NovelToon NovelToon
KEHUDUPAN KEDUA

KEHUDUPAN KEDUA

Status: sedang berlangsung
Genre:Reinkarnasi
Popularitas:2.3k
Nilai: 5
Nama Author: Junot Slengean Scd

Seorang kultivator legendaris berjuluk pendekar suci, penguasa puncak dunia kultivasi, tewas di usia senja karena dikhianati oleh dunia yang dulu ia selamatkan. Di masa lalunya, ia menemukan Kitab Kuno Sembilan Surga, kitab tertinggi yang berisi teknik, jurus, dan sembilan artefak dewa yang mampu mengguncang dunia kultivasi.
Ketika ia dihabisi oleh gabungan para sekte dan klan besar, ia menghancurkan kitab itu agar tak jatuh ke tangan siapapun. Namun kesadarannya tidak lenyap ,ia terlahir kembali di tubuh bocah 16 tahun bernama Xiau Chen, yang cacat karena dantian dan akar rohnya dihancurkan oleh keluarganya sendiri..
Kini, Xiau Chen bukan hanya membawa seluruh ingatan dan teknik kehidupan sebelumnya, tapi juga rahasia Kitab Kuno Sembilan Surga yang kini terukir di dalam ingatannya..
Dunia telah berubah, sekte-sekte baru bangkit, dan rahasia masa lalunya mulai menguak satu per satu...

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Junot Slengean Scd, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB.25 Langit Ke Delapan

Langit Kedelapan terbentang luas, bagai dunia fana yang dipadatkan menjadi energi murni. Setiap hembusan angin terasa berat, sarat dengan densitas qi yang melebihi dunia asal Xiau Chen sepuluh kali lipat. Matahari atau cahaya langit di sini tidak stabil — berdenyut seperti jantung alam semesta sendiri, memancarkan gelombang energi yang mampu mengoyak batas fisik dan jiwa.

Xiau Chen melangkah di atas batu bercahaya, pijakannya meninggalkan jejak aurora berwarna perak. Di kejauhan, menara kristal berdiri tinggi, lebih megah dari Langit Ketujuh. Di dalamnya tersimpan Pedang Penutup Waktu, pusaka kedelapan, senjata yang mampu menutup atau memperlambat aliran waktu di sekitarnya, bahkan terhadap energi dewa sekalipun.

Namun sebelum mencapai menara, Xiau Chen harus melewati Pasar Gelap Langit, sebuah tempat yang tampak seperti kota fana tetapi dibangun dari energi murni. Di sana, artefak dan pusaka dijual dengan harga jiwa, kekuatan, atau kesadaran. Para kultivator Langit Kedelapan — ratusan kali lebih kuat dari musuh yang pernah ia hadapi — menilai setiap gerakannya. Pedagang, penjual, dan pemburu pusaka semuanya hadir, masing-masing membawa aura yang dapat menembus pikiran.

Xiau Chen menyadari, untuk bertahan di pasar ini, bukan hanya kekuatan yang dibutuhkan, tetapi juga kecerdasan, intuisi, dan kemampuan membaca niat makhluk lain. Ia menekan qi-nya, menyamarkan aura, dan berjalan perlahan. Di setiap sudut, benda-benda pusaka bersinar dengan cahaya pekat. Pedang-pedang yang pernah menjadi legenda dunia fana kini tampak kerdil dibandingkan energi murni di sini.

Tiba-tiba, dari kabut energi, muncul sosok sekte tertua Langit Kedelapan — Sekte Bintang Tertua. Mereka adalah penjaga aturan pasar gelap, sekaligus penguji para pengunjung. Tubuh mereka berkilau seperti kristal, mata mereka bercahaya seperti bintang purba.

“Kau yang baru saja menaklukkan Mata Jiwa Purba?” suara salah satu dari mereka menggema, memotong aliran energi pasar. “Hanya mereka yang mampu menyeimbangkan diri dengan energi purba bisa melangkah lebih jauh.”

Xiau Chen mengangguk pelan. “Aku datang untuk Pedang Penutup Waktu.”

“Pedang itu bukan untukmu begitu saja,” sahut yang lain, senyumnya tipis namun tajam. “Langit Kedelapan menuntut keseimbangan. Jika kau tak mampu menguasai diri, pusaka itu akan menolakmu, bahkan memusnahkan tubuh fana.”

Seketika, tanah bergetar, membelah pasar menjadi jalur-jalur cahaya yang saling berputar. Pedagang dan kultivator menghilang, meninggalkan Xiau Chen sendirian menghadapi energi pekat yang menutupi menara di kejauhan. Setiap langkahnya seperti menyeberangi samudra waktu, di mana detik bisa terasa seperti jam, dan jam seperti detik.

