Sekar dan Aryo menikah karena sebuah perjodohan. Akan tetapi rupanya Aryo adalah seorang duda. Sekar tentu sangat terkejut mengetahui fakta itu.
Namun, mereka memutuskan untuk menerima pernikahan mereka. Meskipun sikap dingin Aryo kadang membuat Sekar tidak habis pikir. Pada akhirnya Sekar membalas sikap dingin itu dengan sikap dingin juga. Disitu Aryo mulai kewalahan, dan berusaha meluluhkan hati Sekar.
Ketika keduanya mulai dekat, mantan istri Aryo tiba-tiba muncul. Bagaimana Sekar menghadapi sang mantan istri dari Aryo?
Apakah Aryo akan oleng dengan munculnya si mantan istri?
Saya tidak akan memaksa readers untuk suka dengan karya saya. Mau like atau tidak ya monggo. Terimakasih bagi yang membaca dan memberikan apresiasinya kepada saya. Jika memang tidak berkenan membaca, silahkan dilewati. Saya yakin dari sinopsis sudah bisa dilihat.
keberlangsungan karya ini juga ada pada readers semua. Terimakasih banyak bagi yang sudah membaca bab demi bab yang sudah author tulis 🙏.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon IAS, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pasangan Dingin 25
Universitas Nusantara pagi ini sedikit ramai. Lebih tepatnya adalah ricuh sebenarnya. Siswanto rupanya sangat tidak sabar, dia membawa anggota polisi dan juga pengacara untuk membawa Pak Ahmad. Beruntung Aryo juga sudah sampai di sana.
Ari sebisa mungkin meredam kericuhan tersebut dengan membawa semua orang yang bersangkutan ke aula. Di sana tempat lebih luas dan juga bisa menampung banyak orang.
" Pas, mari kita lakukan sidang nya di sana saja," gumam Aryo lirih.
Awalnya Siswanto menolak, akan tetapi mau tidak mau dia harus menurut. Apalagi dia juga membawa pihak yang berwajib, jadi dia harus mengikuti prosedur yang ditetapkan oleh universitas. Jika tidak, pa yang ia lakukan pagi ini tentu malah akan jadi boomerang buat dia dan keluarganya.
" Pak Siswanto, kami akan melakukan sidang bagi kejadian yang Antok alami. Apakah Anda keberatan?" tanya Aryo.
" Lakukan saja, kami tidak takut," jawab Siswanto angkuh dan penuh percaya diri.
Namun, sepertinya kepercayaan diri yang ada pada diri Siswanto tidak terjadi pada Antok. Sang putra terlihat begitu gusar, bahkan raut ketakutan jelas terlihat di wajahnya.
Semua berkumpul di sana. Bukan hanya Pak Ahmad saja dosen yang berada di sana tapi ada beberapa dosen lain. Wajah Antok juga semakin kalut saat melihat beberapa teman kelas dan mahasiswa lain yang rupanya pernah dia jahili.
" Baiklah, kita akan mulai. Silahkan Prof. Suseno membukanya."
Ari bertugas sebagai moderator membuka acara sidang pagi itu. Dilanjutkan dengan Seseno yang mulai menanyakan peristiwa yang terjadi,
Siswanto menjawab dnegan begitu menggebu-gebu. Dia bahkan dengan terang-terangan menghina Pak Ahmad dengan kata-kata yang tidka pantas diucapkan sebagai anggota dean kepada seorang pengajar. Semua orang yang mendengar sangat geram.
Setelah Siswanto, Antok mendapat giliran untuk bercerita," Itu, anu ... saya ... saya sudah lupa kejadian itu."
" Huuuuuuu!"
Semua mahasiswa yang ada di ruangan tersebut menyoraki Antok. Saat ini dia tidak berani menegakkan kepalanya. Terlebih saat Pak Ahm,ad mengungkapkan apa yang sebenarnya terjadi. Ditambah beberapa teman kelas memberi kesaksian saat kejadian itu berlangsung.
" Sebenarnya Antok ini memang sangat meresahkan Prof. Dia suka sekali mengerjai kami dan berbuat semena-mena. Dia sering tidak hormat kepada dosen, dan tak jarang menghina juga mengancam dosen. Apa yang dilakukan oleh pak Ahmad jelas hanya sekedar memberi dia pelajaran."
Ucapan salah satu mahasiswa itu mendapat dukungan dari yang lainnya. Pun dengan dosen lainya. Mereka satu suara degan Pak Ahmada dan juga mahasiswa baru saja.
" Jadi, dari sini sudah jelas bukan siapa yang salah. Lalu bagaimana tanggapan Anda, Tuan Siswanto?"
