Malam itu Lily gadis polos dan culun yang bekerja sebagai room service disebuah hotel mengalami nasib naas karena diperkosa oleh seorang pria yang sedang mabuk namun siapa sangka itu justru membuatnya terjebak dalam sebuah pernikahan tanpa cinta hanya demi status bayi dalam kandungannya agar tidak menjadi anak haram seperti dirinya dan setelah bayinya lahir ia ditendang begitu saja dari keluarga Wilson, keluarga kaya raya di kotanya hingga membuatnya terpaksa berpisah dari bayinya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Qinan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab~16
Lily yang sedang berpapasan dengan tuan Miller di lobby siang itu langsung membungkuk kecil saat melewatinya, entah kenapa pria itu datang seorang diri sepertinya bosnya tidak masuk hari ini mungkin karena ingin mempersiapkan pertunangannya besok.
"Syukurlah," gumamnya dalam hati.
Karena identitasnya sudah diketahui gadis itu pun tak lagi menyembunyikan wajahnya lagi meskipun kini pria itu bersikap acuh, tuan Miller memang dikenal sangat serius sama seperti bosnya bahkan para karyawan jarang melihat keduanya tersenyum di hadapan mereka.
Sore pun tiba, Lily dan Sarah langsung pergi ke sebuah mall selepas pulang kantor. Mereka membeli pakaian dan sepatu untuk persiapan pesta pertunangan bosnya tersebut.
"Bagaimana apa bagus?" ucap Sarah menunjukkan pakaian yang baru ia coba itu.
"Hm," Lily pun mengangguk meskipun sangat terbuka tapi terlihat pas di badan sahabatnya itu.
"Kamu tidak mencoba pakaianmu juga?" Sarah menatap pakaian di tangan gadis itu yang masih terlipat rapi.
Lily menggeleng kecil. "Ku rasa sudah pas sesuai ukuran ku dan warnanya juga aku suka," sahutnya seraya menatap gaun pesta berwarna hitam yang baru ia pilih itu.
Setelah mendapatkan barang yang mereka mau, keduanya pun pergi ke foodcourt untuk mengisi perut yang kosong. Saat sedang mencari meja kosong Lily tiba-tiba tak sengaja menabrak seseorang hingga minuman yang pria itu bawa sedikit tumpah ke kemeja yang dikenakannya.
"Ma-maaf, saya tidak sengaja." ucapnya seraya mengulurkan tangannya untuk mengelapnya namun tangannya tiba-tiba dicekal oleh pria tersebut.
"Gadis ini?" gumam Xavier seraya menatap wajah lekat gadis itu, gadis yang ia ketahui sedang diinginkan oleh musuh bisnisnya.
"Tidak apa-apa," ucapnya lantas dijauhkan tangan gadis itu.
"Sekali lagi aku minta maaf," ucap Lily lagi sembari sedikit membungkukkan badannya lantas berlalu pergi dari hadapan pria itu.
Sepanjang Lily makan Xavier tak berhenti menatapnya, sebenarnya apa yang istimewa dengan gadis itu hingga membuat Alexander merasa tertarik? gadis biasa, tak begitu cantik bahkan terkesan culun berbeda jauh dengan Victoria yang notabennya seorang model ternama dan juga kaya raya.
Kini malam pun hampir larut dan setelah menghabiskan waktunya dengan berbelanja, makan dan menonton kini Lily telah sampai di rumahnya. Tubuhnya lumayan lelah namun ia merasa sangat senang, rupanya ia memang perlu jalan-jalan untuk menghilangkan stres pikirnya.
Keesokan harinya ...
Hoek!
Pagi itu Lily yang baru membuka matanya langsung berlari ke toilet ketika tiba-tiba merasa mual, makin hari ia merasa mualnya mulai menjadi-jadi sepertinya lambungnya sudah sangat parah karena akhir-akhir ini ia sangat stres. Haruskah ia pergi memeriksanya ke dokter?
Kemudian ia pun segera meraih jeruk diatas nakasnya lalu segera mengupasnya dan memakanya namun tiba-tiba keadaannya mulai membaik dan rasa mual pun berangsur menghilang.
"Ly, siap-siap ya nanti ku jemput."
Sebuah pesan nampak masuk ke dalam ponselnya siang itu, padahal hari masih siang tapi Sarah sudah sibuk ingin mengajaknya pergi ke salon. Sebenarnya apa yang istimewa dari pesta itu apalagi pesta orang kaya karena jujur sebelumnya ia tak pernah pergi ke sebuah pesta, di kota tempatnya tinggal ia dikucilkan oleh orang sekitar sana karena asal usulnya yang kurang jelas jadi setiap ada acara teman-temannya tidak pernah mengundangnya.