Ia menutup mata, merasakan setiap aliran energi, membiarkan qi murni Langit Kedelapan mengalir ke seluruh nadinya. Energi itu padat, namun bersih, memaksa tubuh dan jiwanya menyesuaikan diri. Ia merasakan arus waktu yang berbeda — lambat, cepat, berputar, berulang. Pedang di punggungnya bergetar, seolah merasakan tarikan pusaka di menara.

Di tengah perjalanan, ia dikejutkan oleh sosok Bayangan Pedang, makhluk yang tampak seperti manusia tapi seluruh tubuhnya memancarkan aura pedang murni. Bayangan itu menyerang tanpa suara, setiap serangannya seolah memotong aliran waktu di sekitarnya. Xiau Chen menatap, tubuhnya bergerak sendiri, memadukan cahaya Tulang Leluhur Dewa Langit dan Mata Jiwa Purba.

“Langkah Langit Ketiga!” teriaknya, pedangnya berputar, membelah bayangan itu. Namun bayangan itu bukan musuh biasa — setiap luka yang ia timbulkan segera kembali menutup, beradaptasi dengan kecepatan serangannya.

Xiau Chen menarik napas dalam. Ia menyadari bahwa Pedang Penutup Waktu bukan hanya pusaka fisik, tetapi ujian terhadap kemampuan mengontrol aliran waktu di sekelilingnya. Bayangan itu mengajarkannya bahwa kekuatan tanpa pengendalian hanyalah kehancuran.

Setelah pertukaran serangan yang panjang, Xiau Chen menutup matanya, merasakan detak energi dari seluruh Langit Kedelapan. Ia membiarkan dirinya larut dalam aliran waktu purba, menyesuaikan setiap gerakan dengan arus qi. Saat membuka mata, tubuhnya bergerak bagai bayangan, pedangnya memotong angin yang seolah berhenti, lalu menghancurkan Bayangan Pedang menjadi debu energi.

Dengan jalan terbuka, Xiau Chen melangkah ke menara kristal. Cahaya dari Pedang Penutup Waktu memancar, membentuk jalur aurora yang membawanya ke altar. Pedang itu sendiri tampak melayang, tertahan oleh aliran waktu di sekelilingnya.

Saat ia mengangkat tangan, energi Pedang Penutup Waktu meresap ke tubuhnya. Sekejap, ia merasakan waktu di sekelilingnya melambat, memadat, dan berputar mengikuti kehendaknya. Ia bisa melihat masa lalu pasar gelap ini, mengintip kemungkinan masa depan Langit Kedelapan, bahkan merasakan aliran energi dari Langit Ketujuh yang masih melekat padanya.

Namun bersamaan itu, bayangan Mo Tian muncul di pojok kesadaran Xiau Chen, menatap dengan mata merah yang menembus jiwa.

“Kau pikir bisa menguasai waktu sebelum aku datang?” bisiknya dingin. “Langit Kedelapan hanyalah awal… aku menunggumu di Langit Kesembilan.”

Xiau Chen menatap lurus, pedangnya berkilau. Ia mengangkat Pedang Penutup Waktu, merasakan aliran energi dari Langit Kedelapan sepenuhnya berpadu dengannya. Dalam sekejap, ia menjadi satu dengan aliran waktu purba, memadukan kekuatan Langit Keenam dan Ketujuh.

“Langit Kesembilan… aku datang. Tidak ada yang bisa menghentikanku.” Suaranya tegas, menggema di seluruh menara kristal.

Cahaya menyelimuti tubuhnya, memunculkan jejak aurora yang menembus langit Langit Kedelapan. Pasar gelap, bayangan, dan segala ujian perlahan menghilang, meninggalkan Xiau Chen berdiri di altar, pedang dan kekuatannya bersatu.

Di kejauhan, kabut gelap menunggu, menutupi gerbang menuju Langit Kesembilan, dunia terakhir sebelum dunia yang lebih murni dari dunia asalnya. Di sanalah, inti dari semua pusaka dan hukum purba menanti, dan konfrontasi terakhir dengan Mo Tian akan segera terjadi.

1
Nanik S
Lanjutkan Tor
Nanik S
Bagus... walau dulu sektemu hancurkan saja kalau menyembah Iblis
Nanik S
Xiau Chen... hancurkan Mo Tian si Iblis pemanen Jiwa
Nanik S
Lebih baik berlatih mulai Nol lagi dan tidak usah kembali ke Klan
Nanik S
Hadir 🙏🙏
Girindradana
tingkatan kultivasinya,,,,,,,
Rendy Budiyanto
menarik ceritanya min lnjutin kelanjutanya
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!