Amirul, yang dikira anak kandung ternyata hanyalah anak angkat yang tak sengaja tertukar pada saat bayi.
Setelah mengetahui jika ia anak angkat, Amirul di perlakukan dengan kasar oleh ibu angkat dan saudaranya yang lain. Apa lagi semenjak kepulangan Aris ke rumah, barang yang dulunya miliknya yang di beli oleh ibunya kini di rampas dan di ambil kembali.
Jadilah ia tinggal di rumah sama seperti pembantu, dan itu telah berlalu 2 tahun lalu.
Hingga akhirnya, Aris melakukan kesalahan, karena takut di salahka oleh ibunya, ia pun memfitnah Amirul dan Amirul pun di usir dari rumah.
Kini Amirul terluntang lantung pergi entah kemana, tempat tinggal orang tuanya dulu pun tidak ada yang mengenalinya juga, ia pun singgah di sebuah bangunan terbengkalai.
Di sana ada sebuah biji yang jatuh entah dari mana, karena kasihan, Amirul pun menanam di sampingnya, ia merasa ia dan biji itu senasib, tak di inginkan.
Tapi siapa sangka jika pohon itu tumbuh dalam semalam, dan hidupnya berubah.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon less22, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
26
...🤾♀️🤾♀️🤾♀️🤾♀️🤾♀️🤾♀️🤾♀️🤾♀️🤾♀️🤾♀️🤾♀️🤾♀️...
...happy reading...
...⛹️♀️⛹️♀️⛹️♀️⛹️♀️⛹️♀️⛹️♀️⛹️♀️⛹️♀️⛹️♀️⛹️♀️⛹️♀️⛹️♀️...
Saat Aris sampai di kantor, ia melihat ibunya duduk di ruang tunggu dengan wajah tegang. Ayahnya sudah berangkat lebih dulu ke perusahaan, seperti biasa, untuk mengurus bisnis keluarga yang selalu menyita waktunya. Aris tahu bahwa masalah antara ibunya dan Amirul sangat berat, dan ia berharap ibunya telah membuat keputusan yang tepat.
Senyum Aris mengembang saat melihat ibunya. Ia mendekat dan duduk di sampingnya, meraih tangan ibunya dengan lembut. "Bagaimana, Mama? Apa sudah memutuskan hubungan dengan Amirul?" tanya Aris dengan nada hati-hati.
Rita menghela napas panjang sebelum menjawab. "Sudah," katanya dengan suara yang terdengar lelah. Aris merasa lega, tapi kelegaan itu tidak berlangsung lama. "Tapi mulai sekarang, kamu harus pindah sekolah," lanjut Rita.
Mata Aris membulat. Ia menarik tangannya dari genggaman ibunya, terkejut dengan apa yang baru saja didengarnya. "Apa? Pindah?" tanya Aris tak percaya, suaranya meninggi.
"Iya, pindah sekolah," kata Rita lagi, kali ini dengan nada yang lebih tegas. Ia menatap mata Aris dengan serius, mencoba menyampaikan betapa pentingnya keputusan ini.
"Aku tidak mau! Aku tidak mau pindah!" bantah Aris dengan wajah cemberut. Ia tidak mengerti mengapa ia harus pindah sekolah hanya karena masalah dengan Amirul. Sekolahnya saat ini adalah tempat di mana ia memiliki teman-teman yah sefrekuensi.
"Tidak bisa, ini keputusan Papa," kata Rita.
Aris merasa seperti disambar petir, dia tidak bisa percaya bahwa ibunya memutuskan untuk memindahkan sekolahnya. "Kenapa, Ma? Kenapa aku harus pindah sekolah?" tanya Aris, suaranya penuh dengan protes.
Rita, ibunya, terlihat serius. "Karena kamu harus belajar untuk menjadi lebih baik, Aris. Kamu harus meninggalkan teman-teman yang tidak baik untukmu, dan kamu tidak boleh lagi satu sekolah dengan Amirul," katanya, suaranya penuh dengan ketegasan.
Aris merasa marah dan frustrasi. "Tapi, Ma... aku tidak mau meninggalkan teman-temanku! Aku tidak mau pindah sekolah!" serunya, suaranya penuh dengan emosi.
Rita tetap teguh. "Papa sudah memutuskan, Aris. Kamu harus pindah sekolah, dan itu final. Aku tidak mau kamu menjadi seperti Amirul, yang tidak memiliki masa depan," katanya, suaranya penuh dengan kekhawatiran.
Aris tidak bisa menerima keputusan ibunya. Dia merasa bahwa ibunya tidak memahami dia, dan dia tidak mau pindah sekolah.
Aris punya ide yang menurutnya brilian. Ia pun menjatuhkan diri ke lantai dan mulai berguling-guling sambil menangis histeris. Air mata membasahi pipinya, dan suaranya melengking memecah keheningan kantor.
"Aku tidak mau pindah! Aku hanya mau sekolah di sini, aku nggak mau meninggalkan teman-temanku!" teriak Aris, berusaha meyakinkan ibunya dengan segala cara.
Rita panik melihat tingkah Aris yang seperti anak kecil. Ia merasa malu karena menjadi pusat perhatian di kantor. "Hey Aris, apa yang telah kau lakukan! Malu dilihat orang!" kata Rita dengan nada khawatir dan sedikit kesal.
"Aku tidak akan berhenti menangis sampai Mama setuju jika aku tidak mau pindah sekolah," kata Aris sambil terus berguling-guling di lantai. Ia berharap ibunya luluh dan membatalkan keputusannya.
Guru-guru dan staf kantor hanya melihat saja kejadian itu dengan tatapan bingung dan sedikit geli. Mereka tidak punya niat untuk membujuk Aris, karena mereka tahu bahwa keputusan ada di tangan ibunya. Mereka hanya bisa menunggu dan melihat apa yang akan terjadi selanjutnya.
...⛹️♂️⛹️♂️⛹️♂️⛹️♂️⛹️♂️⛹️♂️⛹️♂️⛹️♂️⛹️♂️⛹️♂️⛹️♂️⛹️♂️⛹️♂️...
thanks teh 💪💪💪