Sinopsis:
Lilia, seorang agen wanita hebat yang mati dalam ledakan saat menjalankan misinya, namun secara tidak sengaja masuk ke dunia novel sebagai tokoh wanita antagonis yang dibenci oleh semua warga desa. Dalam dunia baru ini, Lilia mendapatkan misi dari sistem jika ingin kembali ke dunia asalnya. Untuk membantunya menjalankan misi, sistem memberinya ruang ajaib.
Dengan menggunakan ruang ajaib dan pengetahuan di dunia modern, Lilia berusaha memperbaiki keadaan desa yang buruk dan menghadapi tantangan dari warga desa yang tidak menyukainya. Perlahan-lahan, perubahan Lilia membuatnya disukai oleh warga desa, dan suaminya mulai tertarik padanya.
Apakah Lilia dapat menyelesaikan semua misi dan kembali ke dunianya?
Ataukah dia akan tetap di dunia novel dan menemukan kebahagiaan yang sebenarnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Wanita, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 26 : Akhirnya Lilia Tahu
"Coba kau perhatikan baik-baik wajahku, masa kau tidak mengenaliku?" pinta Pandu. Dia menatap mata Lilia dalam-dalam, berharap Lilia ingat tentang dirinya.
Lilia mulai mengamati setiap inci wajah Pandu dengan teliti, dia berusaha mengingat tentang wajah itu, siapa tau wajah itu mirip seseorang yang dia kenal sebelumnya. Namun, seberapa lama pun Lilia mengamati, tetap saja Lilia tidak menemukan apa-apa. Dia hanya tau wajah itu adalah wajah Pandu Giandra, seorang tokoh protagonis pria utama di dunia ini.
"Dulu waktu kecil, ada bocah perempuan yang selalu meledekku dengan nama Taro, mungkin karena tubuhku gemuk dan nama itu cocok untukku ditelinganya. Nama itu diambil dari singkatan nama lengkap ku. Dia meragukan cita-citaku yang ingin menjadi ilmuwan hebat. Sampai dewasa pun dia masih menganggapku gemuk walau aku sudah tidak gemuk lagi," kata Pandu, berusaha mengembalikan ingatan Lilia.
Lilia terkejut, mulutnya menganga karena saking tidak percayanya. "Ti-Titan?" ucap Lilia, hampir tak percaya. Kenangan lama tentang Titan langsung mampir pikirannya. Lilia tidak menyangka kalau pria yang ada di hadapannya ini adalah Taro alias Titan Alvaro, sahabat masa kecil yang sudah melalui suka dan duka bersamanya.
Mereka telah melewati banyak hal bersama, dimulai dari hidup di panti asuhan sampai merasakan kerasnya kehidupan di jalanan. Lilia masih ingat bagaimana Titan dulu, gemuk dan ceria, dengan senyum yang selalu menghiasi wajahnya. Tapi sekarang, Titan telah berubah menjadi Pandu, dengan penampilan yang jauh berbeda.
Lilia tidak mengenalinya karena penampilan mereka jauh berbeda. Dulu, Titan memakai kacamata, dengan rambut gondrong dan banyak jerawat. Tapi sekarang, Pandu memiliki penampilan yang terawat, dengan wajah yang tampan dan percaya diri. Lilia tidak bisa tidak merasa terkejut dan penasaran, bagaimana Titan bisa berubah menjadi Pandu, dan apa yang telah terjadi pada dirinya selama ini.
"Kamu benar Titan?" tanya Lilia memastikan, dengan suara yang penuh keheranan. Titan mengangguk, dengan senyum yang lembut. Tanpa sadar, mata Lilia jadi berkaca-kaca, dan air matanya mulai menggenang. Tangannya juga tanpa sadar terangkat, memegang wajah Titan dengan sentuhan yang dalam dan penuh kasih.
"Kenapa kamu bisa ada di sini? Kamu tau kan ini dunia apa?" tanya Lilia lagi.
Titan tersenyum, dan dia menjawab dengan suara yang lembut, "Aku yang menciptakan sistem, untuk menyelematkan mu."
Mendengar jawaban Titan, Lilia langsung sadar dan percaya. Pantas saja nama sistem itu Taro, ternyata diambil dari nama panggilannya untuk Titan dulu. Lilia merasa terharu dan terkejut, bagaimana Titan bisa menciptakan sistem yang begitu canggih dan membantu dirinya.
Dengan hati yang penuh emosi, Lilia memandang Titan dengan mata yang berkaca-kaca. "Kenapa kamu tidak memberitahu aku?" tanya Lilia lagi dan lagi.