" Cih, kalian semua bersekongkol. Aku akan menarik putraku dari kampus sepeti ini. Kampus tidak kompeten, isinya pengajar yang tidak kompeten juga!"
Siswanto menarik tangan Antok keluar dari ruang tersebut. Aryo hanya membuang nafasnya kasar. Sungguh orang tua yang tidak bijak, sudah tahu anaknya salah, bukannya meminta maaf malah semakin bersikap arogan.
" Semoga besok aku kalau punya anak bisa bersikap bijak. Tidak berat sebelah, ataupun membela jika memang dia salah. Tapi, bagaimana aku akan punya anak, lha wong Sekar aja masih begitu dingin. Menciumnya juga harus nyolong-nyolong saat dia sudah tidur. huft."
Aryo bergumam pelan. Tiba-tiba pikirannya tertuju kepada Sekar. Tadi dia berangkat lebih pagi, sehingga tidak bisa menikmati kopi buatan sang istri.
" Terimakasih pak Aryo, sudah melakukan ini." Pak Ahmad, dosen agama itu menghampiri Aryo dan mengucapkan terimakasih.
" Sama-sama Pak, Anda adalah dosen di universitas ini. Sudah sepatutnya Anda mendapat perlindungan dari kami."
Suseno merasa senang, Aryo bisa menyelesaikan masalah ini lebih cepat dari yang ida duga. Sepertinya putranya itu semakin dewasa dalam menghadapi masalah. Suseno berharap, Aryo juga bisa segera menyelesaikan masalah antara dia dan Sekar.
" Bagaimanapun, aku juga menginginkan cucu segera. Jika masih begitu terus, kapan aku akan menggendong cucunya. Aku yakin tuh berdua masih belum gol juga."
Di rumah tadi, Sekar yang tidak menemui Aryo akhirnya bertanya juga kepada ibu mertuanya. Asriati menjelaskan mengapa Aryo dan Suseno pergi pagi sekali.
" Ternyata sedang ada maslaah di kampusnya. Ahh biarkan saja, bukan sesuatu yang jadi urusanku.
Sekar menatap kembali foto di surat lamaran milik Rimawati Gunawan. Ia mencoba mengingat wajah itu, tapi tetap saja tidak menemukan dimana ia pernah melihatnya.
Saat ini bukan itu yang harus mejadi pemikirannya, tapi segera menghubungi Rima untuk mulai bekerja.
🍀🍀🍀
Di rumahnya, Rima sedang larut dnegan kesedihan. Bukan karena meninggalnya sang putri, tapi karena sikap acuh Aryo siang itu.
Aryo yang terang-terangan mengatakan kepada dirinya bahwa mereka tidak perlu bertemu lagi, membuat Rima sangat sakit hati.
" Tapi apakah aku berhak sakit hati? Bukankah apa yang aku lakukan dulu lebih kejam dari ini?"
Tes
Air mata Rima luruh. Ia mengetahui bahwa dirinya salah. Dia juga tahu bahwa Aryo telah kembali menikah, tapi mengapa dalam hatinya merasakan sebuah perasaan tidak terima.
" Apakah Aryo benar-benar sudah mencintai istrinya? Tapi saat dia datang ketika aku sakit, dia begitu khawatir. Bukankah itu membuktikan bahwa dirinya masih peduli?"
Rima mengusap wajahnya. Saat dia sedang berpikir mengenai banyak kemungkinan, tiba-tiba dirinya dikejutkan oleh suara dering telepon.
"Ya hallo. Rimawati ada di sini. Maaf dari siapa ya?"
" Saudari Rimawati, besok diharapkan Anda datang ke Rumah Sakit Mitra harapan untuk membicarakan soal pekerjaan dan gaji. Apakah bisa?"
"Bisa, sangat bisa. Baik saya akan datang besok. Terimakasih sudah menerima saya."
Rima bersorak senang. Dia tidak menyangka bahwa drinya akan diterima bekerja di sana. Mengingat saat ia mengobrol dengan sesama pelamar kemarin, banyak sekali lulusan terbaik.
Rupanya dibalik rasa gelisah dan galaunya saat ini, masih ada hal yang menggembirakan. Ia kembali lagi bersemangat.
Kriiiing
Telepon rumah milik Rima kembali berdering. Ia segera mengangkatnya, khawatir itu adalah dari rumah sakit lagi. Di jelas tidak boleh melewatkan hal tersebut.
" Halloo, dengan Rimawati. Dari siapa ya ini?"
" Kapan kamu akan pulang Rima?"
TBC
Masa direktur rumah sakit gk bisa mikir