“Arghhhhkkkk mayaaaat!!!’’
Tumini yang sedang mencari rumput untuk makanan ternaknya, tiba-tiba saja mencium aroma busuk dari sekitarannya. Dia yang penasaran meski takut juga memberanikan diri masuk ke kebun lebih dalam.
Saat asik mencari sumber bau busuk, Tumini di buat shock berat karena melihat mayat yang menggantung di pohon cengkeh.
Bagian dada kiri terdapat luka bolong lumayan besar, bagian kaki terus mengucurkan darah, mayatnya juga sudah tidak di kenali.
Apa yang terjadi di kampung Kabut Surem? akankah kematian misterius bisa terpecahkan?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Juniar Yasir, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Masuk kampung
Dari tadi Ningrum hanya menangis dan bolak balik pingsan. Bagaiman tidak, orang tua pasti akan sangat hancur sekali apabila anak meninggalkan mereka terlebih dahulu. Apalagi Arum meninggalnya mendadak begini, pastilah sebagai orang tua mau gila juga jadinya kalau tidak bisa mengatur emosi.
Berbeda dengan Darma, pria itu terlihat hanya diam membisu dengan tatapan korong melihat ke arah keranda putri bungsunya. Mau menangis rasanya air mata sudah tak ada lagi, hanya sesekali terdengar isakan tanpa air mata. Denis dan Dimas juga hanya diam. Dimas masih merasa seperti mimpi, kemarin masih bermain game PS bersama dan adiknya itu memang sehat tak ada keluhan apa pun. Hari ini tiba-tiba saja sudah tak bernyawa. Ini adalah pukulan terbesar untuk keluarga mereka. Jika boleh memilih, tidak apa-apa hidup pas-pasan asal keluarga lengkap.
Jenazah Arum sudah di sholati, ini tinggal di bawa ke makam saja. Tapi Ningrum maunya sang anak di makamkan di desa asalnya saja. Karena tak ingin menambah kesedihan istrinya, Darma ikut saja keinginan Ningrum ini.
Ambar sibuk menolong mbok Tukiyem di belakang, meski hati wanita ini juga hancur tapi tetap berusaha menahannya. Karena hanya Dia yang bisa di andalkan lagi, yang lain mana bisa. Mau tak mau Ambar sementara jadi perwakilan keluarga.
"Mbok, nanti malam gimana ya biasa jika ada orang meninggal begini?" tanya Ambar.
"Nanti malam paling tahlil. Semenjak ada warga yang meninggal tragis, bapak-bapak mengadakan tahlil di masjid. biasanya ibu-ibu akan memasak dirumah pak lurah, karena kasian sama keluarga yang sedang berduka. Biasanya warga patungan untuk beli bahan-bahan makan untuk tahlil" jelas mbok Tukiyem detail karena memang Ambar tak tau adat dan aturan di desa ini. Dikota tidak akan ada acara masak-memasak, paling keluarga pesan catering saja.
Ambar mengangguk tanda mengerti.
"Kalo gitu nanti aku kasi uang sama mbok untuk belanja, masakan apa yang mau di masak untuk bapak-bapak tahlilan biar Bu lurah yang mengatur. Bagaimana mbok?" Ambar minta pendapat, karena hal ini memang harus di bahas sekarang. Mau di bahas setelah pulang pemakaman tidak mungkin, karena warga pasti akan langsung pulang, apalagi makamnya di desa tetangga.
"Mbok terserah non saja. Kalo bisa itu biar Inah yang belanja, mbok nggak bisa lama-lama soalnya Pak lek mu kurang enak badan" ucapnya.
"Oh gitu ya Mbok. Ya udah nanti Mbok jika nggak bisa kesini juga nggak apa-apa. Kan ada Bude Inah juga" Ambar mengerti juga apalagi Mbok Tukiyem dan Pak Saimin sudah lansia jadi tidak bisa mau di paksa untuk kesana kemari, karena tak akan selincah dulu.
"Maaf dek, ini nanti mau bikin acara apa Ndak nanti malam? Dimana acaranya?" tanya Bu lurah.
"Eh Buk lurah. Begini loh buk, sebelumnya maaf ya jika merepotkan. Karena disini Ndak ada orang tua yang membimbing juga, saya mohon bantuan ibu-ibu semua untuk ikut membantu nanti memasak di buk lurah. Soal belanja nanti saya minta tolong Bude Inah, nanti Buk lurah juga yang akan mengatur menu nya apa." Ambar sungkan juga sebenarnya karena Dirinya baru disini.
