NovelToon NovelToon
KAISAR DEWA SEMESTA

KAISAR DEWA SEMESTA

Status: sedang berlangsung
Genre:Misteri / Fantasi Timur / Romansa Fantasi / Identitas Tersembunyi / Perperangan / Penyelamat
Popularitas:7k
Nilai: 5
Nama Author: Sang_Imajinasi

Long Zhu, Kaisar Dewa Semesta, adalah entitas absolut yang duduk di puncak segala eksistensi. Setelah miliaran tahun mengawasi kosmos yang tunduk padanya, ia terjangkit kebosanan abadi. Jenuh dengan kesempurnaan dan keheningan takhtanya, ia mengambil keputusan impulsif: turun ke Alam Fana untuk mencari "hiburan".

Dengan menyamar sebagai pengelana tua pemalas bernama Zhu Lao, Long Zhu menikmati sensasi duniawi—rasa pedas, kehangatan teh murah, dan kegigihan manusia yang rapuh. Perjalanannya mempertemukannya dengan lima individu unik: Li Xian yang berhati teguh, Mu Qing yang mendambakan kebebasan, Tao Lin si jenius pedang pemabuk, Shen Hu si raksasa berhati lembut, dan Yue Lian yang menyimpan darah naga misterius.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sang_Imajinasi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 26: Orkestra Penderitaan dan Musik yang Baru Lahir

Hari ketiga di Sekte Langit Abadi dimulai dengan sebuah orkestra.

Itu bukan orkestra instrumen surgawi. Itu adalah orkestra penderitaan, dan konduktornya adalah seorang pemuda tampan yang menyeruput teh di teras dapurnya.

DONG!... DONG!...

Suara itu datang dari tepi jurang. Setiap dentuman yang membosankan dan menyakitkan adalah Tao Lin, sang Master Pedang, mengayunkan kapak berkarat ke Pohon Besi Darah. Dia telah bekerja sepanjang malam dan sepanjang pagi. Jubah birunya kini basah kuyup oleh keringat. Tangannya yang terbiasa memegang pedang dengan keanggunan, kini melepuh dan kapalan.

Pohon itu bahkan belum tergores.

Setiap kali dia mengayun, nalurinya menjerit. Gunakan Niat Pedang! Satu tebasan! Hanya satu tebasan kecil! Tapi dia tidak berani. Perintah Leluhur itu mutlak. Jadi, dia hanya mengayun. DONG! Kekuatan fisiknya, meskipun kuat untuk standar manusia, tidak ada artinya bagi kayu spiritual ini. Itu adalah pelajaran dalam keputusasaan murni.

Ssssst... KRAK...

Suara itu datang dari dapur luar. Suara kayu bakar yang pecah dan bara api yang mendesis. Di sana, Mu Qing dan Shen Hu sedang "bekerja sama".

"Apinya terlalu panas!" kata Mu Qing, suaranya tajam dan tegang. Dia berjongkok, menatap bara api dengan intensitas seorang ahli strategi yang merencanakan pertempuran. "Ubi di sebelah kiri akan hangus."

"Oh, tidak apa-apa," balas Shen Hu dengan riang. "Kalau apinya panas, berarti dia sedang bersemangat. Kita tinggal pindahkan ubinya sedikit ke samping." Dia menggeser ubi itu dengan tongkat.

Mu Qing menggeram frustrasi. "Itu tidak efisien! Apinya harus stabil! Suhunya harus konsisten!"

Nalurinya menjerit. Gunakan Qi Es! Hanya satu hembusan kecil untuk mendinginkan bara itu! Dia bisa merasakan hawa dingin berkumpul di telapak tangannya. Dia bisa menciptakan suhu yang sempurna, zona panas yang terkendali.

"Tidak, tidak," kata Shen Hu, menggelengkan kepalanya yang besar. "Api itu bukan prajurit, Nona Mu. Api itu seperti... anak anjing. Kalau kau terlalu banyak mengaturnya, dia akan menggigitmu. Kau harus memberinya makan, menggaruk perutnya sedikit, dan biarkan dia bermain."

Mu Qing menatapnya seolah dia baru saja mengucapkan omong kosong paling dalam di alam semesta. Menggaruk perut api?

"Api ini," kata Shen Hu, menunjuk ke bara yang memerah. "Hanya lapar. Beri dia kayu lagi."

Mu Qing, dengan wajah masam, melemparkan sepotong kayu ke api. Api itu menyambar kayu dengan rakus, menari-nari dengan gembira. Anehnya, panasnya menjadi lebih merata. Dia sedang belajar Dao Ubi, dan dia membencinya.

SHHHHHHH... SHHHHHHH...

Dan akhirnya, melodi utama orkestra itu. Suara yang stabil dan berirama datang dari tengah halaman.

Li Xian.

Dia telah selesai memakan "obat"-nya dan beristirahat selama satu jam seperti yang diperintahkan. Sekarang, dia kembali bekerja. Zhu Lao, tanpa sepatah kata pun, telah menciptakan sapu baru untuknya. Gagangnya terbuat dari dahan Pohon Besi Darah yang patah—berat, dingin, dan sangat keras. Bulu-bulunya terbuat dari rumput perak spiritual yang tumbuh di dekatnya—lembut namun sangat tahan lama.

