Second Marriage With Young Master

Saat acara makan malam itu tengah berlangsung. Roselyn yang memang sudah diberitahu tak bisa ikut dalam acara itu, memilih untuk nekat tetap datang. Helen sudah berusaha mencegah majikannya itu. Namun, ia sama sekali tak mendengarkannya.

"Nona, saya mohon. Pikirkan sekali lagi. Tuan Stefan kan sudah mengatakan pada anda kalau anda tak bisa datang kali ini. Kalau anda memaksa tetap datang, anda akan mendapat masalah besar nona." Ucap Helen yang masih berusaha menghentikan Roselyn.

"Tuan Stefan tak akan benar-benar marah padaku. Karena, dia sangat mencintaiku." Kata Roselyn den percaya diri.

"Tapi, nona ..."

"Sudahlah, kalau kau tak mau ikut bersamaku. Aku bisa pergi sendirian." Tukas Roselyn sebelum pergi meninggalkan Helen.

Akhirnya, Roselyn datang seorang diri menggunakan taksi online. Saat sampai di tempat acara makan malam itu berlangsung, Roselyn segera menuju ke pintu masuk. Namun sebelum dia masuk tim keamanan dengan segera mencegahnya.

"Selamat malam nona, bisakah anda menujukkan undangan anda?" Tanya seorang keamanan pada Roselyn.

"Ah, aku lupa tidak membawanya. Tapi, aku adalah tamu tuan Stefan. Izinkan aku masuk." Kata Roselyn yang terlihat geram dan juga malu karena harus berbohong. Nyatanya dia tak punya undangan untuk acara itu.

"Mohon maaf nona, tidak bisa. Hanya tamu yang membawa undangan saja yang bisa masuk ... Dan ini setelah saya lihat buku tamu. Semua nama tamu undangan sudah datang. Jadi, ini semakin membuat saya tak bisa mengizinkan anda masuk." Kata keamanan dengan tegas.

"Tapi, aku sungguh tamu tuan Stefan. Kalau kalian tak percaya, kalian bisa menghubungi tuan Stefan aja langsung sekarang untuk menjemput saya. Katakan saja padanya kalau Roselyn sudah datang." Ujar Roselyn tetap tak mau pergi.

Karena, Roselyn masih terus menuntut. Dengan berat hati tim keamanan harus menghubungi tuan acara. Mereka mencoba menghubungi Stefan, namun Stefan tak mengetahui itu karena terlalu sibuk untuk membahas bisnis dengan para tamu.

Tim keamanan pun mencoba menghubungi Nayla. Kebetulan saat itu, Nayla mengetahuinya dan segera ia jawab. Saat itu Nayla masih bersama dengan Hayden.

"Halo pak, ada apa? Apa ada kendala?" Tanya Nayla setelah telpon terhubung.

"Maaf mengganggu anda nyonya. Saya ingin melapor, ini ada seorang wanita muda yang ingin masuk ke tepat acara. Dia tak memiliki undangan, namun bersih keras ingin masuk. Ia juga mengatakan untuk menghubungi tuan Stefan untuk menjamin kehadirannya. Namun, dari tadi saya sudah mencoba menghubungi tuan Stefan masih belum terhubung." Lapor tim keamanan itu. Alis Nayla berkerut mendengar laporan itu.

"Seorang gadis? Apa kalian sudah bertanya identitasnya? Tadi saat aku menyapa semua tamu, aku lihat semuanya sudah datang." Tanya Nayla bingung.

Sebenarnya dalam hatinya ia sudah bisa menebak siapa gadis itu. Tapi, ia berusaha menepisnya, setidaknya ia berharap gadis itu tidak sebodoh yang ia harapkan.

"Sudah nyonya. Nama gadis itu Roselyn." Jawab tim keamanan. Dan ketika nama itu di sebut, Nayla memejamkan matanya geram.

"Suruh dia pergi. Dia bukan tamu acara ini. Pastikan dia pergi dengan tenang tanpa keributan." Perintah Nayla pada akhirnya.

"Baik, nyonya." Jawab tim keamanan.

Kemudian tim keamanan dengan segera melaksanakan perintah dari atasan mereka itu. Walaupun syok akhirnya, Roselyn tak bisa berbuat apa-apa dan memilih untuk pergi. Saat ia di depan bangunan tempat acara itu ia menoleh dan melihat ada Nayla dan Hayden sedang berdiri di balkon lantai dua.

"Mereka pasti membicarakanku ..." Ucap Roselyn menatap Nayla dan Hayden di kejauhan. Dan saat itu tepat saat Nayla juga menatap ke arahnya.

"Jangan terlalu dipikirkan My Lady. Dia mendapatkan hal yang memang harus ia dapatkan. Mari kita pergi dari sini saja. Pemandangan di sini sudah tak menyenangkan." Ucap Hayden lembut. Nayla mengangguk dan mengikuti saran Hayden untuk pergi meninggalkan balkon itu.

Roselyn yang melihat itu semakin geram. Harga dirinya terasa terluka. Di saat dia diusir, Nayla justru sedang menikmati pesta. Hal itu membuatnya geram. Karena kesal Roselyn ingin bergegas meninggalkan tempat itu sampai tak sengaja menabrak seorang pria.