"Aku pikir kamu sudah mati..." Lilia melanjutkan, dengan suara yang tercekat. "Aku lihat sendiri kamu di tusuk berulang kali sampai menutup mata... Aku..." Lilia tak kuasa melanjutkan perkataannya, dia keburu menangis tersedu-sedu, dengan air mata yang mengalir deras di wajahnya.
Titan memeluk Lilia erat, mencoba menenangkannya. "Aku selamat, Lilia," kata Titan, dengan suara yang lembut. "Aku tidak mati, aku hanya terluka parah. Aku berhasil selamat dan mencari kamu, tapi tidak pernah ketemu sampai aku menciptakan sistem ini."
Lilia terus menangis, dengan tubuh yang gemetar karena emosi yang kuat. Titan memegangnya erat, membiarkannya menangis dan melepaskan semua emosi yang terpendam. "Aku senang kamu selamat, Titan," kata Lilia, dengan suara yang tercekat. "Aku sangat senang."
Titan kemudian menceritakan pada Lilia dari awal sampai akhir, tentang bagaimana dirinya selamat, di mana dirinya selama ini, betapa keras dirinya ingin menemukan Lilia tapi tidak pernah ketemu, dan bagaimana dirinya akhirnya menemukan Lilia. Hingga dia menciptakan sistem dan membawa Lilia ke dunia ini menggunakan sistem.
Lilia mendengarkan dengan seksama cerita Titan, dan semakin dia mendengarkan, semakin dia merasa sakit dan kecewa. Ternyata selama ini, Titan begitu dekat dengannya, tapi selalu dijauhkan oleh ketua mafia Horse yang diyakini Lilia sebagai penyelamatnya selama ini.
Lilia merasa telah dipermainkan, telah dijadikan boneka oleh orang-orang yang dia anggap sebagai pelindungnya. Apalagi selama bertahun-tahun Lilia bersedia menjadi mesin pembunuh untuk kelompok mereka. Lilia marah dan kecewa pada ketua mafia Horse, yang telah memanfaatkan kepercayaannya dan menggunakan dirinya untuk kepentingan pribadi kelompok.
Dan yang lebih menyakitkan lagi, Lilia mengetahui bahwa orang yang membuat Erli mati tragis adalah salah satu anggota kelompok mafia Horse. Mereka seolah membantu Lilia membalaskan dendam pada pelaku pembunuhan Erli, tapi nyatanya mereka hanya berpura-pura dan menumbalkan beberapa anak buah mereka untuk membuat Lilia percaya pada mereka.
Lilia merasa seperti telah dihancurkan oleh kebohongan dan pengkhianatan. Hati Lilia begitu sakit, dan dia tidak tahu bagaimana dia bisa memaafkan kebohongan dan pengkhianatan seperti itu. Dengan perasaan yang berat, Lilia memikirkan tentang semua yang telah terjadi. Dia merasa seperti telah kehilangan kepercayaan pada orang-orang di sekitarnya, dan dia tidak tahu bagaimana dia bisa memulihkan kepercayaan itu lagi. Tapi dengan Titan di sampingnya, Lilia merasa sedikit lebih tenang, dan dia tahu bahwa dia tidak sendirian dalam menghadapi kesulitan ini.
"Aku bodoh ... Aku sudah membiarkan diriku masuk ke kubangan air kotor. Aku menjadi mesin pembunuh untuk mereka. Tanganku ini sudah banyak membunuh orang ..." Lilia menyesali semua yang pernah dia lakukan di dunia asalnya. Bisa-bisanya dia berubah begitu banyak dan masuk ke perangkap ketua mafia Horse.
"Ini bukan salahmu, mereka yang licik dan jahat karena telah memanfaatkanmu. Aku janji, setelah kita keluar dari sini, kita akan balaskan dendammu pada mereka," jawab Titan.
"Bagaimana caranya, kita masih terjebak di dunia ini. Meskipun kita berhasil keluar dari tempat ini, kita tidak bisa mengalahkan mereka, jumlah mereka begitu banyak, kekuatan mereka tidak bisa diremehkan."
"Dengan sistem Taro, aku yakin kita bisa keluar hidup-hidup dari dunia ini, asalkan kita bisa menyelesaikan semua misi. Aku juga sudah menyusun rencana untuk mengalahkan kelompok mafia Horse."
Lilia mengangguk. Dia percaya pada Titan sepenuhnya. Dia yakin Titan akan selalu ada di sampingnya, melindungi dan membimbingnya melalui kesulitan ini.