasa, dia hanya pingsan," ucap Firo sambil menggoyang goyangkan tubuh Fira supaya tersadar.

"ibu... ibu... bangun... bu"

Dicoba menggunakan berbagai cara ibunya tetap tak bangun. Semua orang yang menyaksikan itu menangis melihat Firo yang masih tidak mempercayai ibunya sudah meninggal. Sementara Nyonya Stella hanya diam tak berkata apa-apa.

Tuan Bram memeluk Firo sambil menangis.

"Nak, ikhlaskan! ibumu sudah meninggal" Tuan Bram menutup kedua mata Fira.

Shaka yang melihat itu menangis ikut memeluk Firo menguatkan.

"Lepaskan! ibuku tadi baik-baik saja tidak mungkin dia tiba-tiba meninggal" Firo melepas pelukan mereka sambil menangisi ibunya yang berbaring tidak bernyawa di depannya.

"ibuuuuu..... jangan tinggalkan Firo bu..."

"ibuuuuu..... ibuuuuu..." Firo menangis sesegukan.

****

"Ibuuuuuu... Firo tidak mau di tinggal sendiri bu..." Firo mengigau dalam tidurnya.

"Tuan, tuan bangun tuan!" Medina mengerakkan badan Firo yang sedang mengigau.

"Ada apa dengan tubuhmu, Tuan? Kenapa tubuhmu panas sekali"

Dipegang nya dahi Firo, sangat panas. Sepertinya Firo sedang demam. Kemudian Medina mengambil air panas dan mengompres dahinya menggunakan kain.

Panas di tubuh Firo sangat tinggi bahkan Tubuh Firo menggigil seperti kedinginan. Wajahnya sangat pucat.

Medina cepat-cepat memanggil Bi inah.

"Bi sepertinya Firo harus di bawah ke rumah sakit!" ucap Medina kepada Bi inah.

Bi inah tidak tega melihat kondisi Firo. Bi inah mulai berpikir Firo demam pasti di akibatkan luka di perutnya yang menimbulkan infeksi.

"Non sebaiknya Firo kita rawat saja di rumah, bibi akan menelepon dokter untuk kemari"

Bi inah tidak mau orang mengetahui kondisi Firo sakit karena luka tusuk di perutnya. Bisa-bisa Nyonya Stella mengetahui rahasia Firo.

Bi inah langsung menelepon Dokter pribadi Firo.

Tak menunggu beberapa waktu lama. Dengan cepat dokter pun sampai. Bi inah menjemputnya di depan pintu samping dan langsung di arahkan menuju kamar Firo.

Medina masih merawat Firo yang masih tidak sadarkan diri.

Tanpa sadar Medina terkaget melihat darah merembes di baju Firo.

Medina penasaran lalu membuka baju Firo, didapati nya ada luka tusuk di perut Firo.

Lukanya seperti luka karena benda tajam.

Mungkinkah Firo adanya lelaki yang menolongku kemarin. Batin Medina.

Bi inah masuk membawa dokter itu.

Dengan cepat dokter itu memeriksa Firo.

Sementara dokter memeriksa. Bi inah mengajak Medina keluar.

"Bi, katakan padaku kenapa ada luka di perut Firo?"

tanya Medina kepada Bi inah penasaran.

"Bibi tidak tahu, Non" ucap Bi inah.

"Bi, katakan padaku yang sejujurnya? Apa tuan muda yang menolongku kemarin?"

Medina yakin Firo lah yang menolongnya kemarin, Medina sempat melihat demi menolongnya seseorang itu sampai tertusuk pisau di perutnya.

Belum sempat menjawab Dokter keburu memanggil mereka.