Kisah ini lanjutan dari KEMBALI-NYA SANG ANTAGONIS seasons 1
Banyak adegan kasar dan umpatan di dalam novel ini.
Cerita akan di mulai dengan Cassia, si Antagonis yang mendapatkan kesempatan terlahir kembali, di sini semua rahasia akan di ungkap, intrik, ancaman, musuh dalam selimut dan konflik besar, kisah lebih seru dan menegangkan.
Jangan lupa baca novel KEMBALI-NYA SANG ANTAGONIS season 1 agar makin nyambung ceritanya. Happy reading!!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Senjaku02, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 23
Pesawat yang ditumpangi Cassia dan teman-temannya akhirnya menyentuh landasan di bandara Amerika. Suara roda pesawat bergesekan dengan aspal mengiringi detak jantung mereka yang berdebar tak menentu.
Lampu tanda “fasten seatbelt” padam, dan para pramugari dengan senyum ramah memberi isyarat untuk turun. Satu per satu penumpang melangkah keluar, membawa beban rasa yang berbeda ada yang penuh harap, ada yang menyimpan kecemasan, dan tak sedikit yang berjuang menenangkan diri dari badai emosi di dada mereka.
Cassia menatap langit, memejamkan mata menghirup udara yang ia rindukan. Sampai tiba-tiba suara arzhela masuk ke telinganya.
Arzhela melompat kegirangan, suaranya menggema penuh kemenangan, "You're welcome, Amerika! Aku kembali!"
Wajah mereka bersinar seolah matahari pagi baru saja terbit, senyum merekah menempel di bibir tanpa lepas.
Setelah berbulan-bulan berjuang menaklukkan dinginnya London dan beratnya ilmu yang menanti, akhirnya hari ini mereka menginjakkan kaki kembali di tanah kelahiran, Amerika tempat semua mimpi itu bermula.
Setiap tarikan napas terasa penuh getar haru yang menusuk jiwa, menandai saat-saat yang mereka nanti-nantikan pertemuan kembali dengan orang-orang yang terpatri dalam lubuk terdalam hati mereka.
Rindu yang terkunci lama meledak menjadi gelombang emosi, mengalir deras menembus waktu dan jarak, menjadikan momen itu sakral dan tak terlupakan.
...****************...
Di luar bandara, kerumunan keluarga Cassia, Arzhela, Mutiara, Rose, dan Veronica berkumpul dengan napas tertahan.
Bukan hanya keluarga, tapi juga para inti Black Libra hadir, membawa harap dan rindu untuk menyambut kedatangan kekasih hati mereka, entah yang sudah resmi berlabuh ataupun yang masih di ujung cerita manis masa pendekatan.
Russel mengeratkan genggaman tangan, pandangannya gelisah menatap pintu keluar, "Mereka mana, sih? Kenapa lama banget?" Suaranya bergetar, menahan sabar yang sudah di ujung tanduk.
Mata mereka bergerak cepat ke sana ke mari, beberapa bahkan berjinjit mencoba mencari-cari sosok Cassia dan kawan-kawan dari keramaian.
Rasa rindu dan kecemasan memenuhi di udara malam itu, seakan waktu berhenti menunggu.
Sampai akhirnya, sosok-sosok yang mereka tunggu-tunggu muncul dari balik pintu gate bandara, koper-koper di tangan mereka bergoyang pelan seolah mengusik kesunyian malam.
Jantung mereka berdetak tak menentu, harap dan gelisah berpadu dalam napas yang tertahan. Detik itu, dunia seakan berhenti, menunggu pertemuan yang telah lama dinanti.
“Itu mereka!” seru Russel dengan semangat menggebu, tangan kanannya melambai-lambaikan tanda salam yang penuh harap ke arah Cassia dan teman-temannya.
Cassia dan rombongan segera membalas dengan langkah tergesa, senyum haru merekah di bibir mereka seperti rindu yang pecah menjadi nyata.
Dax menatap Cassia dengan mata yang berlaukkan cinta dan kerinduan yang membara, tapi dadanya menahan gejolak itu. Ia memilih diam, membiarkan ayah dan ibunya memeluk putri tercinta mereka lebih dulu.
"Akhirnya, putri kecil Mami pulang juga…" Suara itu bergetar lembut, tercampur rindu yang membuncah di antara pelukan hangat.
Bibir sang ibu menempelkan kecupan penuh kasih di kening Cassia, seolah ingin menanamkan kehangatan yang telah lama hilang di dada anaknya.
Cassia menggenggam pelukan itu erat, seolah berusaha menyerap setiap serpihan rindu yang selama ini ia simpan dalam diam. "I miss you so much, Mami…" Suaranya serak, menandakan betapa dalam ia merasakan kehilangan.