"Uwes Ndak usah nggak enak begitu. Kamu bukan orang asing disini, Eyang mu dulu sangat baik sekali pada warga kabut Surem ini, jadi sudah kewajiban kami membalas jasa Eyang mu. Lagi pula sudah tugas manusia untuk saling membantu." Buk lurah menepuk pelan bahu Ambar, Ambar hanya tersenyum.
"Baik apaan! Itu juga membantu warga uangnya dari hasil pesugihan!" celetuk Tina yang mulai lagi jurus nyinyirnya.
"Kamu kalo berisik lagi tak sumpal mulutmu itu pake cabe ya Tin" Ijum kesal juga lama-lama.
Ambar mengelus dada berharap bisa selalu sabar menghadapi orang modelan Tina ini. Hidup di kampung memang begini, slah sedikit jadi omongan dan berita, belum tentu juga apa yang di dengar dan lihat seperti itu kejadiannya, karena kita tidak bersama 24 jam. Tinggal dikota pula harus tebal dompetnya, dan ada apa-apa tetangga juga jarang peduli. Pokoknya memang serba salah apa lagi jadi perempuan.
.
👽👽👽
Pukul 11 siang jenazah Arum sudah di makamkan. Warga juga berangsur pulang karena sore nanti akan rewang dirumah buk lurah. Tak banyak warga yang ikut mengantar jenazah, karena ada juga warga yang tidak punya kendaraan dan jalannya juga rusak parah.
Ambar akan pulang kerumah dulu sebelum ikut rewang. Karena harus ganti pakaian dan ada keperluan lain juga. Dia di antar Yuda, sedangkan keluarga Darma menggunakan mobil.
"Eh itu kayak Sekar?" tunjuk Ambar pada wanita yang sedang berdiri di tepi jalan.
"Sekar siapa?" tanya Yuda heran.
"Wanita bercadar itu." jawabnya"Eh cantik juga ya jika nggak mengenakan cadar?!" Yuda terpesona melihat kecantikan Sekar wengi.
"Dasar mata keranjang, pantesan Della mutusin kamu!" sembur Ambar.
"Ya aku kan laki-laki normal, emang salah jika memuji wanita? Memuji bukan berati naksir kale!" Yuda tak terima dengan celetukan Ambar.
"Alah! Udah ayo berhenti di depan sana"
Yuda memelankan motornya dan berhenti tepat di samping Sekar berdiri. Ambar langsung turun mendekati Sekar.
"Sekar?! Kamu mau kemana?" tanya Naya senang, karena mereka bisa bertemu lagi.
"Aku mencari rumah kosong disini" jawabnya cuek.
"Kamu mau tinggal dikampung ini?" tanyanya lagi.
"Iya. Hutan udah nggak aman, banyak pemburu yang masuk. Takut juga nanti di perkaos" ujarnya santai.
"Eh?!" Yuda melongo mendengar perempuan yang terlihat dingin ini ternyata saat berucap tidak bisa di filter.
"Ya udah tinggal dirumah Eyang ku aja!" Ambar menawarkan diri tanpa memikirkan Della dan yang lain. Entah kenapa dirinya menerima Sekar dengan senang hati.
"Baiklah. Aku juga sangat tertarik dengan rumah horor mu itu!" Sekar santai sekali, malah Ambar yang terkejut dengan ucapnya.
"Hei nona nona! Jadi ini gimana, apa mau tartig?" Yuda kesal juga dari tadi jadi nyamuk.
"Kamu duluan aja, kita jalan kaki" sahut Ambar.
"Ok!" Setelahnya Yuda langsung melajukan motornya.
"Sebaiknya jauhi Dia!" Ambar langsung menoleh mendengar ucapan Sekar.
"Kenapa?" Dirinya mengernyitkan kening heran.
"Kau akan tau nantinya" balasnya.
"Ih! Ini ni yang nggak aku suka. Kamu sok-sokan penuh misteri." rutuk Ambar kesal, Sekar hanya diam seolah tak mendengar membuat Ambar kian kesal.
.
.
"Iya ya. Kau lihat saja masa ada orang bunuh diri begitu, mana organ tubuh ada yang hilang juga. Ihhhh" Tari menimpali ucapan Yati.
.
...Jangan lupa like dan komentarnya 🙏🩵...