"Maafkan saya nona. Apa anda terluka?" Tanya pria asing itu khawatir. Roselyn tak sampai jatuh, karena pria itu langsung reflek memeluk tubuhnya.

"Ah, saya tidak apa-apa." Jawab Roselyn sambil menatap pria di depannya itu. Pria itu cukup tampan dan juga ramah.

"Sungguh. Kalau anda merasa sakit dimanapun segera beritahu saya. Ini kartu nama saya." Ucap pemuda itu yang ternyata namanya Leo. Roselyn menerimanya dengan senang hati.

"Oh ya, apa anda juga tamu acara makan malam itu?" Tanya Leo penasaran.

"Hm, sebenarnya iya. Hanya saja karena saya lupa membawa undangannya, saya tak bisa masuk." Jawab Roselyn dengan berpura-pura sedih.

"Benarkah. Sama kalau begitu." Kata Leo dengn senyum lebar.

"Benarkah? Saya cukup mengenal dekat dengan tuan Stefan. Nanti, saya bisa bantu informasikan padanya ..."

"Terima kasih untuk niat anda nona. Tapi, saya akan mengurus masalah saya sendiri." Sanggah Leo dengan sopan.

Lalu keduanya sempat mengobrol beberapa lama lagi. Dari obrolan itu, Roselyn sedikit banyak mengenal pria yang baru ia kenal itu. Ia merasa cukup nyaman dengan obrolan itu. Dan suasana hatinya kembali terangkat. Senyuman kembali muncul di wajahnya.

Saat ia tersenyum itu, ia bisa melihat tatapan Leo yang mengarah padanya seakan terpesona padanya. Dalam hatinya Roselyn menyeringai senang. Ia yakin bahwa pria di depannya itu sudah terpikat juga oleh kecantikannya.

Sebelum Roselyn menjadi kekasih Stefan sebenarnya ia sudah tau kalau kecantikan bisa menjadi racun. Awalanya ia sendiri juga tak bisa memanfaatkan kecantikannya itu. Setelah beberapa kali percobaan barulah ia mendapatkan mangsa besar, yaitu Stefan.

Namun, ia tahu walaupun Stefan adalah seorang yang berkuasa dan kaya. Roselyn masihlah berjalan di sebuah tali tipis yang bisa putus kapan saja. Jadi, dia mulai bertekad untuk mendapatkan posisi tertinggi secepatnya.

"Semakin lama saya melihat anda. Saya sadar betapa cantiknya anda nona. Apalagi dengan mata bulat anda yang besar diterangi cahaya bulan malam ini terlihat sangat cantik dan murni." Ucap Leo dengan senyuman menggoda.

"Sungguh? Terima kasih tuan Leo." Seru Roselyn senang dengan senyum malu-malu sambil menunduk.

Saat sedang tersipu itu, tiba-tiba Roselyn melihat sekilas seseorang yang melintas dibalik bahu Leo. Mata besarnya semakin membulat. Ia yakin harusnya orang itu tak ada di sana. Tubuhnya mulai bergetar hebat.

"Nona Roselyn, apa anda baik-baik saja?" Tanya Leo khawatir. Ia menyentuh bahu Roselyn yang terlihat sedikit bergetar.

Roselyn masih terpaku ditempatnya tak bisa menjawab. Baru setalah seseorang yang ia lihat di kejauhan itu tak lagi ada. Ia pun kembali mendapatkan kekuatannya.

'Apa aku salah lihat?' Kata hatinya. Ia mengerjap-ngerjapkan matanya. ia juga memaksa hatinya untuk kembali tenang.

"Saya tidak apa-apa tuan Leo. Hanya saja tiba-tiba kepala saya sedikit pusing." Jawab Roselyn yang memang sedikit pucat setelah melihat orang tadi.

"Apa saya perlu mengantarkan anda ke rumah sakit?" Tanya pemuda itu dengan sopan.

"Tidak perlu. Terima kasih ... Hm, saya hanya ingin bertanya. Apakah mungkin seseorang yang tidak ikut acara tahun baru kemarin, tapi bisa menjadi salah satu tamu istimewa di acara makan malam ini?" Tanya Roselyn memastikan.

"Yah, itu bisa saja. Saya kan juga tidak hadir di acara tahun kemarin." Jawab Leo santai.

"Ah, jadi begitu ..." Ucap Roselyn dengan suara rendah dan bibir yang sedikit bergetar. Leo menatap gadis di depannya itu dengan penuh tanda tanya.

"Apa anda sungguh baik-baik saja nona?" Tanya Leo lagi.

"iya, saya tidak apa-apa. Kalau begitu saya akan pulang terlebih dulu. Saya akan menghubungi anda lagi nanti. Sampai jumpa." Pamit Roselyn sebelum berlalu meninggalkan Leo, sebelum pemuda itu merespon lebih.

Dalam perjalanan Roselyn kembali merenung memikirkan seseorang yang tak sengaja ia lihat tadi. Ia bertanya-tanya bagaimana orang dari pedesaan bisa sampai di sana dan bahkan jadi tamu istimewa?!

Wajah Roselyn semakin memucat dan matanya menjadi semakin gelap karena ketakutan. Tubuhnya juga kembali bergetar. Yang bisa ia

lalukan saat itu adalah memeluk dirinya sendiri.

Dunia Roselyn seakan menjadi sunyi senyap.

.

.

.

Bersambung ...