Kali ini, Li Xian tidak lagi mempertanyakan. Dia tidak mencari pencerahan. Dia hanya mengingat sensasi itu saat niatnya dan gerakannya menjadi satu, menggores batu.

Dia mulai menyapu.

SHHHHHHH...

Suaranya berbeda. Bukan lagi goresan SKREEE yang menyakitkan. Itu adalah suara desiran yang rendah dan bergema. Sapu baru itu berat, memaksanya untuk menggunakan seluruh tubuhnya dalam setiap gerakan kaki, pinggul, bahu, semua bergerak dalam satu aliran yang harmonis.

Dia tidak mencoba menyapu niat. Dia mencoba meniru ritme dari goresan yang dia buat.

SHHHHHHH... Dorong. SHHHHHHH... Tarik.

Dia merasakan getaran dari sapu besi itu merambat ke tangannya yang baru dan kuat. Dia merasakan resonansi batu giok di bawah kakinya. Dia menyelaraskan napasnya dengan desiran itu.

Lambat laun, sesuatu yang ajaib mulai terjadi.

Dia tidak lagi menyapu di atas batu. Dia merasa seolah-olah sedang menyapu bersama batu itu. Setiap sapuan kini terasa seperti memoles, bukan menggores. Qi spiritual di udara tidak lagi diam Qi itu bergerak bersamanya, berputar-putar di sekitar sapu dalam pusaran yang tak terlihat.

Di teras, Zhu Lao membuka matanya.

Dia melihat ke arah Tao Lin. DONG!... DONG!... "Terlalu banyak kekuatan. Tidak ada teknik. Masih payah."

Dia melihat ke arah Mu Qing. "Terlalu banyak pikiran. Tidak ada perasaan. Masih beku."

Lalu dia melihat ke arah Li Xian. SHHHHHHH... SHHHHHHH...

Wajah Zhu Lao yang biasanya bosan menunjukkan sedikit minat. Li Xian tidak lagi hanya mendorong sapu. Dalam setiap sapuan, Niat murni yang dia temukan secara tidak sengaja kemarin, kini mulai mengalir dengan sengaja, meskipun sangat lemah.

"Ah," gumam Zhu Lao pada dirinya sendiri, menyesap tehnya. "Dia berhenti mencoba memahami. Dia mulai mendengarkan."

Zhu Lao meletakkan cangkirnya. Dia berdiri.

Dia berjalan ke tengah halaman, berhenti beberapa langkah di belakang Li Xian. Li Xian begitu tenggelam dalam ritmenya sehingga dia tidak menyadari kehadiran tuannya.

Zhu Lao tidak mengatakan apa-apa. Dia hanya mengangkat satu jari.

Dia menyalurkan seutas Qi nya bukan Qi semesta yang luar biasa, tetapi Qi biasa yang setara dengan Ranah Perunggu dan meniupkannya ke halaman.

Sebuah hembusan angin kecil dan nakal menyapu dataran tinggi itu.

Angin itu menerbangkan sehelai daun kering dari taman Mu Qing, sebutir kerikil kecil dari dekat batu Tao Lin, dan segumpal abu kecil dari api Shen Hu.

Daun, kerikil, dan abu itu menari-nari di udara sejenak... lalu jatuh di tiga tempat berbeda di halaman yang bersih, tepat di jalur sapuan Li Xian berikutnya.

Zhu Lao kembali ke terasnya, duduk, dan mengambil cangkir tehnya lagi, matanya yang tua dan bijaksana mengamati dengan geli.

"Baiklah, Murid Penyapu," bisiknya pada dirinya sendiri. "Mari kita lihat bagaimana kau menangani sedikit... kotoran."

1
Yanka Raga
🤩😎
Yanka Raga
😎🤩
Yanka Raga
huahaaa , , , kutivator puncak tertinggi tersedak rasa cabai 🤭
Yanka Raga
cabe2an kaliee 😆🤭
Yanka Raga
🤩😎
Nanik S
Alur dan cerita yang bagus
Nanik S
Gurunya keren sekali
Nanik S
Li Xian Koki dapur yang Gagal
Nanik S
Sop nya lembek Li Xian.. 🤣🤣🤣
Nanik S
Siapa suruh menunda sarapan Zhu Lao... tanggung sendiri akibatnya
Nanik S
Yang dimaksud Hama oleh Zhu Lao siapa
Nanik S
Wortel Musuh bebuyutan ya 🤣🤣🤣
Didi Mahardeka
bagus
Si Hibernasi: Season 1 iblis penyerap darah udah tamat, Terima kasih🙏
total 1 replies
Nanik S
Menarik sekali ajaran guru kepada murid tentang kesabaran dan resonasi
Nanik S
Li Xian lanjut nyapu
Nanik S
Muridnya cuma empat dan tugasnya menggelikan
Nanik S
😍Ternyata yang berhasil cuma Li Xian
Nanik S
NEXT
Nanik S
Baunya sudah hilang... kata sederhana
Nanik S
Laaaanjutkan
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!