Tak berapa lama temannya itu datang dan mereka pun segera pergi menuju salah satu salon ternama di ibukota langganan Sarah. "Apa tempat ini tidak terlalu berlebihan?" Lily nampak mengedarkan pandangannya dimana tak jauh dihadapannya itu berdiri sebuah salon kecantikan yang lumayan mewah dengan bangunan beberapa lantai.
"Lily, kita ini karyawan perusahaan Wilson jadi sudah sepantasnya kita berada disini." sahut wanita itu seraya melangkah masuk seakan tanpa beban.
Sebenarnya Lily juga mampu membayar perawatannya disini tapi kebiasaan hidup susah sejak kecil membuatnya merasa sayang menggunakan uangnya.
"Selamat siang nona ada yang bisa kami bantu," ucap petugas resepsionis saat mereka baru datang.
"Kami ingin melakukan perawatan seluruh tubuh," sahut Sarah dan tentu saja itu membuat Lily langsung melotot menatapnya.
"Nona apa anda juga?" petugas itu pun beralih menatap ke arah Lily.
"Tentu saja, buat sahabatku ini lebih cantik dari sekarang!" potong Sarah menanggapi.
Akhirnya Lily pun hanya bisa pasrah, jujur ini untuk pertama kalinya ia datang ke spa seperti ini karena sebelumnya ia dan neneknya bisa makan pun sudah bersyukur.
"Biar aku yang akan membayarnya nanti." bisik Sarah, ia tahu gadis dihadapannya itu baru magang dan belum gajian.
"Tidak usah, aku punya uang tenang saja." tolak Lily seraya mengikuti langkah wanita itu menuju ruang perawatan namun tanpa mereka sangka nampak Elizabeth dan juga Nancy juga berada disana.
"Apa yang kalian lakukan disini?" ucap Nancy tak percaya ketika melihat teman kerjanya itu.
"Tentu saja sama seperti yang kalian lakukan masa berenang," sahut Sarah lantas segera menarik tangan Lily pergi dari hadapan mereka.
Rasanya malas sekali bertemu dengan mereka apalagi harus beradu argumen, cukup satu minggu 5 kali bertemu di kantor dan selebihnya keduanya ingin menikmati hari libur tanpa mereka.
Lily merasa bersyukur dipertemukan dengan wanita seperti Sarah karena ia merasa dilindungi seperti seorang kakak yang melindungi adiknya meskipun ia bisa mengatasinya sendiri apalagi hanya menghadapi kedua wanita itu karena baginya lebih takut besok tak bisa makan daripada takut dengan yang namanya manusia.
Tak terasa hari telah menjelang sore dan setelah melakukan serangkaian perawatan, keduanya pun segera meninggalkan tempat tersebut untuk pulang ke rumah masing-masing mengingat pesta baru diadakan malam hari.
"Dandan yang cantik nanti ku jemput siapa tahu disana kamu akan bertemu dengan pangeran tampan," seloroh Sarah setelah Lily keluar dari mobilnya.
Gadis itu pun hanya menggeleng kecil, sahabatnya itu memang terlalu sering berhayal lagipula orang kaya juga pasti akan mencari pasangan setara bukan kalangan seperti mereka yang berasal dari keluarga biasa bukan konglomerat.
Malam hari pun tiba dan seperti janji Sarah sebelumnya wanita itu nampak menjemput Lily di apartemennya. "Oh my god cantik sekali sahabatku ini rugi jika tak ada pangeran yang akan merebutkanmu nanti," puji Sarah ketika Lily baru masuk ke dalam mobilnya.
Wanita itu akui Lily memang memiliki kecantikan alami yang tersembunyi, hanya saja gadis itu kurang bisa memanfaatkan kelebihannya itu dan lebih suka berpenampilan sederhana seperti malam ini menggunakan gaun hitam selutut berlengan panjang dan tak ketinggalan kacamata tebal yang selalu setia membingkai kedua matanya.
"Jika bukan karena sanksi yang diberikan oleh kantor aku juga tak berniat datang," sahut Lily menanggapi.
Sesampainya di tempat pesta disebuah hotel bintang lima tengah kota, keduanya pun langsung menunjukkan undangan kepada petugas yang menyambutnya setelah itu mereka segera masuk.
"Pesta orang kaya memang sangat berbeda,"
Mereka nampak takjub dengan suasana pesta yang terlihat sangat mewah dengan banyaknya tamu penting dan juga beberapa artis ternama.
biasanya ke HRd duluu klu ada sesuatu ga demo2 bgitu
Haduh victori si hama juga datang,,,,,kamu datang aja di abaikan lho🤣🤣🤣🤣🤣piye ngono iku.....
Haduh eong Cinta ae gensi,malu,karena kily culun,,LiLy juga mbok yo berubah ojok katrok nemen2 LiLy