Tak cukup sampai di situ, Cassia lalu memeluk Papi dan kakaknya dengan pelukan yang sama kuatnya menyalurkan rasa rindunya, menutup kembali jarak yang sempat memisahkan mereka.
Detik-detik itu, meski sederhana, adalah hela nafas paling berharga dalam hidup mereka momen yang tak akan tergantikan.
Akhirnya, giliran Dax yang merengkuh Cassia dengan pelukan begitu kuat, seolah takut jika dirinya melepas, ia akan kehilangan satu-satunya yang membuat hatinya berdetak.
Napasnya bergetar saat bibirnya lirih menorehkan pengakuan, "Aku rindu kamu... Cassia, sangat rindu." Hatinya sesak, seolah ribuan rasa yang terpendam selama berpisah meledak sekaligus dalam pelukan itu.
...****************...
"Kakak," panggil Amelia, wajahnya sendu dengan tatapan memelas.
"Lia, kamu kenapa?" tanya Liam, dia menatap Amelia yang terlihat kesakitan.
"Dadaku sakit Kak," adunya.
Liam membantu Amelia berdiri, dia membopong gadis cantik itu untuk di letakan pada ranjang luas miliknya.
"Duduk diam!" kata Liam, dia memberikan air minum pada Amelia dan di Terima baik oleh gadis cantik itu.
Sedangkan Nafisha yang melihat itu hanya diam, dia mengepalkan tangannya dengan sorot mata tak Terima karena melihat Liam lebih memperhatikan Amelia yang jelas-jelas bukan adik kandungnya.
"Kau sedang apa di kamar ini?" pertanyaan Liam membuat Nafisha terkejut.
Dia menatap Liam, yang menyorotnya tajam jelas terlihat berbeda saat ia menatap Amelia tadi.
"Aku tanya sedang apa?" bentakan itu membuat Nafisha menatap Liam kesal.
"Kenapa? Apa aku tidak boleh masuk ke sini?" tanya Nafisha sinis dan berani.
"Ini kamar Amelia, kau tahu kan kalau Amelia tak bisa di ganggu?" Liam berucap kesal.
"Aku ingin kamar ini menjadi milikku, apa bisa berikan kamar ini?" tanya Nafisha, dia melipat tangannya di dada dengan wajah berani.
"Siapa kau dengan berani mau mengusir Amelia dari kamarnya sendiri?" Liam mencibir dengan senyum smirk.
"Aku putri kandung Smith, dan jangan lupa Kak, aku ini adikmu!"
"Adik? Kau yakin bisa menjadi adik dari Liam Smith?" sinisnya.
Nafisha kesal, dia menatap benci Liam dan Amelia sebelum akhirnya memilih keluar dari kamar itu. Namun, langkahnya terhenti saat Liam kembali bersuara.
"Kau memang putri kandung Smith, Nafisha, tapi sampai kapanpun status mu tak lebih hanya sebagai putri kandung. Namun, tidak akan menjadi kesayangan!"
Ucapan Liam bak dogam yang di pukul pada ulu hati Nafisha, dia mengepalkan tangannya benci dan marah, sebab karena kehadiran Amelia ia tak di akui sebagai Putri kesayangan, dan rasa dendam itu berkobar besar pada diri Nafisha, ia bersumpah akan menyingkirkan Amelia bagaimana pun caranya.
Sedangkan Amelia, tak ada yang tahu, ia sudah merencanakan hal besar dari apa yang Nafisha duga, semua tersusun dan akan Amelia pastikan Nafisha menyerah untuk berebut kasih sayang Smith dengannya.
...****************...
Kediaman Gray
"Kamu kurus sekali sayang, ayo makan yang banyak mulai sekarang!" kata Margaretha, dia menuangkan nasi putih pada piring Cassia.
Nasi putih bukanlah makanan pokok mereka, hanya saja ada beberapa orang yang mengkonsumsi nasi sebagai menu makan malam atau siang.
Keluarga Gray salah satu dari beberapa orang penyuka nasi, mereka menikmati makanan itu dengan berbagai lauk enak lainnya, walaupun nasi putih bukan makanan pokok di negara itu.
"Mam, jangan banyak-banyak! Aku bisa gemuk," protes Cassia, dia menghentikan aksi sang Mami yang akan terus menuangkan nasi dan lauknya pada piring Cassia.
"Ini sedikit, sayang, lihat tubuhmu! Kecil begitu seperti yang tidak pernah makan," kesal Margaretha, dia ini seorang ibu dan tak akan ia biarkan putrinya kekurangan.
Sedangkan Cassia sendiri ia tahu sang Mami khawatir, hanya saja timbangannya akan terus naik jika makan seperti ini terus.
Semua perlakuan Margaretha pada Cassia menjadi pemandangan lucu pada Vladimir dan Thomas, mereka merasa keduanya lucu sebab perdebatan kecil itu adalah hal yang mereka rindukan.
selalu d berikan kesehatan 😃